Melanjutkan Cerita Hidup
Satu tahun lalu saya berdoa pada ALLAH. SWT jika ada rezeki saya jadi Account Representative semoga ditempatkan ditempat yang terbaik menurutnya. Sampai kemudian ternyata sampailah saya di Pulau Bangka. Kota Pangkal Pinang. Ternyata tanpa saya duga, garis hidup saya memuat cerita di dareah ini yang katanya kaya Timah. And here i am an Account Representative at KPP Pratama Bangka.
Hijrah ini bertepatan seminggu sebelum pernikahan saya dan istri digelar. Ibarat babak, maka ini menjadi semacam babak baru kehidupan yang sebelumnya tidak kami duga tapi harus dihadapi. Di Bangka ini kami memulai hidup berumahtangga, menjalani visi misi bersama dan saling mendukung. Saya dengan peran baru sebagai pemimpin rumah tangga dan istri sebagai partner utamanya. Belakangan saya sadar bahwa perkataan Bapak saya lima tahun lalu memang benar bahwa hidup seorang laki- laki itu baru dimulai sebenarnya kalau ia sudah menikah.
Di kantor, dengan tanggung jawab baru itu, saya senang menjalaninya. Teman- teman kerja yang baik dan lingkungan yang lumayan. Dua hal ini adalah sedikit dari banyak berkah yang tidak saya duga ternyata ada menyertai saya. Mereka berkenan membagi ilmu untuk hal- hal yang saya belum paham, untungnya saya pun tak pernah malu bertanya. Saya merasa lebih beruntung lagi mendapatkan atasan yang memadai ibadahnya sehingga bisa saya contoh. Sering dalam tiap perjalanan dinas sepanjang jalan kami berdiskusi tentang ilmu agama. Meski tidak terlalu dalam, tapi esensinya cukup membuat diri saya terbuka wawasan dan pandangan.
Lika- liku dunia kerja sebagai AR menyadarkan saya bahwa dunia tidak selalu semanis madu. Saya mulai 'terbangun' bahwa memang kesadaran masyarakat kira akan kewajiban pajak dan arti pentingnya masih sangat kurang. Tiap kali saya dapati himbauan yang saya buat tidak ditanggapi bahkan diabaikan begitu saja oleh wajib pajak. Parahnya, resistensi tinggi sering saya dapati saat melakukan kunjungan ke lapangan. Untungnya saya belum mendapati penolakan lewat bentrok fisik atau kurang menyenangkan lainnya.
Mirisnya harus saya akui bahwa, banyak oknum Konsultan Pajak 'gelap' yang turut memperburuk situasi. Mereka yang seharusnya menjadi pengingat wajib pajak soal kewajiban mereka, justru turut membantu bersekongkol menghindari pajak. Seperti kemarin saat saya dapati uang PPN milik negara tidak disetor oleh suatu perusahaan yang konsultannya sering saya ajak diskusi. Sangat disayangkan, ia tidak terbuka di tiap sesi diskusi kami malah menutupi praktik itu. Hilang sudah kepercayaan saya pada si oknum. Inginya saya maklum bahwa itulah penghidupan mereka mencari nafkah. Tapi saya tidak bisa.
Sebagai AR, dalam setahun ini, saya ditugasi target Rp 33 M. Saya coba jalankan sebisanya untuk mencapai target itu. Belum tahu apa tercapai apa tidak, tapi saya kira kalau sudah usaha dan doa optimal tinggal berserah saja. Dalam bekerja saya merasa lapang karena peran istri saya yang melayani kebutuhan saya lebih dari apa yang saya harap. Mulai dari menyiapkan pakaian untuk berangkat, sarapan, makan siang sampai menyambut saya dengan senyuman tiap kali petang pulang.
Oh ya, disini, hobi saya lari dan sedikit bodyweight trainning bisa berjalan dengan baik, setiap Selasa- Jumat dan akhir pekan saya kerap olahraga di stadion. Sesekali saya dan istri jalan ke pantai untuk piknik kecil- kecilan pelepas penat. Apa yang saya jalani kini sudah membuat saya paham apa itu arti kata 'cukup' dan membenarkan pameo bahwa 'bahagia itu sederhana'.
Hidup akan terus berjalan. Sekarang kami di Bangka, esok lusa mana tahu. Cerita dan manusia akan hilang berganti. Tapi bagaimanapun dan dimanapun itu semoga berkah ALLAH. SWT selalu menyertai kami dan kita semua.
baguuus :)
ReplyDelete