Posts

Showing posts from May, 2014

Soal BBM: Akibat Tak Tegas Anggaran Dipangkas

Image
Ada- ada saja lakon para pembesar negeri ini. Akibat tak berani tarik subsidi BBM yang salah sasaran itu. Kini ragam prediksi yang sudah sejak lama ditakuti hampir menjadi kenyataan. APBN terancam defisit sekitar 3%. Porsi anggaran subsidi makin membuat APBN limbung dan tidak seimbang. Wacana pengetatan subsidi yang menggelinding sejak setahun lalu berakhir tanpa hasil karena nyatanya realisasi subsidi jauh diatas target. Akibatnya pejabat negeri ini mengutak atik anggaran dengan alasan efisiensi. Bahasa sederhananya: Pemangkasan! Pemangkasan itu sendiri adalah hal yang baik. Tetapi jadi masalah kalau sasaran pemangkasan itu justru menyasar pos- pos yang menjadi instrumen pembangunan. Dan itulah yang terjadi kini, Pemerintah melakukan pemangkasan untuk anggaran di Kementerian/ Lembaga. Ambil contoh di Kementerian Keuangan, sebesar Rp300 Miliar dipangkas. Semua satuan kerja dibawah Kemenkeu kini harus melakukan perencanaan ulang rencana aksi yang sudah disusun sejak lama. Dampaknya ban

Pilpres Dimata Seorang Tukang Urut

Image
Tadi malam, seorang tetangga yang mencari nafkah sebagai Tukang Urut, berkomentar siapapun yang terpilih nanti tidak akan mengubah hidupnya. Ia akan tetap mengandalkan hidup pada jari jemarinya yang terampil dan telah membuatnya dicari banyak orang. Susilawati namanya, di usianya yang sudah 53 tahun, bila dalam keadaan sehat ia setidaknya mampu mengumpulkan omset minimal saya hitung- hitung Rp4.500.000,- dalam sebulan. Itu sebabnya ia tidak pernah pasang tarif. Doa tulus dari 'pasien' nya lebih ia damba selain keikhlasan amplop berisi Rupiah yang kerap dilayangkan untuknya. Bagi seorang Susilawati, hiruk pikuk Pemilihan Presiden tidak lagi menarik, ia sudah 'berpraktik' sebagai Tukang Urut sejak era Soeharto 32 tahun silam, saat ia masih tinggal di Rantau Prapat, Sumatera Utara. Dan kini pun begitu juga, sejak pindah ke Pangkal Pinang 2 tahun yang lalu, cukup berbekal tas hitam kecil berisi segala macam minyak urut mulai dari minyak tawon, minyak zaitun, minyak GPU, da

Poros Prabowo: Pondasi Rapuh Tenda Besar?

Image
Prabowo- Hatta resmi dideklarasikan di Rumah Polonia. Teka- teki siapa sang pendamping Mantan Danjen KOPASSUS ini terjawab. Melalui kalkulasi politik yang pelik, Hatta Rajasa resmi disepakati oleh GERINDRA, PAN, PKS, PPP,PBB dan GOLKAR. Jangan harap kita tahu kesepakatan politik macam apa yang telah terbangun didalam poros yang diidentikkan dengan istilah Tenda Besar ini, karena sejak reformasi membidani lahirnya praktik demokrasi 16 tahun silam, selalu ada sisi yang tak terungkap menyisakan tanda tanya. Namun dengan mata telanjang dapat kita saksikan sebuah gerbong besar berisi lebih dari 50% perolehan Pemilihan Legislatif 09 April 2014 plus Mahfud MD dan Rhoma Irama. Mereka beramai- ramai bersama gerbong Prabowo- Hatta memasuki gelanggang Sudden Death melawan gerbong Jokowi- JK yang didukung PDIP, NASDEM, PKB dan HANURA. Menarik, sebab baru kali ini sejak era reformasi Pemilihan Presiden hanya berlangsung satu putaran! Apapun yang akan terjadi di kompetisi ini nanti, tulisan ini say

Basa Basi Demokrasi

Image
Mereka dulu lantang menantang rezim Dengan daya upaya yang mengundang takzim Darah muda mereka mendidih di garda terdepan Sebagian mereka gugur bak tumbal pergantian zaman Mei sembilan delapan sudah enam belas tahun silam Mereka sudah diberi panggung untuk tak sekadar diam Lewat jabatan mereka diharapkan bisa berperan Lewat kesejahteraan mereka dibebani pertanggungjawaban Mereka yang gugur, telah dicatat sebagai pahlawan reformasi Namun tetap, nyawa mereka tak patut pergi menyisakan elegi Sementara sebagian rekan mereka utuh bernyawa dan kini sejahtera Sejarah menunggu mereka mengungkap tanda tanya atau malah lupa? Reformasi bukan semata soal aksi dan orasi Didalamnya tersimpan cita- cita dan rindu negeri tak terperi Mereka adalah pelaku sekaligus saksi atas raja yang ditumbangkan Pekikan mereka adalah harapan, langkah mereka adalah perlawanan Berbilang tahun telah berlalu, detak waktu terus melaju Tak juga terjawab tanda tanya itu, mereka bahkan seperti bisu Miris ke

P.S: I Love You

Image
Sayang Hari ini tepat setahun Lafaz Ijab Qabul itu mengalir terucap Di satu pagi yang tidak akan kita lupa Saat semuanya terasa begitu cepat Sayang Mungkin baru setahun Tapi telah begitu banyak cerita kita Cita, duka, lara dan bahagia Semuanya terasa sama menguatkan cinta Sayang Kukatakan dengan penuh sadar Inilah setahun terbaik yang pernah kumiliki Bersamamu, meniti segalanya dari awal Saling menjaga dan memahami tanpa henti Sayang Mengimamimu adalah kesucian Menyayangimu adalah keutamaan Melindungimu adalah penghargaan Walau kadang ku jatuh dalam ketidaksempurnaan Sayang Hari depan masih terbentang Tak peduli seberapa panjang Semoga kita tetap bergenggaman tangan Dalam pertolongan Sang Pemilik Kehidupan P.S: ----- Selamat Hari Ulang Tahun Pernikahan kita, sayang. Abang Sayang Iis.

5 Bekal Sebelum Anda Mendatangi Kantor Pajak

Image
Kita kerap kecewa terhadap layanan publik, sebagian dari kita mengungkapkan kekecewaan itu melalui sumpah serapah di socmed . Sementara sebagian lainnya mengambil langkah lebih berani dengan mengkritisi secara langsung ke petugas. Kantor Pajak juga tidak luput dari bombardir cibiran, tudingan dan ragam bentuk kekecewaan lainnya. Artikel ini membahas tentang apa yang perlu dilakukan bila kita suatu waktu hendak ada urusan ke kantor pajak. Tujuannya agar kita ada gambaran sehingga dapat menanggapi segala sesuatunya lebih santai. Maklum, kadang kita merasa sebagai warga negara yang membayar pajak, kita seperti raja yang patut dilayani tanpa mau terlebih dahulu memahami. Dan bila dibiarkan saja, kita bisa terperosok pada sikap jumawa atau cenderung memandang hina mereka para PNS yang kita anggap harus selalu mengerti dan memahami kita. Bahwa kita sebagai warga negara punya hak untuk dilayani, itu benar. Tapi kita pun harus sadar kewajiban dan mengerti prosedur yang telah ditentukan. Oke,

Darurat Otonomi Pajak?

Image
Label atau status sebagai negara makmur sudah cukup lama negeri ini nikmati, sejak dulu pada dekade 1970an ketika harga minyak melambung tinggi. Dari situ kita lama tenggelam dalam euforia kenyamanan sampai akhirnya kenyataan membuat kita sadar bahwa era kejayaan itu sudah lewat dan seperti halnya sebagian besar negara di dunia, sumber keuangan bagi berjalannya negara ini berasal justru dari kita sendiri yaitu dari uang pajak yang kita bayarkan. Mari kita renungkan dengan jujur, setidaknya masa satu dekade belakangan ini, ketika era partai Demokrat berhasil memenangkan Pemilu Legislatif dengan perolehan ajaib di angka 20,68% ditambah pula pesona Susilo Bambang Yudhoyono yang berhasil menghantarkannya sebagai Presiden RI yang disebut- sebut paling demokratis. Saat itu kita dilambung harapan akan kehidupan yang lebih baik yang kiranya dapat dihadirkan sang pemenang pesta demokrasi. Tapi yang kemudian kita saksikan adalah sederetan cerita tak sedap tentang kegagapan pemerintah mencipt