Berkebun di New York


New York, awal Tahun 1990an.


Bapak ku, Nenek ku dan Mamakku sangat suka berkebun dan semua aktifitas yang berkaitan dengan tanam menanam, mulai dari menanam, menyiangi, merawat, sampai memanen, dan semua aktifitas ini sudah dimulai sejak dulu jauh sebelum aku lahir, itu sebabnya aku sudah biasa makan pisang, rambutan, duku, cempedak langsung dari pokok/pohonnya. Sekitar tahun 1990an, aku sudah berusia belum dewasa namun sudah cukup liar untuk terus dikungkung didalam rumah, sehingga mulai biasa ikut berkebun bersama Bapak. Kami punya kebun yang berada di New York. Tapi jangan bayangkan aku akan terbang ke negeri Paman Sam. Karena New York disini adalah Tanjung Baru, betulkan? New itu Baru, York itu Tanjung. Silahkan kalau mau lempar pakai komen di BSE :)

Tahun 1990an itu pergi kekebun seperti bertamasya ke Taman Buah Mekar Sari kini. Karena kebun kami terawat dengan bersih, tertata disetiap blok lahan dengan jenis tanaman tertentu yang mengisinya, sehingga jelas mau kemana kalau ingin memanjat pohon Duku atau Rambutan atau sekedar memetik sayuran untuk lalapan. Belum lagi penjagaan dari Nenek yang ekstra ketat, tidak akan beliau (almh) membiarkan kulit rambutan berserakan dibawah pokoknya. Begitu aku masuk kandang kebun, langsung diwanti-wanti jangan buang kulit buah sembarangan.

Tapi aku nakal, masih saja aku panjat dan kulitnya ku biarkan jatuh kebawah lalu aku bersembunyi di balik rimbun dedaunan sambil memperhatikan Nenek kebingungan menatap ke atas pohon dan menggerutui kulit buah yang berserak dibawah. Bingung beliau aku buat. Ah, biasa aku waktu itu masih anak-anak.

New York, Kini...

Kemarin aku menemani Bapak ke kebun kami yang rasanya cuma setahun sekali aku kunjungi, ya pas mudik saja. Semuanya sudah banyak berubah dan tidak serapi dan seasri dulu, pohon Rambutan banyak yang sudah mati dan rerumputan sudah lebat namun mati dengan daun kering tertunduk karena semprotan anti gulma. Aku maklum, Bapak ku sibuk dengan urusan yang lain, ke kebun masih tetap rutin setiap sore minimal 1 jam, tidak seperti dulu yang bisa full-time yang karena itu aku katakan bahwa aku dan saudara-saudaraku ini hidup dari hasil kebun apalagi kalau sedang panen tahunan.

Tapi walau begitu tetap saja kami bisa menikmati hasil kebun kami dengan mudah, seperti makan Pisang, Tebu, Kopi, Pinang, Rambutan, Duku atau Sayur-sayuran. Kata sepupu ku ganti saja lirik lagu : "disini senang disana senang dimana-mana hatiku senang" dengan lirik "disini pisang disana pisang dimana-mana ada pisang".Kalau ada keluarga yang sedang hajatan biasanya Bapak menyumbang hasil kebun ini, dan kalau ada rejeki lebih barulah ditambah amplop. Itulah kurasa Bapak ku tidak cocok jadi orang kota, karena tak mungkin kalau ada resepsi menikah kami harus membawa hasil kebun kami. :).

Keadaan kebun memang tidak seperti waktu Nenek masih ada, namun kenangannya hingga kini masih tetap hidup. Membekas.Yang kini sangat banyak di tanam Bapak adalah Duku, sudah sejak 10 tahun lalu Bapak rajin mulai menanam Duku. Bapakku cukup visioner dan optimis melihat masa depan kebun kami ini, dan melihat potensi hasilnya. Aku hanya mengangguk setuju dan berharap kami semua diberi kesehatan dan kemampuan untuk mewujudkannya dan merasakan nikmatnya, hasil jerih payah Bapak, Nenek dan Mamakku. Mungkin 10 atau 15 tahun lagi cita-cita ayahku untuk menjadikan keturunannya juragan Duku, Pinang dan Kopi akan terwujud. Amin.

*): Mamak disini adalah Ibu Tiriku.
*): Tanjung Baru adalah nama sebuah Desa di Kecamatan Baturaja Timur, tempat aku lahir dan dibesarkan.

Comments

  1. Oh..klo aku,panggil ibu tiriku/ibu baruku dengan sebutan ibu..Kalo untuk malaikat #1 dalam hidupku,ku panggil Mama

    Hihihi...New York,Kings stone...ayahku malah dari Hollywood loh bang ew^^ ada2 aja nih,hihihi

    Amin...Duku kan tanaman penuh sabar (mungkin)..nanemnya lama,makannya juga harus hati2,kalo nggak..bisa kegigitlah itu bijinya yg pait T^T,inilah yg bikin aku trauma makan duku,padahal duku the one and the only buah favorit Mama,malaikat penuh sabar dalam mengurusku T^T

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja