Posts

Showing posts from August, 2014

Sajak Pajak

Image
Atas nama bangsa Ada banyak tujuan mulia Juga harapan dan cita Demi tercapainya sejahtera Diatas panggung semua beretorika Diatas podium semua bisa bebas bicara Tapi tak semua ingat satu kunci utama Cita mulia tanpa dana kan berakhir nelangsa Tetapi negeri ini tak pernah jalan sendiri Ada sisi lain yang tak pernah kita sadari Tentang jiwa militan pengabdi negeri Tentang mereka yang patut kita apresiasi Jauh dari sorotan dan lampu kamera Tak tersentuh liputan media massa Ada lebih dari tiga puluh ribu jiwa Bersama mereka terselip banyak cerita Tentang duka cita mengisi pundi negara Sempat mereka habis dikebiri Oleh laku lancung oknum tak tahu diri Mereka dihakimi oleh sumpah sarat emosi Tudingan pun silih berganti menghampiri Bergeming, mereka tetap maju tak peduli Dari hasil kerja mereka, mengalir dana untuk negara Dari jerih dedikasi mereka, berjalanlah tujuan bangsa Dari tekun kontribusi mereka, cerahlah harapan sejahtera Dari tegar sabar mereka, terwujudlah

DJP Ibarat Jerman di Masa Lalu?

Image
Tanpa bermaksud memaksakan dua kondisi yang sebetulnya tidak sepadan antara sejarah negeri Jerman dengan DJP dalam konteks kekinian, tulisan ini hanya bermaksud mengajak para pembaca untuk melihat bagaimana sejarah tentang pemaksaan kondisi berkepanjangan dapat berdampak buruk terhadap performa dan kinerja bahkan lebih dari itu dapat memberi ekses negatif terhadap entitas lain disekitarnya. Jerman di tahun 1919 telah luluh lantak tak berbentuk. Ekonominya terpuruk akibat kalah dalam perang dunia I. Lebih tragis lagi, Jerman diharuskan membayar kerugian ekonomi yang diderita negara- negara yang telah ia hancurkan semasa perang. Poin tersebut tertuang didalam Traktat Versailles yang dimotori oleh Amerika Serikat. Sebuah poin yang telah membuat Jerman berada di titik paling ekstrim yang pernah dicatat sejarah dunia. Jerman nelangsa. Kondisi tersebut bukannya tak dapat dihindarkan. Ketika Traktat itu dirumuskan oleh Perancis, Amerika Serikat dan Inggris telah muncul opsi untuk tida

Hidup Minus Drama

Image
Saya merasa semakin malas untuk terlalu banyak berkumpul entah itu dengan teman maupun dengan keluarga besar, apabila itu tidak penting- penting sekali. Buat saya kini, menghabiskan waktu berdua dengan istri dirumah, berolah raga atau menekuni hobi jauh lebih menarik. Bukannya enggan bergaul atau membaur tetapi pengalaman hidup telah memberitahu saya bahwa setiap orang disekitar kita selalu punya cara dan selalu merasa punya hak untuk sekadar ingin tahu isi dapur dan kehidupan pribadi rumah tangga kita. Dan saya kira jalan terbaik agar tidak terjebak didalamnya adalah dengan menjauhi atau meminimalkan komunikasi saja Saya berpikir mungkin ini tanda bahwa saya semakin menua. Kalau iya pun tak mengapa. Sebab itu berarti saya tidak lagi sekadar mampu menyusun prioritas hidup tetapi juga berani menjalankannya. Bersama dengan orang tua, maka istri saya adalah orang yang paling berhak atas waktu saya. Saya harus pandai mengatur diri dan memastikan bahwa mereka telah saya penuhi hak nya. Sem