Pilihan yang Mereka Yakini



Malam di Jakarta yang tetap sibuk...

Kawan saya: 'son..kawani aku yokkk ke Tanah Kusir.. nemuin kawannya kawan aku, dia baru sekalinya ini ke negara kita..'
Saya : 'sebenarnya malam ini mau lembur, cuman malas.. ya udahlah mau aku, tapi antarkan aku ke Cilandak pulangnya ya, aku juga mau nemuin kawan aku, dia mau pulkam sekalian aku jadi nitip buku buat adek2 aku ke dia'
Kawan saya: 'ok.. nanti abis magrib langsung berangkat ya, tar pulangnya ke tempat kawan kau itu'

Assalamualaikum kawan2 apa kabar dan dear all??? semoga baik selalu ya amin.. semalam saya diajakin kawan saya buat nemuin kawannya (namanya Rashid) kawan dia (namanya Thalib dan Fatima) yang sedang berkunjung ke negara kita, Indonesia. kawan saya itu sendiri adalah seorang guru bahasa inggris di salah satu lembaga kursus bahasa inggris namanya English First selain juga mengajar di sekolah swasta di Jakarta, saya dan kawan saya langsung berangkat dari kantor lepas magrib, tujuan awalnya adalah ke daerah Permata Hijau dengan niat menjemput si Rashid dulu baru kemudian bertemu Thalib dan Fatima itu, namun berhubung Jakarta pada malam hari juga masih aja macet gak ketulungan, akhirnya gak jadi ke Permata Hijau tapi sepakat ketemuan langsung ke sebuah Cafe di daerah Simpruk setelah sebelumnya kami sholat Isya' dulu di Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru.

Untuk bisa menemui mereka bertiga ini gak gampang, jadi susah karena rupanya si Rashid ini gak ingat nama Cafenya yang dia ingat cuma sebuah jalan di dekat Simpruk Mobil tapi gak ngasih tau apa belok kiri ato lempang aja lurus, alhasil jadilah saya dan kawan saya bertiga didalam mobil itu tersesat (bukannya tersesat, tapi karena gak hapal jalan ajaa.. hahhaha ngeles :))) padahal itu juga sudah nelpon2 Rashid itu buat nunjukkin jalannya ahh rupanya mungkin salah dengar atau gimana, lama juga baru bisa nyampai ke Cafe itu yang rupanya namanya The Light Cafe, itupun setelah ditelpon dan diminta supaya dia nungguin berdiri di depannya :P . dan lagi lagi sebenarnya rupanya saya sendiri pun sudah sering lewat depan Cafe ini namun karena gak terlalu memperhatikan jadinya gak tauuu.. hihihihihi...

Masuk Cafe, setelah saling berkenalan dan kemudian makan malam, dan bercerita2, si Rashid ini aslinya dari Puerto Rico (Sebuah negara kecil di Amerika Tengah) dan besar di Amerika Serikat, tepatnya di negara bagian Massachusets, dia sudah 3 tahun ini di Indonesia bekerja sebagai guru Bahasa Inggris di tempat yang saya sebutkan tadi itu, beberapa tahu setelah lulus dari jurusan Seni dan Desain Grafis di Pittsburg state university, Pensylvannia. dia bercerita tentang hobinya dengan dunia lukis dan sebagai seorang muslim dia membuat lukisan2 kaligrafi dalam desain grafisnya, nama aslinya sendiri Housy Rashid, sebelumnya bernama Housy Vega ketika dia belum menjadi muslim dan dia menjadi muslim ketika dia masih di Amerika.

saya kebetulan iseng2 nanya jadinya ke Rashid ini,tentang pilihannya menjadi seorang muslim apalagi di Amerika pula, apa enggak takut dijauhi sama mayoritas disana? dan tentang perjalanannya sampe akhirnya memutuskan menjadi muslim,pertanyaan ini saya ajukan ke dia bukan dalam artian saya seorang yang tidak toleran dengan agama dan kepercayaan lain, namun lebih pada kekhawatiran saya pada Rashid yang mungkin saja belum mengetahui bagaimana dunia sekarang ngeliat Islam yang gara2 perbuatan sekelompok orang menjadi seperti identik dengan kekerasan. akhirnya dia bercerita tentang pencariannya selama bertahun2 untuk menjadi seorang muslim, sampe akhirnya ia bertemu dengan seorang kawan bernama Hassan (mungkin kawannya kuliah dulu yang berasal dari Timur Tengah) yang membantunya memberi informasi yang cukup tentang agama Islam, saya juga nanyain ke dia apa pas di USA itu gak di apa2in sama orang sana, karena kayaknya kan kalo kita nonton TV rasa2nya mereka kayaknya udah macam kena Islamophobia dan dia menjawab ya kadang2 dia mendapat perlakuan demikian khususnya dalam pengurusan sesuatu terkait dengan keislamannya itu.

Adalah Thalib dan Fatima kawan Rashid yang kami temui juga semalam itu, mereka juga sama seperti Rashid adalah belum ada 10 tahun juga menjadi muslim, cuman cara bicara dan gaya bergaulnya sudah menunjukkan pemahaman yang baik tentang Islam, Thalib itu namanya Tommy sebelum dia menjadi muslim, ia berasal dari Amerika juga, tepatnya dari negara bagian Florida, dia mengambil kuliah Matematika di Shout Florida University dan sudah lulus dan sekarang bekerja sebagai guru di sana, ke Indonesia bersama dengan istrinya dalam rangka jalan2 aja, katanya selama di Indonesia sudah jalan ke Taman Mini, Ancol juga (kl saya gak salah dengar ya :P). ini kali pertamanya mereke ke Indonesia, sempat saya tanyakan bagaimana kesan mereka tentang Indonesia, ya jawabannya bahwa Indonesia adalah negara yang indah, orangnya ramah2 pula katanya begitu, hahaha... dalam hati saya bilang gini, ah yang betullah?? bukannya saya ini orang Indonesia juga, dan mungkin karena diliatnya gak sadis (baca: gak sadar disiplin) dan ramah (baca: rajin marah2) kali ya makanya dia jawabannya kayak gitu..., kepada Thalib saya juga ngobrol tentang hal yang sama yang saya obrolkan dengan Rashid.

Malam lepas malam, akhirnya sepakat pulang dan kami mengantarkan mereka pulang, dan setelah itu karenanya waktu yang da gak cukup lagi, akhirnya saya gak jadi ke Cilandak dan balik aja ke kantor lagi buat ngambil Revo Merah (niat awalnya begitu, eeee malah ketiduran di kantor, jadi lah pagi2 nitip minta dibawain baju ma kawan sekos saya yang baru mau berangkat :D), semalam saya tidur dengan membawa cerita dan pelajaran tentang keberanian Rashid, Thalib dan Istrinya untuk menjalankan apa yang mereka yakini benar meskipun itu benar2 menentang arus dilingkungan mereka dan lagi lagi, ini bukan dalam artian saya seorang yang tidak toleran dengan agama dan kepercayaan lain, namun lebih pada kekhawatiran saya pada mereka yang mungkin saja belum mengetahui bagaimana dunia sekarang ngeliat Islam yang gara2 perbuatan sekelompok orang menjadi seperti identik dengan kekerasan, ah tapi kayaknya mereka sudah tahu juga, namun karena memang masalah prinsip tidak bisa diganggu ganggu lagi, jadilah mereka tetap begitu dan semoga saja dunia bisa menghargai pilihan yang datang dari dalam dirinya sendiri

Wassalamualaikum

P.S:
-----
gambar diambil dari http://aisyzahra.files.wordpress.com/2008/11/pelabuhan.jpg

Comments

  1. hihihihi...keren Son,..
    Aku kmrn jG sempat kenalan & ngobrol2 sama Orang Luar...waktu Balik ngeteng dr Undangan Fany,..
    di dalam Kreta jogja- Jkt...
    misal ditanya tanggapan mereka tentang Indonesia,..sama seperti Teman kau itu Son,..
    kata nya Ramah-Ramah, Smiling dll.. ^__^

    Btw Alhamdulillah ya...tanpa diSadari semakin banyak aja Org Luar yg memeluk Islam..

    ReplyDelete
  2. 'semoga saja dunia bisa menghargai pilihan yang datang dari dalam dirinya sendiri'

    ReplyDelete
  3. ternyata dimana-mana masih ada aja diskriminasi agama, pdahal sebenarnya klo di liat lbh dalam semua agama tu sama yg membedakan hanyalah caranya saja

    ReplyDelete
  4. pengalaman yang berkesan ya. rashid masih di sini?

    ReplyDelete
  5. @DP:Polar itu Indah.. lo gak nyambung yakk :P

    ReplyDelete
  6. @kw:masih kl Rashid nya, dia ngajar di EF, kl yang Thalib ma Fathimah nanti malam balik ke Amerika :) semoga selamat sampai tujuan buat mereka, amin :)

    ReplyDelete
  7. kjangan jangan rasid cianjur?
    waalaikum salam bos

    ReplyDelete
  8. @suwung: ya yang jualan beras asli cianjur itu omm
    wkwkwkwk :)):)):)) (berusaha mengimbangi kendobosan om suwung)

    ReplyDelete
  9. waaa...punya temen bule? waaawwww... :P
    satu2nya bule yg pernah ngajak saya ngobrol cuma bule mabok di McD sektor 9 (mabok kog di McD?).nasib...nasib..

    btw, nice post rik ;)
    btw lg, kenapa org asing itu disebut "bule" ya?

    ReplyDelete
  10. @uwo:makasih woo... wow uwo kembali beredar.. iya kenapa gak mang cik aja ye? wkwkwkw :)):)):))

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King