Posts

Showing posts from October, 2011

Move On

Image
Entah kenapa, beberapa hari belakangan ini aku suka dengan kata "Move On" ini. Pertama dengar waktu kawan satu kelas ada yang lagi down karena satu hal, kemudian kawan yang lain memberi masukan dengan kata-kata ini. Terus waktu di kampus dua hari lalu dapat sms undangan datang ke Conversation Club dengan tema bahasannya Move On . Sebuah kebetulan? Only God knows. Setiap scene perjalanan hidup ini pasti pernah bertemu dengan suatu peristiwa, momen yang memberi pengalaman emosi yang baru, mungkin sama saja sebetulnya karena berkutat dengan emosi buruk atau baik, tapi ada pembaruan yang mematangkan jiwa dan pola pikir, tapi dengan catatan jika ada keberanian untuk lanjut melangkah, sebab terlalu lama melambung dengan kegembiraan akan membuat lupa dengan tanggung jawab yang sebenarnya, dan terlalu lama tenggelam dalam duka akan mengikis rasa syukur. Momen atau peristiwa itu memang tidak bisa dihindari tapi bukan berarti tidak bisa ditinggalkan. Move on adalah kuncinya. Move

Gracias a Dios.

Image
Jujur saja aku sepertinya belum terlalu baik dalam membedakan berani dengan nekad, sebab bagi ku keduanya sama berarti melangkah maju tanpa tahu apa yang akan terjadi didepan, dengan menjawab pertanyaan 'bagaimana nanti?' dengan kalimat 'kita lihat nanti!'. Terdengar naif namun memang itu yang terjadi, mungkin seperti tidak paham antara beda keinginan dengan emosi sesaat, yang akhirnya membuat sesuatu menjadi tidak tuntas, bahaya sekali ini aku kira. Sampai kapan aku terus seperti ini? Tidak boleh berlama- lama lagi! Melalui chat room , seorang teman pernah memberi jawaban ketika aku pernah suatu kali mengeluh tentang amanah yang dulu dengan yakinnya aku ambil. Ia hanya berkata bahwa karena aku telah mengambilnya maka aku harus menyelesaikannya dan bertanggung jawab atasnya, bukankah sebelumnya sudah aku sudah beri tahu diriku sendiri mengenai resiko pribadi dan psikologis yang akan aku hadapi nantinya? Akhirnya, tidak ada pilihan lain selain menyelesaikannya. Dan kini

Vamos Pronto!

Image
Aku buka twitter sore tadi, begitu lihat timeline , seorang teman SMA dulu me retweet sebuah tweet dari akun yang aku kenal, dan isi tweetnya membuat aku merasa sensasi sore ini beda, bukan sekedar sore dengan hujan yang biasa dingin namun pikiran serta sudut pandang yang baru, walau tidak baru sekali karena seringkali terlupa. RT@xxxxx: Jngn pernah meremehkan dirimu. Tuhan memberikanmu hidup bkn krena kamu membutuhkannya, tapi karena seseorang membutuhkanmu. Begitulah isi tweet yang aku maksud, aku tersenyum dalam hati membacanya, senyum senang karena aku mulai merasa tidak sia-sia hidup ini, aku tahu bahwa tweet itu bukan kutipan ayat suci sehingga kebenarannya masih perlu dipertanyakan, namun buatku, dari mana kebenaran itu datang, tidaklah jadi soal, karena kebenaran itu selalu insyaALLAH baik. Mungkin benar ada orang yang membutuhkanku sehingga aku diciptakan,dan mereka setidaknya membuat hidupku tidak sia-sia karena mungkin kini garis takdir tengah mempertemukan kami atau justr

Merapi, Kali Ini.

Image
Akhirnya tercapai juga keinginan mendaki gunung di Jawa Tengah. Merapi, kali ini. Alhamdulillah walau agak gentar kalau aku ingat erupsi nya yang masih baru dalam hitungan tahun, sampai juga ke puncaknya yang pekat belerangnya dan panas uapnya, 2911 mdpl lewat jalur Selo, Semarang. Akhir pekan ini, 21-23 Oktober aku ikut serta dengan 23 orang yang dikoordinir oleh Lisna (temen sependakian Semeru dan Ciremai beberapa waktu lalu) merapat ke Merapi, beberapa orang dari kami berangkat dari Stasiun Senen menumpang Kereta Tawang Jaya tujuan Stasiun Semarang Poncol, selebihnya naik dari Stasiun Bekasi dan 1 orang di Terminal Terboyo, Semarang. Kereta Ekonomi yang kami tumpangi lebih tertib, tidak berjejalan dan tidak ada yang berdiri. Berangkat dari Jakarta pukul 21.30 malam kami sampai di Semarang pukul 06.00 pagi waktu setempat, istirahat sejenak dan sarapan pagi di warung makan keluar stasiun (tapi menurutku kurang recommended karena harganya mahal untuk ukuran wilayah Jawa yang sering a

Dinamika Sebuah DINAMIKA

Image
PENGANTAR DINAMIKA (Studi Perdana Memasuki Kampus) STAN dari tahun ke tahun terus mencari bentuk yang ideal dengan tema yang khas, memorable, dan aplikatif. Menurut saya ini wajar karena sebagai sebuah prosesi singkat tentu ada banyak usaha dan dinamika pemikiran untuk memaksimalkan waktu yang tersedia dalam menuju hasil yang diinginkan, sehingga apapun tema yang diangkat dan bagaimana pengejawantahannya harus lah berimbas pada pembentukan pribadi baru yang mencintai almamater dan berkepribadian paripurna (sosial, akademis, inisiatif) sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman yang makin kompetitif tanpa meninggalkan budaya ketimuran yang identik. KONDISI KINI Menanggapi tuntutan tersebut, maka akan muncul pertanyaan besar yaitu apakah dalam waktu singkat itu akan memicu munculnya pribadi paripurna yang diharapkan? Memang proses pembentukan sebuah kepribadian adalah proses panjang dan melibatkan banyak aspek. DINAMIKA adalah salah satu dari sekian banyak aspek itu, dan ekspektasi riil

La Indonesia Es No Pequeno

Image
Hari ini aku mendengar tiga kabar yang sama diputar oleh 3 acara berita yang tidak sama. Tentang kisruh perbatasan RI-Malaysia, ini cerita lama yang timbul tenggelam pembahasannya, kadang panas namun mereda diam dan tiba-tiba meledak lagi. Indonesia ini memang tidak kecil. La Indonesia Es No Pequeno kalo kata orang Spanyol. Dan setiap pagarnya menjadi rentan konflik atau setidaknya menjadi leverage oleh bangsa tetangga dalam pertaruhan keutuhan dan kedaulatan negeri tercinta ini ketika kita lengah oleh caruk maruk urusan mereka yang kita titipi amanah untuk mengurus negeri. Disebutkan juga tadi bahwa DPR mengadakan Sidang membahas konflik perbatasan ini, para pejabat seperti Menlu dan Menhan, sekilas ditampakkan ketika mereka berpoto bersama sesaat sebelum atau sesudah rapat dalam pakaian rapi khas pejabat. Aku penasaran tentang apa yang mereka bicarakan dalam rapat itu, atau lebih jauh lagi aku pengen tahu apakah mereka yang hadir dalam rapat itu sudah pernah melihat langsung turun

Perdagangan Organ Tubuh

Image
Coba perhatikan lagi! Mau tidak mau, sadar tidak sadar kondisi pasar sudah bergerak sendiri menurut tuntunan tangan tak tampak mungkin sudah masuk ke segala aspek, namun jangan sampai menyentuh sisi sosial yang sangat mendasari kehidupan yang harusnya bisa dinikmati semua kita umat manusia, lebih lagi yang mengaku sebagai manusia yang bertuhan. Disini pemerintah harus berani tegas mengambil sikap karena jika hanya diam maka sama dengan sebuah pengkhianatan terhadap nilai kemanusiaan. Berbicara mengenai perihal ini, setiap kita, manusia, tentu ingin hidup dalam kehidupan secara fisik yang baik dan tentunya dengan dukungan organ tubuh yang sehat. Dan bagi masyarakat kebanyakan, sehat saja bahkan mungkin sudah cukup dan melampaui keinginan material dan prestis lainnya yang sepertinya masih didamba sebagian golongan yang lain. Sering kita dengar kabar berita mengenai kegiatan donor dan implantasi organ tubuh dari tubuh pendonor ke tubuh resipien. Hal ini sah dan dibenarkan karena bukan da

Menilik Ongkos Demokrasi

Image
Sudah 10 tahun lebih berlalu sejak rezim orde baru, otoritarianisme, hengkang dari tatanan kehidupan politik negeri ini, dan kala itu demokrasi lahir menjadi sistem baru yang dianggap paling tepat sebagai lokomotif menuju kemajuan dan perbaikan. Pertanyaanya sudah sampai mana kemajuan tersebut serta perbaikan yang dilakukannya? Laiknya lokomotif yang memerlukan bahan bakar, begitu pula demokrasi membutuhkan biaya. Berapa besar? Demokrasi memakan biaya dalam penerapannya, baik secara ekonomi atau atau non-ekonomi, dalam sistem demokrasi sudah pasti biaya yang dikeluarkan tidak sedikit untuk memfasilitasi aspirasi banyak pihak melalui pemilihan umum (Pemilu). Indonesia yang terdiri dari 33 provinsi dan 349 kabupaten (data dari sini ) tentu saja setiap periode tertentu harus menyelenggarakan pemilu dari berbagai level ini, sebut saja pemilihan anggota DPR/DPRD/DPD, pemilihan Kepala Daerah level Gubernur atau Bupati (Pilkada) serta Pemilihan Kepala Negara. Semakin berat jadinya beban APBN

Dua Tahun Tak Lama

Image
Dua tahun bukan waktu yang lama, cukup tundukkan kepala sejenak lalu bayangan tentang hari 2 tahun lalu itu sudah muncul seperti masih kemarin saja, jelas dan hidup. Aku sukuri semua yang terjadi dua tahun ini pada hidupku, walau godaan dengan kata 'jika saja', 'seandainya', 'apabila' selalu datang meminta untuk kuturuti, tapi untungnya tidak. Karena aku diberi akal yang harus aku gunakan untuk berpikir bukan untuk merasa, karena rasa tempatnya di hati. Dua tahun ini 2010-2011 seperti menjadi kesempatan ku untuk mengenali diri sendiri dengan lebih baik. Dan tanpa sadar hal ini membentuk aku yang sekarang. Terima kasih ya ALLAH sudah menuntun ku menjalani jalur ini. Aku senang karena keputusan ku untuk menjadi ketua angkatan dan dua tahun menjadi ketua kelas di bangku kuliah mengantarkan pada pengalaman dan pemahaman yang sangat berguna. Tentang sabar, berbuat baik, bergaul dan bersikap positif. Beberapa kali aku jatuh karena emosi dan artinya aku gagal, namun b

J E D A & H E L A

Image
Kalimat, seindah apapun itu, tidak akan indah jika ditulis tanpa jeda, dibaca tanpa hela. Iya jeda, bukan titik atau koma, tapi jeda. Sekali lagi, jeda. Jeda memberi kesempatan otak untuk mencerna informasi, memungkinkan hati merasai makna dan menuntun pada pemahaman utuh yang bermanfaat. Bukan sekedar sebaris kalimat tanpa nilai yang menguap bersama angin, lepas hilang tanpa bekas sepersekian detik setelah ia dilemparkan. Semua karena tidak ada jeda. Lalu hela, sama halnya seperti jeda, namun hela beda karena tidak ada tanda tertulis dan semuanya masih tersimpan di memori kepala, berontak keras ingin keluar beradu tangguh dengan alam sadar bahwa semua ada giliranya, tanpa hela, semua informasi akan menghambur keluar tak berkesan, percuma. Penting untuk mengontrol ucapan agar tidak keluar terlalu lancar dan yang keluar kemudian tidak menjadi ucapan kosong yang dikangkangi emosi, tanpa bekas yang bisa disimpan di memori. Hidup bagai membaca, harus ada jeda supaya maksudnya dapat dipaha

Who Pays Tax - The Buyer or the Seller?

Image
Pajak memang merusak pergerakan pasar, itu kenapa banyak orang enggan membayar pajak, sementara nasionalisme tanpa imbalan langsung belum cukup menggugah jutaan penduduk negeri ini untuk gotong royong membangun negeri melalui pajak. Banyak faktor, bisa karena belum percaya dengan pemerintah atau memang alasan pribadi lain. Sebut saja Udin si pemilik baju di negeri Entah Dimana, biasanya Udin menjual per potong kaos oblong dari lapaknya dengan harga Rp 20.000,- dan rata- rata setiap hari terjual 6 potong, itu jadinya si Udin membawa uang Rp 120.000,- tiap hari dari hasil jualan bajunya, sampai suatu hari Udin menggerutu karena ada kebijakan dari pemerintah yang lagi kekurangan uang untuk mengenakan pajak sebesar Rp 5.000,- pada setiap potong bajunya, itu berarti Udin harus menjual bajunya seharga Rp 25.000,- kecuali Udin mau menanggung sendiri beban pajak ini. Namun dengan memasang harga baru sebesar Rp 25.000,- Udin sedang mengalihkan semua beban pajak ke calon pembeli dan resikonya U

UMR: Buah si Malakama

Image
UMR, Upah Minimum Regional di negara kita Indonesia konon kabarnya adalah termasuk yang terendah, itu mengapa banyak perusahaan luar negeri yang mendirikan pabriknya disini karena tersedia tenaga kerja yang banyak dengan biaya murah, terlepas apapun niatnya. Namun setidaknya ini telah membantu negeri ini memberikan lapangan pekerjaan, investasi dan pembelajaran ihwal teknologi dari negara maju. Mengenai UMR, menjadi negara dengan UMR yang rendah telah mendatangkan konsekuensi sebagaimana sudah disebutkan diatas, tetapi yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, seberapa besar dampak positif itu dapat kita nikmati kebermanfaatannya? Bagaimana dengan trade-off yang bisa jadi muncul sebagai dampak jangka panjang penerapan UMR rendah itu. Lapangan pekerjaan dan tenaga kerja ibarat dua hal dalam mekanisme pasar membentuk kedudukan masing-masing sebagai penawaran dan permintaan, lebih detilnya: Lapangan pekerjaan menawarkan pekerjaan dan tenaga kerja melakukan permintaan lapangan pekerjaan te

Touring ke Puncak.

Image
Bulan lalu aku touring ke Puncak, 17 September tepatnya. Tidak ada alasan yang pasti, hanya sekedar dorongan saja, rasa ingin semata. Tujuannya sederhana, menggunakan waktu yang ada sebelum nanti menjadi keinginan yang tertunda, apa lagi dendam tak sudah, jangan sampai. Bahaya, karena katanya terus menerus menyimpan dendam itu tidak baik. Aku dan tiga kawanku: Yoga , Arif NR , dan Furqan menyusuri jalur Ciputat- Bogor- Ciawi- Tajur- Puncak, meninggalkan Bintaro sejak pagi pukul 09.00 WIB. Sejak pagi aku sudah bersiap dengan jaket kulit hitam (pemberian Bapak waktu mudik kemarin), sepatu, sarung tangan, kaca mata hitam dan memanaskan Kalajengking Kesayangan Kita untuk dibawa melaju jauh. Setelah saling menunggu, kami berangkat dan kawasan Bintaro seperti sudah sibuk dengan aktivitasnya, namun belum ramai. Berbelok menuju arah Ciputat, perjalanan lancar melewati kampus UIN, fly over terus hingga sampai kedaerah Pondok Cabe lalu tiba diujung perbatasan Kabupaten Bogor- Ciputat. Disini

Sensus Pajak Nasional, Bukan Sensus Biasa

Image
Kini sebuah langkah tengah diambil Ditjen Pajak dalam bentuk Sensus Pajak Nasional, SPN sering disingkatnya. Dimulai dari Oktober hingga 31 Desember 2011. Ada yang menarik untuk dibahas ihwal Sensus Pajak Nasional ini. Apa maksudnya? Untuk apa dan siapa? Tujuannya apa? dan apa-mengapa yang lainnya lagi. Aku browsing internet dengan keyword Sensus Pajak Nasional, ada begitu banyak halaman yang memuat kabar ini. Kemudian aku coba simpulkan dan menulisnya dalam postingan ini. Apa itu Sensus Pajak Nasional? Sejak dulu aku yakin kita sudah cukup familiar dengan istilah sensus atau cacah jiwa, sensus penduduk begitu istilahnya yang ditujukan untuk menghitung jumlah dan memberi gambaran demografi penduduk secara lebih akurat dan aktual dalam skala nasional. Kemudian kalau sekarang Pajak pun melakukan sensus, tentu saja tujuannya terkait dengan dunia perpajakan negeri ini. Jemput bola begitu istilahnya, mungkin metode melalui sosialisasi dan advertensi sudah dianggap cukup sehingga tidak sal

Elastisitas Warteg Kampus

Image
Bagi sebagian kalangan mahasiswa, keberadaan warung makan sangat penting, ini menjawab mengapa warteg/warnas begitu menjamur dilingkungan kampus, termasuk dikampus ku kini, STAN. Dari gerbang masuk sampai gerbang keluar mungkin ada puluhan warteg dan aku senang sebagian besar dari mereka sudah pernah aku sambangi, semacam wisata kuliner. Bagi para pengusaha warteg sendiri tentu saja ini adalah prospek cerah dan menjanjikan atau setidaknya memberikan return of investment yang cukup tinggi bila dikelola dengan baik dalam banyak aspek. Aku tidak sedang menawarkan proposal bisnis atau tawaran kerja sama, melainkan untuk mengutarakan sebuah pandangan pribadi tentang bagaimana pengusaha harus dapat berhati- hati dalam mendirikan usaha ini mulai dari awal sampai kontinuitasnya kedepan. Modal yang ditanamkan dalam pendirian tentu saja harus dikembalikan dalam sebuah target tertanggal dengan besaran yang mampu menutup operasionalnya dan selebihnya menjadi laba pribadi dan sebagian lagi di rei