Posts

Showing posts from September, 2014

Realita Untuk Dirga (I)

Image
Maret 2000 Ada semangat menyala di dada Dirga. Seorang pelajar SMA kelas 3 yang sebentar lagi akan lulus. Meski belum tahu persis mau jadi apa, Dirga memang bukan pemuda biasa. Ia ingin berhasil dan sukses dalam hidupnya. Tidak ada hari terlewat tanpa ia memikirkan rencana lanjutan studinya. Ia menulis besar- besar sederet nama kampus beken di negeri ini yang akan jadi incarannya. Tidak tanggung- tanggung, sebuah jurusan yang konon biayanya selangit pun berani ia cantumkan di urutan nomor 1. "Ga, gak kerasa nih, dua bulan lagi kita ujian akhir. Mudah- mudahan kita lulus dan bisa lanjut sekolah di kampus idaman masing- masing!" Julian berujar santai ke Dirga usai lonceng tanda jam pelajaran berbunyi. "Aamiin, iya Jul. Gue kepengen banget jadi advocat atau kalo enggak ya psikolog, gua mau ambil studi hukum atau psikologi aja rencananya di Universitas Gajah Mungkur" Sembari mengambil tas gendongnya, Dirga menimpali ucapan Julian. "Yakin Ga? Gue gak minat kes

Nasib Sanib

Image
Sanib gusar. Sudah dua bulan belakangan hujan tak juga turun di kampungnya. Kegusaranya sangat beralasan sebab sehari- hari Sanib bekerja sebagai petani jagung. Musim kering membuat panen jagungnya kali ini terancam gagal. "Ya tidak apa- apa Mas, kan kita masih punya tabungan dari hasil panen bulan- bulan kemarin. InsyaALLAH cukup untuk beli beras dan bahan sehari- hari" Ujar Minah sambil meletakkan kopi hangat disebelah suaminya itu. Sanib dan Minah sudah sepuluh tahun berumah tangga, meski tidak mewah, mereka berdua beserta enam orang putra putri mereka hidup tenteram. Sanib memang rajin bercerita ke Minah tentang apapun, termasuk soal kekeringan yang melanda kampung mereka. "Kalau sampai tabungan kita habis tapi hujan belum juga turun. Aku perlu cari pekerjaan lain supaya bisa dapat uang, mungkin aku mau ikut kayak si Darma kerja nebang kayu dihutan!" Sanib bertutur sambil berusaha menyembunyikan kegusarannya, ia menyeruput halus kopi buatan istrinya itu. Sat

Tulisan Untuk Tuhan

Image
Tuhan, bila ini caraMu untuk bilang Bahwa aku cuma hambaMu yang lemah Maka aku pasrah Tuhan, bila ini kuasaMu untuk tunjukkan Betapa agung dan sempurnanya Engkau Maka aku terima Tuhan, bila lewat semua ini kau ajariku Tentang kepatutan sebagai hambaMu Maka jangan sisakan pongah dikalbuku Tuhan, siapa aku yang berani tanya putusanMu? Kau beri jalan lurus dan mulus bukan untukku Dan cuma tersisa terjal dan liku Tuhan, getar hebat didadaku Saat kubaca kuatnya firmanMu Kau bilang "Sesungguhnya janjiKu amat teguh" Tuhan, jangan Kau tolak doaku karena dosaku Pun pula bagi para orang tua, istri dan saudaraku Bila bukan Engkau, tak ada lagi tempat bagiku Tuhan, ada setan berbisik hebat bilang Kau lupakan aku Tuhan, ada malaikat berujar lembut bilang Kau tengah mengujiku Tuhan, Engkau paham betul gemuruh bimbang menerpa imanku Tuhan, Engkau ada, Engkau nyata Darimu aku bermula, Engkau maha mencipta Apa mungkin aku telah lupa? Tuhan, Selamatkanlah aku dari gila.

Kalkulasi BBM di Lorong Politik

Image
Menjadi presiden dan wakil presiden terpilih pasca Pilpres 2014, Jokowi-JK langsung dihadapkan pada polemik menahun BBM yang sejak dulu timbul tenggelam mengemuka. BBM, yang kerap dipelintir sebagai akronim dari Benar- Benar Masalah, merupakan batu sandungan yang mempersingkat masa bulan madu Jokowi-JK dengan 70 juta lebih pemilihnya. Dikatakan menjadi batu sandungan bukanlah tanpa sebab, karena sejelas apapun nalar  ekonomi Jokowi-JK dan Tim Transisi untuk menaikkan harga BBM, implementasinya akan masuk ke jalur politik yang panjang lagi penuh intrik. Kita sudah sejak lama tahu bahwa isu kenaikan harga BBM telah menjadi komoditi yang paling empuk untuk menggiring opini publik bahwa sang penguasa tidak memihak wong cilik. Akhirnya kebijakan ini dianggap sebagai kebijakan tidak populer yang sebisa mungkin harus dijauhi. Tetapi Jokowi-JK sepertinya tidak punya opsi lain, rencana untuk meminta SBY-Boediono menaikkan harga BBM di akhir masa jabatannya telah gagal setelah hasil pertemuan d