Harapan Hari Tua

Semenjak lulus SMA tahun 2004 hidup saya tidak pernah menetap lama disuatu kota. Jika dihitung sudah lima kota saya tinggali dalam kurun waktu 10 tahun terakhir antara lain Tangerang, DKI Jakarta, Palembang, Pangkal Pinang, dan Purwokerto. Itu artinya jika dibagi merata setidaknya setiap 2 tahun sekali saya mesti hidup berpindah. Inilah tantangan dari hidup yang saya jalani dan juga jawaban atas doa- doa yang saya sampaikan pada ALLAH. SWT. Tidak boleh ada drama didalamnya, hidup harus terus berjalan. Toh banyak juga orang dengan pola hidup serupa tetapi masih bisa menikmatinya.  

Namun demikian, saya tidak menampik masukan yang disampaikan sanak famili. Diantaranya agar tidak lupa menyiapkan hal yang paling fundamental dalam kehidupan, yaitu rumah. Saya sangat mengerti kekhawatiran mereka, maklum saja terlalu lama hidup jauh dari tanah kelahiran dengan ketiadaan kejelasan perpindahan rentan membuat siapapun lalai membangun kehidupan penopang hari tuanya. Apalagi kini saya sudah beristri dan akan segera memiliki anak. Beberapa dari teman saya yang menetap di kota asalnya banyak yang sudah memiliki rumah di kampung halaman masing- masing.  

Saya sendiri belum memiliki kemantapan pilihan tempat dimana saya akan menghabiskan hari tua nanti bersama istri. Pikiran saya masih terpaku untuk meningkatkan pendidikan. Itu artinya, fokus saya masih berkutat dengan upaya melanjutkan studi ke tingkat Magister, Doktoral, dan Post- Doktoral. Langkah ini memang terasa lebih lambat karena memang saya memulai karir  dari level Diploma I (setara SMA) dan saat ini masih menjalani studi Sarjana. Saya dan istri memiliki mimpi untuk beberapa tahun lamanya mencicipi tinggal di luar negeri (Amerika Serikat) sembari menjalani studi saya nanti.  

Saya terpikir untuk banting setir dari fiskus menjadi apapun yang memungkinkan saya hidup menetap saja nantinya. Mungkin menjadi dosen, konsultan, atau penulis. Dengan begitu sepertinya akan lebih mudah bagi saya dan istri untuk menata kehidupan dengan lebih santai dan teratur. Membangun rumah bertingkat dengan desain seperti yang kerap kami idamkan, dengan ruang tamu yang nyaman, dapur yang luas dan bersih, ada balkon dihalaman belakang, ada lahan untuk berkebun, ada kolam ikan, ada rak buku dan ruang kerja, dan desain interior manis lainnya yang sangat fungsional serta tak lupa ruang praktik permanen bagi istri saya tercinta.  

Tapi ah biar saja saya jalani hidup saya yang sekarang. Pusing kalau harus dilahap semua. Sedikit demi sedikit, saat ini pun, saya dan istri tengah membangun pondasi hari tua kami dengan cara kami sendiri. Cara ini kami pilih agar kelak tiba waktunya, kami dapat segera membangun rumah idaman kami. Tempat dimana kami akan menjalani hari tua kami, membagikan cerita perjalanan hidup kepada anak dan cucu cucu kami dan sekaligus menjadi jawaban atas kekhawatiran banyak sanak famili atas kehidupan kami kini. ALLAH.SWT itu maha mendengar doa, baik doa yang terucap dalam lisan maupun doa yang terucap lirih dalam batin.

Purwokerto
12 Agustus 2015 22:00 WIB

Comments

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King