Menata Hati: Titik Awal Keselarasan Perilaku

Kita adalah apa yang kita pikirkan, ucap dan lakukan. Saat pikiran kita dijajah oleh belitan prasangka buruk atau jajahan rasa malas maka ucapan yang mengalir tidak akan jauh dari cercaan, hinaan dan respon keji lainnya. Dan kemalangan yang lebih tragis lagi adalah saat kita mulai benar- benar kehilangan kontrol atas pikiran dan ucapan tersebut, karena itu akan mendorong lahirnya tindakan yang barbar dan brutal. Diatas normal dan tidak wajar.

Ini yang kerap kita saksikan di sekitar kita. Jamak terjadi peristiwa diluar batas kemanusiaan yang mengguncang logika justru dipantik hal kecil yang harusnya patut diabaikan. Nilai kehidupan memang kerap diisi hal buruk yang membudaya, maka kita memang dituntut untuk selalu waspada dan mampu menguasai diri. Saat yang menjadi fokus dunia adalah pikiran, ucapan dan perbuatan, maka satu aspek utama diatas itu semua tidak boleh ditinggalkan. Itulah hati.

Hati adalah titik awal terdalam yang tidak akan bisa dijangkau sedalam apapun logika ilmu pengetahuan. Hati yang saya maksud bukan berupa organ dalam tubuh kita tentunya. Ia adalah kemudi tempat naluri dasar kemanusiaan berada. Setiap kita punya itu, siapapun kita, mau residivis bengis atau ulama alim sekalipun. Hati itulah yang kita bicarakan. Hati itu mampu mendengar, itu sebab ada Suara Hati. Hati itu bisa melihat, itu sebab ada Mata Hati. Hatipun bisa berbisik maka ada istilah Kata Hati. Dan yang saya yakini sampai saat ini adalah suara yang terdengar oleh hati dan hal yang terlihat oleh hati semua bermuatan mulia atau kebaikan.

Karena hatilah maka seorang pelacur tidak akan sudi anak gadis kesayanganya mengikuti jejaknya. Dan oleh hati pula, seorang koruptor menangis di persidangan sebab ingat akan mendekam di penjara dan berpisah dengan anaknya. Dan hati juga yang membuat seorang pemuda bengal mau berhenti sejenak membantu seorang nemek tua menyebrang jalan raya.

Tapi sayangnya, bagi kita umat bertuhan, kita tidak berkuasa penuh atas hati. Hati adalah bagian tak terpisahkan saat ALLAH menciptakan kita. Dasar sebuah hati adalah kebaikan dan kemuliaan. Namun hanya dengan selalu menjaganya dekat dengan sang pencipta maka hati itu kan sesuai dengan kodrat mulianya. Mereka yang kita kira jahat dan keji, tidaklah benar- benar demikian, mereka hanya tengah jauh dari Sang Pemilik dan Penjaga Hati sehingga dasar kodrat mulia dan baik itu tertutup hiruk pikuk tuntutan nafsu duniawi.

Saat kita mampu menata hati agar selalu dalam penjagaan ALLAH, maka disaat yang sama pikir, tutur dan tindakan kita akan dapat memuat hal baik nan mulia. Menata hati adalah langkah awal untuk dapat menguasai diri dan membuat kita mampu membedakan hal yang patut diperhatikan dan patut diabaikan. Supaya dengan itu kita tidak termasuk pribadi dangkal yang kerap mudah terjebak dalam hal sepele nihil guna.

Ebas
Pangkal Pinang.

Comments

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja