Posts

Showing posts from March, 2012

Jelajah Waktu

Image
Sesekali aku lebih suka menyendiri daripada bergabung dengan teman2, namun aku belajar untuk mencairkan suasana bila baru bergabung dengan suatu komunitas baru agar merasa lebih diterima, itu saja. Kalau sedang sendiri itu seperti diberi kesempatan untuk berlari menjelajah waktu, tanpa kaki yang dirantai, tangan yang diborgol atau mulut yang dikunci, bagai diberi kebebasan tanpa belenggu barang sedikit pun. Lepas merdeka! Lagu dari Peter Pan yang judulnya Tertinggalkan Waktu, mengingatkan ku akan banyak momen dan tetap cocok sejauh apapun dimensi waktu yang kujelajahi Kau terbangun dari tidur panjang yang lelahkanmu Sesali wajahmu merenta kisahmu terlupa Kau sadari semua yang berjalan tlah tinggalkanmu Dan tak dapat merangkai semua dekat di khayalmu * Kau harapkan keajaiban datang Hadir dipundakmu Kau harapkan keajaiban melengkapi khayalmu Reff: Kau biarkan mimpi tetap mimpi Yang melengkapi khayalmu Kau terhenyak dan terbangunkan Dan harapkan keajaiban datang hadir dipundakmu K

Bila Beristri Nanti Masihkah Aku Mendaki?

Image
Ini soal hobi yang sulit diingkari, yang sudah ada sejak dulu waktu masih jaman kanak- kanak. Kala itu sudah menjadi kesenanganku menelusup rimba bukit di depan rumah atau berenang menyebrangi sungai menuju desa seberang, rasa takut atau resiko yang timbul tenggelam selalu aku lawan, belakangan aku baru tahu bahwa itulah yang disebut dengan keberanian, yaitu terus maju melangkah walau diserang rasa ragu, takut atau semacamnya. Seiring waktu sejalan dengan kesibukan sebagai pemuda tanggung berstatus pelajar SMA, hobi itu sempat pergi entah kemana, hilang. Terus begitu sampai sudah jadi mahasiswa selama setahun di perbatasan Bintaro- Jurangmangu bahkan hingga sudah mulai bekerja di Jakarta. Sampai akhirnya menjelang penghujung tahun 2008, ada tawaran dari senior di kantor yang hendak mendaki Papandayan di Garut, pas juga saat itu aku memang butuh hiburan karena sedang bosan dengan rutinitas. Gayung bersambut, kami berangkat! Bertiga saja. Dari situ, aku sadar bahwa hobi yang tadinya kuk

It Is What It Is

Image
Sejujurnya, banyak hal yang tidak bisa kuterima, atau setidaknya membuatku kecewa dalam hidup. Namun sebagai pelaku takdir aku hanya bisa menerima. Reaksi macam apa yang belum aku keluarkan atas semua itu. Marah macam anjing gila, mengutuk takdir, adu kepala lawan dinding, hingga menangis tanpa air mata pun sudah tapi pada akhirnya aku harus merelakan itu terjadi. Sebaik apapun aku menangkalnya, semua tetap saja terjadi karena tampaknya memang harus terjadi. It is what it is . Aku bukan fatalist karena aku masih mampu dan mau berusaha sebisanya sebelum berkata, That is what we call Destiny! Apapun yang sudah terjadi, pada suatu titik lelah aku sadari sebagai kesatuan fragmen- fragmen kehidupan yang terangkai tanpa sadar menjadi suatu cerita berkaitan, walau diisi oleh tokoh di tempat dan waktu yang tidak aku tahu. Namun, ditengah semua itu aku masih menjaga harapan dan keyakinan tentang hari depan yang lebih baik. I just keep a faith for things i have been hoping for . Sejak lama hin

Hari- hari Tanpa Pulsa

Image
Sudah dua hari ini mobile phone dua- duanya tanpa pulsa. Bersyukur sedari kemarin tidak ada pesan masuk yang harus dibalas, atau panggilan masuk yang terlewatkan ( missed call ) yang membuat muncul tanggung jawab untuk telepon balik. Hanya setiap pagi saja reminder lama dari salah satunya berbunyi, reminder yang sudah ada sejak jaman kuliah dulu, harusnya ku reset saja. Parah! Bagian yang kurang enak dari masa tidak ada pulsa adalah kalau pas rindu pada orang- orang terdekat melanda. Tidak enaknya karena dua hal: pertama rasa sungkan untuk minta 1- 2 sms ke orang lain dan bila serangan sms kangen dari kekasih dalam modus sangkaan sombong, tanpa kabar, dan lain sebagainya mulai datang. Andai hp bisa berdiri sendiri tanpa pulsa, alangkah indahnya dunia! karena di mata sebagian orang, secanggih apapun hp bila tanpa pulsa ia tetap saja sebuah kotak biasa. Semua ketidakenakan itu tadi bisa lebih parah bila disaat yang sama muncul pula sms dari seseorang untuk minta tolong karena berada da

DPR: Duku Pisang & Rambutan

Image
Tadi sore aku ke Bundaran Masjid Agung, berdiri disana dekat monumen yang berlambang Pancasila. Sekitar hampir 30 menit menunggu disana, akhirnya Mobil Travel dengan plat BG 7816 L-300 warna putih yang aku tunggukan muncul juga. Bapak mengirim paket yang dititipkan lewat mobil ini, paket itu beliau bungkus dalam kardus bekas magic jar yang isinya buah Duku, Pisang dan Rambutan yang merupakan hasil panen kebun sendiri yang biasa Bapak rawat tiap petang sejak dahulu hingga kini. Kemudian aku pulang membawa paket itu dengan menggunakan motor dapat pinjam dari teman, paket itu rupanya cukup besar untuk ku taruh didepan akhirnya dengan sedikit nekat aku letakkan saja di jok belakang tanpa tali pengikat hanya bermodal jalan-pelan dan bismillah . Aku ambil rute Sudirman lalu tembus ke Rivai, dan alhamdulillah tiba dikos dengan selamat. Setelah paket aku buka, sebagian langsung aku sisihkan untuk diberikan ke Ibu dan tetangga kamar kos. Selebihnya untuk dimakan sendiri dan rencananya sebagi

Profesionalitas atau Rasa Tidak Enak? Pilih!

Image
Baru saja pagi ini, teman akrab dari kekasihku menelepon untuk meminta bantuan untuk membuatkan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP). Sempat sebelumnya aku jelaskan bahwa prosesnya tidak lah rumit, hanya datang ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai alamat kegiatan usaha berada dengan membawa dokumen yang disyaratkan: Kartu NPWP dan Surat Permohonan lalu langsung datang untuk melaporkan, setelah itu proses berjalan dengan sendirinya, selesai dan tanpa ada biaya. Begitu ku jelaskan kepada nya, namun yang ia inginkan bukan hanya sekedar penjelasan rupanya, tetapi sekaligus langsung jadi saja atau terima jadi/ tahu beres saja. Disini aku keberatan bukan karena aku enggan membantu namun rasanya jika dibiasakan akan tidak mendidik masyarakat. Bahkan lebih jauh lagi ada semacam background process yang membuat Wajib Pajak harus datang sendiri seperti penandatanganan, pembuktian alamat hingga verifikasi lapangan atau kegiatan usaha. Tapi apa daya, sang teman sudah terlanjur kecewa mendengar bah

American: From Don's Side.

Image
Ini kelanjutan postingan kemarin, tentang Don, orang asli Indonesia yang sudah 25 tahun menetap di Oklahoma, Amerika Serikat dan akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia tepatnya di Palembang. Aku menemui Don di kediamannya pada suatu siang pekan lalu. Aku masuk kedalam rumahnya dan saat itu ia sedang berbenah sendirian dirumahnya dengan peralatan mekanik tergeletak bebas, nampak baru saja dipakai. Ia sendirian tanpa sewa tukang atau jasa teknik serupa. "If you can do it by yourself, then do it" , seperti itu katanya. Hampir sekitar 1 jam kami ngobrol seputar asal daerah, sekilas kehidupannya di Amerika lalu kami berlanjut makan siang ke Waroeng Steak (WS) Jalan Diponegoro setelah sebelumnya kami Sholat Zuhur di Masjid At-Tiq. Don mengatakan dari sana nanti ia langsung mau ada urusan ke Plaju sehingga kami menggunakan motor masing- masing. Motorku kebetulan masih di Baturaja untung ada kawan yang mau kasih pinjam. Dari 1 jam awal itu, tampak sekali bahwa tidak ada yang ters

Palembang Oklahoma

Image
Perkenalan yang serentetan cerita sebelumnya menunjukkan bahwa memang tidak ada yang kebetulan dalam hidup... Lewat teman, aku dikenalkan kepada orang Indonesia asli yang sudah 25 tahun menetap di Amerika Serikat, Oklahoma tepatnya. Ia memutuskan kembali ke Indonesia dan merintis usaha di kota Palembang. Siang tadi aku baru saja mengunjunginya dan kami sempat makan siang di Waroeng Steak Jalan Diponegoro. Semua bermula saat aku mulai berpikir untuk mencari penghasilan tambahan di kota ini, kupikir mengajar Bahasa Inggris sebagai tutor after working-hour bisa jadi alternatif. Aku survey ke beberapa lembaga kursus di kota Palembang ini dan mulai menyiapkan berkas, yang ternyata masih tertinggal di Baturaja. Mentok, akhirnya aku coba menghubungi teman dan ia merekomendasikan untuk menghubungi keluarganya yang baru saja pindah dari Amerika dan mendirikan kursus Bahasa Inggris di Palembang, dan aku menghubungi keluarganya via sms dan rupanya lagi belum ada pembukaan tenaga baru. That is n

Minyak Indonesia: Riwayatmu Kini...

Image
Di masanya, ketika sektor Migas menopang porsi besar penerimaan negara kala itu dekade 1970an hingga 1980an, negara ini menyandarkan penerimaan negara dari hasil penjualan minyak, masyarakat menikmati harga BBM murah ditambah lagi kala itu cadangan minyak bumi masih jauh dari langka, tapi itu dulu. Kini semua tidak lagi begitu, Antrian panjang mudah ditemui di SPBU tepi jalan, bahkan kini BBM kembali naik harga mencapai Rp. 6000/L untuk Premium per April ini. Ada apa sebenarnya? Harga BBM di negara kita terpengaruh oleh kondisi harga minyak dunia yang sedang naik, karena Iran menyetop ekspor minyaknya sebagai respon atas sanksi yang diterapkan PBB atas tuduhan mereka kepada Iran yang mengembangkan senjata nuklir untuk mengancam dunia. Sejauh ini klaim dari Iran, pengembangan nuklir yang mereka lakukan murni untuk pengayaan sumber energi. Fakta Pengelolaan Minyak di Indonesia. Pertanyaan kemudian muncul, mengapa lantas kita terpengaruh oleh harga minyak dunia? bukankah negara kita kaya

Diorama Dalam Cerita

Image
Aku sudah mulai akrab dengan Jl Kapten Ahmad Rivai Palembang, setiap pagi dan sore hari, jalan ini aku tempuh terus lurus ke perempatan jalan sampai menghilang dikelokan menuju kawasan Kambang Iwak. Banyak hal yang lalu biasa aku lihat mulai dari ketika kehidupan baru saja mulai bergeliat hingga ketika kembali matahari mulai turun pertanda senja tiba. Hari masih terang- terang tanah biasanya... Lain jiwa lain cerita, kadang kala di setiap beberapa puluh langkah, pikiran ini sudah melayang melintasi batas ruang dan waktu, jauh ke sisi Barat pulau Lombok di Desa Senaru, karena diwaktu yang sama ada cerita tentang Pak Rasiana yang kala itu tengah bermain bola dengan para pemuda setempat untuk persiapan pertandingan antar desa. Hidup beliau sederhana, menghabiskan masa tua di kaki gunung Rinjani bersama dua putri dan istri, ia membuka toko makanan sederhana yang bisa dibilang agak jauh dari sentra keramaian dan sehari- harinya beliau kadang bekerja menjadi tukang ojek, ambisi hidup dengan

Awal Maret Ini

Image
Ini sudah awal Maret, pekerjaan dikantor baru sudah berjalan dua minggu. Aku suka dengan suasana kerjanya, orang- orangnya dan sensasinya. Tapi hidup di kota ini rupanya tidak mudah, Palembang sudah hampir setara Jakarta, biaya hidupnya, pergaulannya, dan dinamisasinya. Aku cuma terkejut dan jujur saja ini membuatku sampai hari ini masih belum sadar betul bahwa aku tinggal di Palembang, bukan Jakarta. Sudah dua minggu ini perjalanan dari tempat tinggal ke kantor kutempuh seperti masih jaman sekolah saja, jalan kaki. Sehat dan hemat, karena ongkos transport dihitung sebulan bisa dialihkan untuk PP ke Baturaja pulang kampung. Lalu sehari- hari untuk urusan makan (kebanyakan) mau makan di warung Padang atau di warung Tegal biasa, harganya nyaris sama. Warung Makan Padang disini ternyata kehilangan prestisiusnya, kalau para Uda dan Uni mau menaikkan harga mungkin harus berpikir panjang. Hingga hari ini aku masih rutin menjalin kontak dengan teman- teman di Jakarta, khususnya dengan mereka