Posts

Showing posts from August, 2012

I Go Mobile

Image
Sebetulnya sudah sejak lama aku berpikir untuk membeli gadget yang sesuai dengan hobi, dan alhamdulillah hari Jumat kemarin bisa terwujud. Aku membeli tablet PC Samsung Galaxy Tab 7.7; dari seorang teman yang memberi harga khusus lebih miring dari harga toko. Tentunya setelah pertimbangan matang dan sedikit keberanian untuk mencoba lebih mobile, maka resmi sejak kemarin aku berkutat memahami gadget ini dan postingan ini pun dibuat sambil santai duduk... things seem to be different since then ... Setelah cukup memahami fitur dan penggunaan, setidaknya aku makin mantap dan yakin bahwa this gadget meets my need , dimulai dari fitur built-in yang memudahkan banyak keperluan seperi membaca artikel, browsing, latihan TOEFL, hingga blogging. Jangan bahas lg soal aksesibilitas karena hal itu sudah fitur mutlak gadget manapun, yang menjadi unggulan disini adalah yang berkait dengan gaya hidup, bayangkan kita bisa blogging on the spot, upload photo dan mempostingnya dalam satu waktu tanpa haru

Jalan Panjang Hidup Kakek

Image
Ia meninggalkan kampung halamannya, di negara India tepatnya Desa Matul,Distrik Nanded. Di wilayah yang sekarang bernama Maharashtra menuju Madras atau yang kini bernama Chennai. Perjalananya tidak berhenti sampai disitu, naluri perantauannya membawanya berlayar bersama seorang teman menuju Temasek hingga ke Hindia Belanda (Indonesia kini yang dulu masih menjadi jajahan Belanda) bermodal seadanya dengan menggantungkan hidup sebagai kuli angkut dan penjaga kedai di daerah tujuan hingga kemandirian membuatnya menjalani hidup sebagai pedagang. Saat itu mungkin sekitar tahun 1930an. Hidup berpindah- pindah mencoba peruntungan dan mengadu nasib dari satu tempat ke tempat lain, mulai dari Madras (India), Temasek (Singapura), Sumatera (Palembang) lalu akhirnya menetap sebagai pedagang disebuah toko sederhana di Baturaja. Dan disini pula ia bertemu wanita bersahaja asal Jawa Tengah yang kelak menjadi istrinya. Di kota Baturaja ini usaha dagangnya berkembang penuh menjadi sandaran ekonomi

Papua, Cendrawasih yang Terluka! (II)

Image
Ada pilu bila melihat luka yang menganga di tanah Papua yang tengah dikangkangi oleh PT Freeport Indonesia. Bukan soal ekploitasi tak berkesudahan yang hingga kini tengah berlangsung, namun lebih kepada ekses dari tindakan tersebut yang dengan gamblang memperlihatkan marjinalisasi penduduk lokal yang hanya menjadi penonton nelangsa. Penggelolaan sumber daya alam seharusnya mensejahterakan bukan meminggirkan, sehingga jelas bahwa ada kekeliruan sejak awal pada aspek pengelolaan yang berdampak buruk hingga kini. Filosofi mendasar pengelolaan sumber daya alam negara kita (salah satunya) adalah UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 yang berbunyi: "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat." Redaksi penting yang perlu dikaji adalah 'dikuasai oleh Negara' , sehingga atas kekayaan sumber daya alam yang ada didalam bumi Indonesia adalah dibawah penguasaan negara dengan tujuan utama untuk

Papua, Cendrawasih yang Terluka!

Image
Papua adalah ironi. Kemiskinan dalam kelimpahan tambang. Kerusuhan di tengah damai bentangan alam dan endemi panjang tak berkesudahan hingga sekarang. Ada apa dengan Papua? Bertahun- tahun lamanya konflik menggerogoti ketenangan hidup di ujung timur Indonesia ini, sebagian seperti sengaja dipelihara namun sebagian mengalir begitu saja. Soal HIV/AIDS dengan tingkat prevalensi yang tinggi, separatisme sporadis oleh Operasi Papua Merdeka (OPM) dan dominasi PT Freeport Indonesia yang menciderai rasa keadilan dan kearifan lokal. Papua bagai Cendrawasih yang terluka. Konflik menahun yang sudah lama ada di Papua ini membuat banyak pihak memandangnya sebagai friksi yang potensial berujung tajam pada konflik vertikal antara Papua dan Jakarta. Papua makin kedodoran dalam pembangunan, sementara Jakarta sebagai pusat terbitnya rekomendasi kebijakan dirasa kurang tanggap dalam mengambil tindakan. Lebih tepatnya, Papua merasa dimarginalkan dalam pembagunan, benarkah demikian? Sebetulnya, perha