Lari Pagi ke Pasir Padi 10K

Jalan aspal yang sepi seperti tak ada habisnya. Dikiri kanan cuma ada beberapa komplek pabrik peleburan bijih timah, selebihnya hutan hijau yang sebagian lahannya bopeng akibat sisa penambangan timah yang tidak direklamasi. Itulah sekilas gambaran jalur yang aku lewati kemarin, saat jogging dari arah pelabuhan Pangkal Balam menuju Pantai Pasir Padi. Jarak tempuhnya sekitar 10 Kilometer (10K).

Semua dimulai pada saat bangun pagi dan aku terpikir untuk berolah raga dengan porsi yang lebih banyak. Sebab, selama ini olah raga rutin ku sudah membuatku masuk zona nyaman yang patut diseret keluar sesekali. Lari 10 K sudah beberapa kali aku coba dan memang menyenangkan. Jadilah pagi itu, aku pamit berolahraga pada istri (baca: mencium keningnya), mengencangkan tali sepatu dan segera berlari menyusuri jalanan Yos Sudarso menuju titik akhir, Pantai Pasir Padi.

Jogging itu menyenangkan, hanya jika tahu bagaimana cara menikmatinya. Sayangnya, ini semua soal kebiasaan dan pengalaman yang menjadi candu. Sulit menjelaskan apa dan bagaimana menikmatinya itu. Puncaknya adalah saat baju sudah basah kuyup banjir keringat tanda klimaks usai mencapai titik tujuan. Sepanjang menapaki jalanan itu, tehnik olah nafas sangat penting, bernafaslah dengan hidung setidaknya pada separuh jarak tempuh (lebih lama lebih baik) sebab itu trik untuk menghemat energi. Bila sdh tidak tahan maka tarik nafas dalam dan hembuskan pelan- pelan untuk menjaga stabilitas kerja jantung.

Begitu tiba di pantai, sungguh seperti kesenangan yang luar biasa. Menyusuri bibir pantai sambil melepas pandangan ke laut lepas, melihat kapal penambang pasir yang terlihat kecil bagai titik yang bergerak pelan. Sembari melakukan pendinginan dan mengatur nafas kembali di kedai- kedai yang belum menggelar daganganya. Tak lama kemudian aku pulang, namun bila kupaksakan dengan jogging kembali tentu itu berlebihan namun ternyata tidak ada angkutan umum yang tersedia. Akhirnya terpaksa jalan kaki kurang lebih 1 Kilometer ke batas kota di kecamatan Air Itam.

Untuk sampai kerumah, aku putuskan menumpang angkot (untung bawa uang). Begitu sampai, kurang lebih pukul 09.30 dan baru ingat pesan istri waktu aku pergi tadi "jangan lama- lama y Bang" dan baru teringat bahwa aku pun lupa bawa hp. Aku pun jadi maklum bila belahan jiwa ku itu kemudian cemberut, apalagi makanan yang susah ia siapkan sudah jadi dingin padahal itu untuk sarapan bersama. Namun demikian. I know she loves me and i love her. Aku kira aku tidak boleh lupa bahwa kesenangan masa lajang dulu kini harus disesuaikan dengan status sebagai pria beristri.

Pangkal Pinang
September 2013

Comments

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja