Posts

Showing posts from June, 2014

Untuk Semua Sahabat (Lama) Saya

Image
Saya kehabisan kosakata untuk menggantikan "lama" di judul tulisan ini. Seharusnya memang tidak boleh ada kata lama dalam persahabatan. Sahabat adalah sahabat, ceritanya tidak akan pupus oleh waktu. Tetapi memang, perjalanan takdir hidup seringkali sarat kejutan. Kita dibentangkan jalan lain yang membuat cerita itu harus terhenti. Dari waktu ke waktu, selalu begitu, berulang antara ihwal pertemuan dan perpisahan. Semakin sering, semakin banyak perjalanan, makin banyak pula sahabat- sahabat yang saya temui, untuk kemudian berpisah kembali. Bagi saya, sahabat adalah keluarga yang dapat kita pilih. Saya ingat semasa kuliah, saat seorang sahabat tanpa ragu membantu saya pindah kos di tengah malam. Atau sahabat yang sering kali rutin menjadi partner olahraga saya (jogging). Atau kisah lain ketika beberapa sahabat berkenan hadir ke pernikahan saya walau untuk itu mereka harus menempuh jalan jauh yang panjang dan mahal. Dan banyak lagi yang lain. Mereka telah membuat saya merasa di

Dibekap Candu Subsidi BBM

Image
Masih sisa 6 bulan lagi, habis tahun 2014. Itupun kalau belum kiamat. Bila melihat kedepan tentang kesejahteraan, rasanya cuma bisa realistis. Berat untuk berharap banyak pada SBY and Friends di masa-masa akhir jabatan mereka sebab memang mereka enggan ambil resiko, dan lebih memilih bersembunyi dibalik citra "mensejahterakan rakyat". Sementara, soal kesejahteraan di negeri ini adalah soal ketidaktegasan dalam tata kelola anggaran BBM. Semula hanya dikisaran Rp293 Triliun tapi belakangan jebol sampai tembus Rp392 Triliun. Angka yang setara lebih dari 30% untuk pengeluaran/belanja ternyata habis untuk meninabobokan rakyat. Dari inti masalah kesejahteraan, untuk kesekian kali, diingatkan kepada para pengambil kebijakan bahwa sudah saatnya mencabut beban subsidi BBM yang tiap tahun makin menghabisi anggaran. Apalagi penikmat subsidi ini bukanlah kaum papa yang membutuhkan. Saya menunggu, barangkali besok di sesi debat yang membahas soal kesejahteraan rakyat, salah satu saja da

Ketika Data Berbicara (Mengungkap yang Mengendap)

Image
Saya adalah seorang Account Representative Ditjen Pajak di Provinsi Kep. Bangka Belitung. Wilayah yang saya awasi adalah Kecamatan Koba, Bangka Tengah. Disana banyak eks- rekanan PT Koba Tin (perusahaan penambang Timah terbesar di Kabupaten tersebut yang kini telah berhenti beroperasi) yang kerap saya awasi pajak nya. Tapi dari sekian ratus eks- mitra itu, ada beberapa yang tidak berbisnis menjadi mitra dengannya, tetapi justru dengan BUMN ternama di sektor yang sama yaitu PT Timah (Persero) Tbk. Satu diantaranya saya sebut saja CV Dulsawan. CV Dulsawan ini Sudah sejak 2008 menjadi mitra PT Timah (Persero) Tbk. Ia menjual jasa reklamasi lahan bekas area penambangan dan juga penyedia jasa angkutan hasil penambangan bijih timah. Bisa dibilang pemenuhan kewajiban perpajakannya sejak kali pertama berdiri termasuk cukup patuh dan tak ada pelanggaran yang cukup berarti. Setidaknya dilihat dari SPT Tahunan & PPN yang dipungut Bendahara BUMN tempatnya menjadi mitra. Tetapi di 2011 kemarin

1 Diantara 30.000

Image
Siapalah saya ini? cuma 1 diantara 30.000 manusia yang cari nafkah diatap yang sama. Apa masih perlu saya tuangkan segala karya dalam kata atau segala usaha dalam cerita? Sebab itu mungkin tetap tak akan membuat saya menjadi berarti diantara 30.000 lebih nyawa itu. Pada awalnya saya datang membawa cita dan mimpi. Mungkin begitu juga mereka. Hari berlalu, bulan dan tahun. Lalu di tepi pengharapan saya bertanya untuk siapa ini semua? Ada yang bilang itu semua untuk lebih dari 28 juta penduduk yang masih dianggap tak berpunya. Tapi siapa saya? Robin Hood bukan, Spiderman jauh. Sebab jauh didalam hati kecil saya masih ada cita dan mimpi itu. Satu harapan untuk sekadar dianggap ada dan diberi kemudahan. Tak sekadar menerima rupiah setiap bulan semata. Namun, tetap realita memang begitu adanya. Saya cuma 1 diantara 30.000 manusia yang diwajibkan untuk patuh pada aturan yang memberi rasa cemas dan beban. Takut- takut saya menuliskan ini. Khawatir dianggap tidak bersyukur. Tapi sudahlah, set

Membaca Mega

Image
Ia adalah saksi hidup silih bergantinya para penguasa. Ia cuma sekadar ibu rumah tangga biasa yang kemudian terseret arus pusaran politik nasional. Tahun demi tahun berlalu dan telah banyak dinamika dan prahara yang menempanya. Ditelikung lawan, dikhianati bawahan, dijungkalkan dan ditekan rezim sudah pernah ia alami. Semua itu seharusnya lebih dari cukup untuk menjadikan ia ambisius dan kembali merebut kemenangan yang tidak pernah benar- benar dinikmatinya sejak awal. Tapi ia lebih dari sekadar politisi matang yang mengincar kemegahan istana. Ia menjelma kini menjadi seorang negarawan yang mencintai negaranya. Saat tragedi Kudatuli 27 Juli 1996 ia dilengserkan dari jabatan sebagai ketua umum yang didapat secara legal penuh legitimasi. Ia dituduh membangkang rezim penguasa. Gerak- geriknya diawasi dan segala sangkaan disasarkan kepadanya meski kemudian tidak terbukti. Ia kembali naik ke panggung politik nasional dan mendirikan PDI Perjuangan yang menjadikannya muncul sebagai tokoh sim

PPh 1% untuk UMKM Antara Berkah dan Musibah

Image
Juli tahun lalu terbit Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Sederhanaya, peraturan ini membidik kelompok usaha kecil dan menengah yang omset setahunnya kurang dari Rp4,8Miliar. Aspek unggulan kebijakan ini adalah kesederhanaan bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, yaitu Pajak Penghasilan yang dibayar cukup 1% per bulan tanpa ada keharusan untuk melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak atas pembayaran yang telah dilakukan. Pun begitu juga bila dalam bulan yang bersangkutan tidak ada omset sehingga tidak ada Pajak Penghasilan yang dibayar. Mempermudah dan menyederhanakan! Mungkin itulah tujuan utama para pemikir yang membidani lahirnya kebijakan ini. Tapi praktik dilapangan tidak semudah yang dibayangkan, keunggulan dan tujuan mulia kebijakan ini tampak terlalu bagus untuk menjadi kenyataan ( too good to be true ) lantaran dasar pengenaan yang digunakan adalah penghasilan kotor/omset/bruto. Protes bermunculan, keluhan dan kecewa tak terhindarkan. Khususnya dari