Posts

Showing posts from 2013

Beranjak Dari Dilema

Image
Menjadi kuat bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kemampuan untuk memilih sikap dan respon yang tepat atas segala kejadian. Bagaimanapun idealnya kehidupan yang ingin kita jalani, Kejadian didalamnya tidak akan pernah bisa kita pilih, tapi kita bisa memilih bagaimana menghadapinya. Dari pilihan ini, siapa kita ditentukan, menjadi pemenang atau pecundang. Banyak yang jatuh terpuruk makin dalam saat dilanda ujian, namun tak sedikit yang justru makin bersinar terang usai melewati tantangan. Masalahnya, memilih sikap bukan pula hal mudah. Memilih sikap itu adalah cerita yang lain dari sekadar memilih baju didalam lemari atau memilih menu harian untuk disantap. Dalam memilih sikap, siapapun kita tentu akan dihadapkan dengan dilema. Dilema antara siapa yang harus diutamakan, diri sendiri atau bukan. Diri sendiri adalah yang paling mudah untuk dipuaskan, sebab cuma kita yang paham standar keinginan kita, namun orang lain? Kita tidak pernah tahu sejauh apa batasnya. Namun pahitnya, kita

Koruptor, Pejabat Atau Penjahat?

Image
Mencuri adalah perbuatan yang tidak dibenarkan, apapun alasanya. Tapi kebijaksanaan atas nama kemanusiaan patut dipertimbangkan bila pelaku adalah kaum papa yang terjepit kebutuhan hidup ditengah ketidakpedulian lingkingan sekitar, sebab pada saat yang sama disaat itu, ia sebenarnya adalah korban. Lagipula kerap didapati pada kasus level itu, yang dicuri adalah sekadar buah atau sekerat roti. Tapi bagaimana bila pelakunya adalah pejabat? Maka tidak saja perbuatannya tidak bisa dibenarkan, justru patut diberi harga mati bahwa ia telah berbuat keji! Mencuri, dalam kapasitas pelaku sebagai pejabat, merupakan bentuk riil tindakan menciderai amanah sekaligus melukai jiwa masyarakat. Pejabat diangkat dengan dasar kepercayaan dari rakyat untuk mengatur negara dan memberi kesejahteraan bagi rakyat. Tetapi jika pejabat itu mencuri maka pada hakikatnya yang ia curi adalah hak rakyat. Hak untuk merasai keadilan. Hak untuk mencicipi sejahtera. Hak untuk hidup tenang dan damai. Semua hak itu dapat

Panggung Rapuh Politik Indonesia

Image
Politik adalah panggung paling kentara didalam deretan catatan perjalanan bangsa. Lewat politik, berbagai arah sejarah bangsa bermula, dijalankan dengan segenap ideologi yang menjadi nafasnya. Pelakunya adalah mereka yang kita namai politisi atau kaum elit/terpandang. Dari rahim politik Indonesia terlahir tokoh sekelas Soekarno, Hatta, Sjahrir, dll. Politik itu mulia dan praktiknya bertujuan memuliakan kehidupan rakyat, mulai dari kaum sejahtera hingga mereka yang papa. Politik menjadi bahasa pemersatu para pendiri bangsa untuk mewujudkan cita- cita merdeka, yaitu bahasa perjuangan. Sampai akhirnya, jaman berganti, tokoh pengisi panggung nan gebyar cahaya itu pun tak lagi sama. Tetapi, politik dengan tujuan mulianya (seharusnya) tetap tertanam menjadi landasan arah perjalanan. Kini pun, ceritanya tetap sama, panggung politik tetap menjadi sorotan utama. Bedanya, politisi-politisi itu kini tidak lagi perlu repot memperjuangkan kemerdekaan. Namun disinilah sengkarut politik itu dimulai.

Pajak: Antara Realisasi dan Ekspektasi

Image
Di negeri ini Pajak adalah sektor unggulan yang belum benar- benar diunggulkan. Pelaksanaanya tidak mendapat panggung perhatian, bahkan dibenci dan diacuhkan. Padahal 'nyawa' bangsa ini dipertaruhkan dari Pajak. Urusan pajak itu adalah urusan nasional. Curahan atensi seyogyanya juga mengalir dari pucuk tertinggi hirarki birokrasi. Presiden. Namun, berbilang dekade lamanya bangsa ini seperti dicekoki dogma bahwa urusan Pajak itu sepenuhnya ada di pundak Direktorat Jenderal Pajak semata. Akibatnya, tidak ada upaya bersama dari segenap unsur untuk sama- sama merenungi peran krusial Pajak. Upaya menuju bangsa yang sejahtera bagai jauh panggang dari api. Mari kita melihat dengan jujur pencapaian penerimaan negara dari Pajak. Sepanjang 10 tahun terakhir hanya pada 2008 dan 2007 tembus 100% lebih. Selebihnya? Meradang di kisaran 95- 98%. Tahun 2013 ini pun tidak akan optimal, bisa diperkirakan, per 17 Desember ini baru tercapai 86,14%, padahal hari kerja efektif tinggal kurang 20 har

Bukan Hidup Yang Kebetulan (IV)

Image
Baru saja lewat tengah hari saat kemudian istri saya dibawa kembali ke ruangan, sepenuhnya ia belum sadar. Tapi saya tahu lewat igauannya, alam bawah sadarnya terus bekerja sampai akhirnya perlahan demi perlahan ia membuka mata. Di saat itu pula ia meringis pedih untuk tiga luka bekas operasinya dua jam yang lalu. Bagaimanapun beratnya kejadian- kejadian yang baru saja kami lewati, kami bersyukur sekali karena operasi pengangkatan Kista dari dalam tubuh Istri telah berjalan dengan lancar. Sekarang tinggal lagi masa pemulihan, menapakkan kembali langkah yang sempat terpaku erat di satu titik kehidupan bernama ujian. Beberapa jam kemudian... Istri saya mulai penuh kesadarannya, perawat berpesan untuk tidak terlalu banyak bergerak terlebih dahulu dan sementara cukup berikan saja air putih, baru 12 jam kemudian boleh diberi makanan. Tidak banyak detil cerita yang Istri sampaikan sesaat begitu ia tiba dimeja operasi, yang ia ingat cuma bahwa beberapa saat kemudian, ia merasa tubuhny

Bukan Hidup Yang Kebetulan (III)

Kami berdua masih sempat menikmati akhir pekan di Kota Palembang untuk sekadar berkunjung ke Toko Buku. Bagaimanapun, kota ini memiliki makna dan ikatan historis buat kami. Lagipula saya kira penting untuk mengkondisikan Istri agar santai sebelum masuk opname dan dioperasi dua hari kedepan. Ketenangan jiwa adalah wujud sederhana dari sikap menerima yang sudah kami lakoni atas kejadian kemarin. Senin. 25 November 2013 Sedari sebelum shubuh kami sudah bangun, Istri mengingatkan saya untuk tidak melewatkan saat- saat istimewa sholat malam dan memanjatkan doa, di situasi yang hening itu semua doa dan harap kami, saya sebut satu demi satu untuk selebihnya pasrah dan berserah (tawakkal). Bagaimanapun, dari sudut pandang saya seorang awam, saya kira ikhtiar yang optimal sudah kami lakukan selebihnya hanya doa dan tawakkal saja. Pagi itu, seperti janji dengan pihak Rumah Sakit, kami langsung menuju Ruang Rawat Penyakit Kebidanan. Saya terlebih dahulu mengendarai motor pinjaman Saud

Bukan Hidup Yang Kebetulan (II)

Image
Cerita hidup berjalan penuh teka- teki, masih segar dalam ingatan, pagi tadi kami berangkat dalam kondisi sehat dan kini kami berdua sudah berada di Rumah Sakit di bilangan Jalan Demang Lebar Daun, Palembang. Saya menemani istri yang terbaring lemas bersama infus yang tertancap kuat ditanganya. Dokter yang berstatus sebagai Dokter Jaga tidak juga datang, belakangan kami tahu bahwa sang dokter kini berada di klinik pribadinya dan baru malam nanti datang. Saya sebetulnya sudah geram dan hendak menekan pihak Rumah Sakit agar istri saya segera di periksa, tapi baiklah saya diam saja, karena saya yakin reaksi istri saya seperti biasa: “Sudahlah Bang, sabar saja, kita tunggu!”. Meski sampai malam kami tunggu, dokter tersebut tidak juga datang. Perawat meminta kami menunggu besok pagi. Kamis. 21 November 2013 Setelah lelah kemarin berburu obat yang diminta pihak Rumah Sakit (suster/ perawat), tidak terasa hari sudah pagi, masih diruangan yang sama, bunyi detak jam dinding yang sama, d

Bukan Hidup Yang Kebetulan (I)

Image
Tulisan ini semata saya buat untuk menjadi pengingat bahwa saya dan istri, dalam satu babak kehidupan kami, tengah menjalani cobaan yang insyaALLAH saya anggap sebagai ujian. Lewat catatan ini pula saya berusaha mengabadikan kekaguman saya kepada ALLAH.SWT sang pengatur kehidupan, tentang kepingan demi kepingan cerita yang tampak sekilas bagai biasa namun saling terkait dan nyatanya membentuk rangkaian yang tidaklah terjadi secara kebetulan. Jumat. 15 November 2013 Pagi itu seperti biasa, sebelum berangkat ke kantor saya selalu melayangkan kecupan lembut ke kening istri saya yang tengah hamil 2,5 bulan. Bagi saya memandangnya dan menantikan senyumannya adalah cara memastikan bahwa ia akan baik- baik saja selama saya dikantor. Terlebih saya paham betul bahwa dalam kondisi hamil muda begitu, ia butuh lebih dari perhatian biasa. Saya pun berangkat kekantor, memulai aktivitas seperti biasa, sampai beberapa menit kemudian. “Rik, loe kalo dikasih tugas ke Palembang tiga hari, siap ka

Dua Garis Itu Berwarna Merah

Image
Dalam hitungan (kurang lebih) delapan bulan kedepan insyaALLAH saya akan menjadi Ayah dan istri saya akan menjadi Ibu. Kami akan hidup dengan tambahan tanggung jawab baru sebagai orang tua. Sebuah nikmat dan karunia yang besar ini terungkap setelah dua hari yang lalu, tiga kali hasil testpack uji kehamilan pada istri memberikan dua garis merah tanda positif. Sungguh ALLAH. SWT itu benar- benar Maha Mendengar. Sudah lewat sekitar lima bulan sejak kami menikah. Memang baru dua bulan terakhir ini kami benar-benar hidup bersama, karena sebelumnya istri masih bertugas di daerah lain sebagai Dokter PTT. Di dua bulan terakhir inilah kami mulai secara intensif menyiapkan banyak keperluan berumahtangga. All i can say is that living under construction is not easy . Dan disamping itu saya dan istri tidak sama sekali menunda untuk memiliki anak, sedapatnya saja, lebih cepat lebih baik. Tetapi keinginan tersebut tidak begitu saja terkabul. Ternyata soal kehamilan wanita itu mutlak kuasaNYA. Serin

Melanjutkan Cerita Hidup

Image
Satu tahun lalu saya berdoa pada ALLAH. SWT jika ada rezeki saya jadi Account Representative semoga ditempatkan ditempat yang terbaik menurutnya. Sampai kemudian ternyata sampailah saya di Pulau Bangka. Kota Pangkal Pinang. Ternyata tanpa saya duga, garis hidup saya memuat cerita di dareah ini yang katanya kaya Timah. And here i am an Account Representative at KPP Pratama Bangka. Hijrah ini bertepatan seminggu sebelum pernikahan saya dan istri digelar. Ibarat babak, maka ini menjadi semacam babak baru kehidupan yang sebelumnya tidak kami duga tapi harus dihadapi. Di Bangka ini kami memulai hidup berumahtangga, menjalani visi misi bersama dan saling mendukung. Saya dengan peran baru sebagai pemimpin rumah tangga dan istri sebagai partner utamanya. Belakangan saya sadar bahwa perkataan Bapak saya lima tahun lalu memang benar bahwa hidup seorang laki- laki itu baru dimulai sebenarnya kalau ia sudah menikah. Di kantor, dengan tanggung jawab baru itu, saya senang menjalaninya. Teman- tema

Hidup Untuk Hidup

Image
Hidup adalah perjalanan menuju mati. Sayangnya fakta paradoksal ini kerap menjadi abai karena tertutupi mewahnya kehidupan dunia yang diukur dalam satuan fisik dan materi. Ada yang bilang kondisi ini adalah pergeseran alamiah yang dimotori oleh seleksi alam. Pendapat yang benar bila cuma disasar ke mahluk selain manusia yang hanya memiliki naluri dan insting. Namun tidak bisa ditujukan kepada kita (manusia) karena kita diberikan oleh ALLAH. SWT dua hal yaitu akal untuk berpikir dan hati yang memberi kendali. Hati adalah apa yang membuat kita menjadi mulia atau hina. Hati yang lebih dari sekadar sekerat daging didalam tubuh, ia tempat rasa sesak atau hangat bersembunyi dan biasa muncul ketika momentumnya datang. Kehadiran sensasinya tidak bisa dibohongi. Namun butuh penglihatan yang jernih untuk mengenalinya dan kejujuran untuk mengakuinya sebab setiap pengakuan yang jujur adalah titik masuk menuju perubahan. Disaat yang sama, pengabaian atas peringatan yang muncul di tiap momentum sa

Lari Pagi ke Pasir Padi 10K

Image
Jalan aspal yang sepi seperti tak ada habisnya. Dikiri kanan cuma ada beberapa komplek pabrik peleburan bijih timah, selebihnya hutan hijau yang sebagian lahannya bopeng akibat sisa penambangan timah yang tidak direklamasi. Itulah sekilas gambaran jalur yang aku lewati kemarin, saat jogging dari arah pelabuhan Pangkal Balam menuju Pantai Pasir Padi. Jarak tempuhnya sekitar 10 Kilometer (10K). Semua dimulai pada saat bangun pagi dan aku terpikir untuk berolah raga dengan porsi yang lebih banyak. Sebab, selama ini olah raga rutin ku sudah membuatku masuk zona nyaman yang patut diseret keluar sesekali. Lari 10 K sudah beberapa kali aku coba dan memang menyenangkan. Jadilah pagi itu, aku pamit berolahraga pada istri (baca: mencium keningnya), mengencangkan tali sepatu dan segera berlari menyusuri jalanan Yos Sudarso menuju titik akhir, Pantai Pasir Padi. Jogging itu menyenangkan, hanya jika tahu bagaimana cara menikmatinya. Sayangnya, ini semua soal kebiasaan dan pengalaman yang menjadi

15Th Reformasi: Menangkal Gagap Demokrasi

Image
Peristiwa Mei 1998 menjadi titik balik sistem pemerintahan Indonesia. Rezim otoritarian Soeharto yang berkuasa lebih dari 30 tahun tumbang secara dramatis oleh kekuatan rakyat dan mahasiswa. Korban berjatuhan. Tragedi tersebut telah mencatatkan sejarah kelam bangsa ini menuju demokrasi. Angin segar perubahan yang dibawa demokrasi telah melambungkan harapan rakyat di seluruh penjuru negeri. Demokrasi digadang- gadang akan mampu mengembalikan kedaulatan rakyat yang terpinggirkan (marginalized) berbilang tahun lamanya. Berbicara demokrasi maka berkaitan erat dengan kepentingan rakyat. Apapun ritual demokrasi itu, muara utamanya adalah menegakkan kedaulatan rakyat pada multiaspek. Rakyat adalah alasan demokrasi itu dilahirkan. Sebagaimana lazimnya sebuah sistem, maka kualitas pelaksanaannyalah yang menjadi penentu tingkat keberhasilannya. Tidak ada sistem yang sempurna tanpa cela, namun tidak ada cela yang tidak bisa diminimalkan. Dua unsur utama landasan pelaksanaan demokrasi adal

Dicari: Kejujuran!

Image
Kejujuran. Satu hal yang makin terlihat absurd di jaman sekarang ini. Menjadi jujur sudah makin identik dengan menjadi bodoh. Pergeseran pemikiran semacam ini makin membuat kejujuran terdesak dan terasa asing, sebab memang menjadi jujur itu sulit, apalagi ditengah gempuran godaan duniawi dan kompetisi materi yang kerap ditonjolkan lingkungan sekitar. Semua dimulai dari hal kecil. Termasuk kejujuran. Jujur pada satu hal akan membuahkan sikap jujur pada hal yang lain. Tapi menjalankanya bukanlah tanpa resiko, perlu keberanian. Sebab sikap berani itu adalah benteng terakhir pertahanan prinsip kejujuran. Saat kita menyerah dan berhenti untuk jujur, maka saat itu pula kita mulai merasakan pertentangan dari nurani yang memberontak. Resiko menjadi jujur didunia ini adalah dicap bodoh, ketinggalan jaman dan jauh dari hidup mewah. Namun tidak ada rasa yang menandingi rasa kelegaan usai berbuat jujur. Tidak bisa ditampik, rasa itu melambungkan bahagia karena bisa mengalahkan dunia. Lebih jauh

Golput: Harga Mahal Sebuah Hajat Sakral

Image
Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) sudah masuk hitungan bulan, agenda elektoral sudah mulai gencar digaungkan dan dijalankan sejumlah Partai Politik. Hajat Besar lima tahunan ini selalu menjadi gerbang pengharapan akan kondisi kehidupan multiaspek yang lebih baik dari sebelumnya. Semua kekurangan selama lima tahun berharap dapat ditebus dalam satu hari pada 09 April 2014. Akan tetapi, benarkah kita telah bertekad kuat menuju perbaikan itu? Sebuah pertanyaan yang kerap muncul ditengah kenyataan rendahnya tingkat partisipasi pada ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di beberapa daerah negeri ini. Demokrasi Minim Partisipasi Menilik fakta mengenai tingkat partisipasi pada beberapa Pilkada sepanjang tahun 2012- 2013 tercatat bahwa di provinsi Bali dari 26% pemilih yang terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) tidak menggunakan hak pilihnya menjadi Golongan Putih (Golput). DKI Jakarta pada Pilkada yang menelurkan Jokowi sebagai Gubernur terpilih ternyata mencatatkan sisi gelap d

Kepatuhan Wajib Pajak: Antara Potensi dan Ekspektasi

Image
Apa kesan yang didapat bila kita bertanya pada wajib pajak mengenai urusan perpajakan? Rumit! Mau tidak mau begitulah kesan yang harus diterima instansi Ditjen Pajak. Jangankan kepada Wajib Pajak yang usia NPWP nya baru seumur jagung, bahkan Wajib Pajak yang sudah terbilang bertahun lamanya kesan tersebut tetap ada. Mungkinkah ini merupakan penyebab rendahnya kepatuhan Wajib Pajak? Memang belum ada studi akademis yang fokus menggali perihal ini. Namun, setidaknya dalam berbagai kajian, kita sepakat bahwa “Kepatuhan Wajib Pajak” adalah salah satu indikasi utama keberhasilan Modernisasi Ditjen Pajak. Modernisasi Dalam Perangkap Ironi Sudah lewat satu dekade modernisasi bergulir, dimulai di tahun 2002 dengan dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar (Large Tax Office) yang khusus melayani sejumlah Wajib Pajak dengan kontribusi pembayaran pajak tertinggi (dalam skala nasional) berlanjut hingga akhirnya di tahun 2008 semua Kantor Pelayanan Pajak sah bergelar ‘modern’. Bicara k

Belum Ada Judul

Image
Sampai saat kita nyaris tak percaya Bahwa roda nasib memang berputar Apa yang bisa diingat dari rangkaian cerita dan pengalaman? Nama orang? tempat? Jalan? Buku? Gunung? atau Sesap hangat secangkir kopi? Buatku semuanya benar. Semuanya tersimpan rapat dalam ingatan. Mahal dan mustahil berulang sebab hidup terus berjalan. Kita adalah tiap jiwa yang dicipta untuk mengisi hidup dengan cerita. Cerita apapun. Manis, pahit, duka, suka, tawa, lara, pedih, bangga, gembira. Terserah bagaimana kita menyebutnya karena cuma waktu yang bisa menguji tentang ingatan yang mungkin tetap terus terbawa. Cukup lama aku jalan sendiri Tanpa teman yang sanggup mengerti Apa yang bisa dipahami dari rentetan kisah dan kejadian? Adalah bahwa kita ada di garis sarat ajaran kehidupan. Bagaimanapun, tidak ada satu manusia yang bisa membuka hati manusia lainnya. Hati seseorang baru bisa terbuka hanya bila orang itu mau membukanya. Berjalan sendiri itu lebih baik daripada bingung ditengah keramaian. Disaat itu k

Menata Hati: Titik Awal Keselarasan Perilaku

Image
Kita adalah apa yang kita pikirkan, ucap dan lakukan. Saat pikiran kita dijajah oleh belitan prasangka buruk atau jajahan rasa malas maka ucapan yang mengalir tidak akan jauh dari cercaan, hinaan dan respon keji lainnya. Dan kemalangan yang lebih tragis lagi adalah saat kita mulai benar- benar kehilangan kontrol atas pikiran dan ucapan tersebut, karena itu akan mendorong lahirnya tindakan yang barbar dan brutal. Diatas normal dan tidak wajar. Ini yang kerap kita saksikan di sekitar kita. Jamak terjadi peristiwa diluar batas kemanusiaan yang mengguncang logika justru dipantik hal kecil yang harusnya patut diabaikan. Nilai kehidupan memang kerap diisi hal buruk yang membudaya, maka kita memang dituntut untuk selalu waspada dan mampu menguasai diri. Saat yang menjadi fokus dunia adalah pikiran, ucapan dan perbuatan, maka satu aspek utama diatas itu semua tidak boleh ditinggalkan. Itulah hati. Hati adalah titik awal terdalam yang tidak akan bisa dijangkau sedalam apapun logika ilmu penge

Asah Nyali Pada Kemudi.

Image
Besok akan jadi satu dari sedikit sekali hari yang bisa aku ingat seumur hidup. Menghadapinya melahirkan gugup dan ensasi emosi yang muncul bergantian antara cemas dan gembira atau antara gentar dan tak sabar. Iya, besok aku akan mengemudikan sendiri mobil ke daerah Koba untuk urusan dinas. Mengemudi, satu hal yang jelas masih jadi hal hebat bagi aku dan keluargaku. Aku cuma bisa menghela nafas dalam. Bersyukur, diberi kesempatan untuk bisa. Sebetulnya, aku tidak buta sekali soal mengemudi ini. Kalau untuk jalan lurus dengan arus lalu lintas yang lancar, aku sudah lumayan berani, sebab pekan lalu hampir 2 jam aku mengemudi dari Koba menuju kembali ke Pangkal Pinang. Namun itu juga ditemani rekan kantor dan begitu masuk wilayah kota menjelang lampu merah, kemudi kukembalikan padanya selain masih kikuk untuk turun ke jalan raya, khawatir ada razia mengingat aku belum ada SIM. Tapi untuk besok, aku berangkat berdua dengan atasan. Beliau sendiri yang memintaku untuk coba memberanikan dir

Tentang Menjadi AR

Image
Waktu berlalu cepat, paruh waktu pertama tahun ini sudah lewat. Hidupku sudah dua bulan berjalan di Pulau Bangka. Sudah hampir dua bulan pula aku menjadi Account Representative (AR) di KPP Pratama Bangka. Sejauh ini, sukurlah semua berjalan dengan baik. Mungkin ini karena hidupku sekarang sudah lebih berarah sejak menikah. Menjalani peran sebagai AR adalah letupan rasa syukur yang tumpah dalam ekspektasi senyap ku di hari kemarin. Ada kurang lebih 5000 wajib pajak (perusahaan dan individu) yang jadi tanggung jawab pengawasanku di wilayah Kecamatan Koba dan Jebus. Tapi tentu saja, aku membuat prioritas sebab tidak mungkin semua terlayani. Sebisanya semua berjalan dengan profesional dan proporsional saja. Sampai Juni kemarin tercatat target penerimaan ku sudah tercapai 50% lebih. Pencapaian ini seperti antara berkah dan amanah. Menjadi berkah sebab ternyata di kedua wilayah itu tersimpan potensi besar yang harus lebih dalam digali, menjadi amanah sebab kenyataan itu mengharuskanku untu

Geliat Pajak dari Barat Pulau Bangka

Image
Muntok, Ibu Kota kebupaten Bangka Barat adalah kota tua yang sudah berdiri sejak berabad silam, banyak bangunan gedung tua yang masih berdiri kokoh sebagai bukti sejarah perjalanan negeri ini, seperti gedung kantor pusat PN Timah yang dibangun tahun 1915 oleh Kolonial Belanda dan bangunan rumah pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta yaitu Pesanggarahan Menumbing dan Wisma Ranggam. Di sini terdapat pula Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Pajak (KP2KP) Muntok yang merupakan perpanjangan tangan KPP Pratama Bangka untuk menjamah wajib pajak di Kabupaten Bangka Barat (membawahi enam kecamatan). Di Muntok sendiri terdapat 5771 Wajib Pajak (42% dari total Wajib Pajak di Kabupaten Bangka Barat) dengan 323 diantaranya adalah Pengusaha Kena Pajak. Kondisi ini mendorong terjalinnya kerja sama yang diinisisasi Kepala KP2KP Muntok (Budi Budiawan) dengan Kepala KPP Pratama Bangka (Muhammad Dahlan Saleh) untuk mengadakan sosialisasi Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-11/PJ/20