Musim Kemarau Panjang


Sudah 3 bulan ini aku tidak melihat hujan yang cukup deras, memang lagi musim kemarau. Di TV disiarkan bahwa diperkirakan hujan baru akan turun di awal bulan Oktober. Masih agak lama. Sementara kabar kelangkaan air dan gagal panen sudah cukup marak disiarkan. Agak mengkhawatirkan memang kalau terlalu lama musim kemarau. Apalagi bagi kita yang notabene terlahir sebagai orang tropis.

Beberapa minggu lalu, aku ikut Bapak ke kebun (baca disini) dan musim kemarau kali ini memang memberi dampak yang terasa. Daun pepohonan banyak yang jatuh meranggas tanah lahan menjadi kering, kolam buatan menjadi retak membelah seperti menganga meminta hujan. Sungai di ujung kebun kami pun menyurut sampai jarak antara dua seberang menjadi lebih dekat. Hal yang lebih buruk terlihat di beberapa titik di jalan lintas perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan Lampung, ada kebakaran yang cukup luas di daerah tersebut, kemungkinan karena lahan tersebut ditumbuhi ilalang yang mati mengering dan menjadi sumber api lebih cepat menyebar.

Namun yang jauh lebih memprihatinkan adalah kelangkaan air. Air yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat menjadi sulit didapat di beberapa daerah di Jawa misalnya Pacitan dan Gunung Kidul, menurut berita yang aku lihat dua hari lalu di TV. Walau dengan kondisi ini ada beberapa daerah yang mencoba berinovasi merekayasa hujan hanya saja belum semua daerah mampu melakukannya dan masih menunggu waktu supaya dampaknya terasa lebih luas. It takes months or even years. Kekecewaan tentu saja dirasakan para petani karena musim kemarau ini membuat panen menurun.

Jika sepanjang tahun 2009 dan 2010 petani Bawang Merah dan Kentang di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mampu menghasilkan 133.945 ton dan 104.324 ton untuk Bawang Merah serta menghasilkan 5.030 ton dan 5.130 ton untuk Kentang (data dari sini dan sini). Maka ada kemungkinan kemarau menjadikan hasil panen tahun 2011 turun cukup drastis. Dan dampak ini sifatnya nasional jadi tidak heran kalau produktivitas sektor ini menurun karena faktor iklim yang masih diluar kendali dari faktor produksi yang bisa diusahakan.

Keadaan semacam ini jika digambarkan dalam sebuah kurva batas kemungkinan produksi, atau production possibilities frontier curve membuat titik kemungkinan produksi sektor pertanian berada di bawah garis maksimum batas kemungkinan lantaran musim kemarau yang tidak bisa ditanggulangi dampaknya, kecuali kemajuan disektor pertanian dengan penerapan yang global mampu menciptakan kondisi yang menihilkan dampak buruk kemarau panjang ini maka bukan tidak mungkin titik tersebut tetap stabil di garis batas maksimum kemungkinannya. Untuk Hasil yang melampaui kemungkinan maksimum hanya mungkin terjadi jika faktor produksi yang sudah ada ditambah dan sepanjang tahun musim kemarau yang terjadi tidak membawa dampak merugikan seperti sekarang ini.

Sikap waspada sangat diperlukan dalam keadaan seperti ini, baik dari masyarakat juga dari pemerintah supaya dampak buruk musim kemarau ini tidak meningkat, bencana kebakaran misalnya dapat saja menyebabkan tidak hanya gagal panen tapi juga menimbulkan kerugian material yang mempersulit hidup petani. Dan dilain sisi, kemajuan teknologi dalam bidang pertanian dan pemerataan pemanfaatanya seperti hujan buatan tadi, sangat diharapkan untuk segera terwujud supaya kesejahteraan hidup masyarakat tetap terjaga dan tidak menimbulkan efek domino lainnya. Because living in a drought leads us into a big worry.

P.S:
-----
Gambar diambil dari sini dan sini.

Comments

  1. ga ngebayangin... aku aja yang kemaren sanyo mati gara-gara kabelnya putus dah kelabakan dan panik.. semoga Allah segera mengirimkan hujan untuk daerah-daerah yang kekeringan. Amin...

    ReplyDelete
  2. Sadis amat di Indonesia kalo lagi musim kemarau panjang ya , sedih nengok nya

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja