Move On


Entah kenapa, beberapa hari belakangan ini aku suka dengan kata "Move On" ini. Pertama dengar waktu kawan satu kelas ada yang lagi down karena satu hal, kemudian kawan yang lain memberi masukan dengan kata-kata ini. Terus waktu di kampus dua hari lalu dapat sms undangan datang ke Conversation Club dengan tema bahasannya Move On. Sebuah kebetulan? Only God knows.

Setiap scene perjalanan hidup ini pasti pernah bertemu dengan suatu peristiwa, momen yang memberi pengalaman emosi yang baru, mungkin sama saja sebetulnya karena berkutat dengan emosi buruk atau baik, tapi ada pembaruan yang mematangkan jiwa dan pola pikir, tapi dengan catatan jika ada keberanian untuk lanjut melangkah, sebab terlalu lama melambung dengan kegembiraan akan membuat lupa dengan tanggung jawab yang sebenarnya, dan terlalu lama tenggelam dalam duka akan mengikis rasa syukur.

Momen atau peristiwa itu memang tidak bisa dihindari tapi bukan berarti tidak bisa ditinggalkan. Move on adalah kuncinya. Move on saja jangan terlalu peduli, perkara nanti lihat saja bagaimana nanti, yang penting hari kemarin harus berani untuk ditinggalkan. Karena tanggung jawab di hari esok sudah menanti. Ah, aku bagai sudah dewasa dan matang saja menulis demikian ini. Tapi memang nyatanya setiap kita pernah menjalani pengalaman, dan punya cara sendiri-sendiri untuk mengambil pelajaran dan membuatnya sebagai peringatan yang keras lagi kuat.

Seperti Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Mekkah ke Madinah, disana beliau dan kaum Muhajirin melanjutkan hidup (Move On) dan meninggalkan semua kenangan semasa hidup sejak dahulu demi hidup yang lebih tenang dan lebih baik di Madinah sana. Hanya dengan Move On, maka Nabi Muhammad SAW dapat melanjutkan dakwah yang merupakan tugas yang lebih utama yang menanti untuk ditunaikan. Aku kira begitu juga setiap kita, mungkin dengan Move On apa yang menjadi tugas utama akan dapat terlaksana dengan lebih baik, lebih tepat sasaran dan tidak sia-sia. Die for something is better than life for nothing.

Ebas,
Bintaro, siang ini.

Comments

  1. mas..lama g ke blog mas erikson..hemm tambah keren aja..
    mas q bukan ingin menyuarakan pendapat ato saran ato gmn, soalnya mas erikson lebh tau drpad aku. tp q mau curhat.(sekali saja y ms,tolong)
    3buln ini aku lagi galu ..bener2 mengacaukan hidupku..skripsi oragnisasi kerjaanku..semuanya berantakan , benerny kesalahan dia g fatal, tp q terlanjur sakit hati dan terluka .. dan aku bukan tipe pemaaf.. benerny dia udh berusaha baik ke aku trus menyapa ku ngajak ngobrol aku.. tp q diem aj cuek madia.. tp q ko mash sakit hati.. kacau mas,.... gmn baiknya aku??apa yg hars kulakukan?? aku membencinya tp dg bodohnya aku suka dia..
    bingung mas...

    ReplyDelete
  2. @njety: terima kasih Njet udah sempatkan mampir ke blog saya lagi.. hehehe.. wah semoga Njety g curhat ke orang yang salah, karena mas sendiri untuk urusan yang seperti Njety alami kurang pengalaman.. palingan cuma bisa jawab: Move On, jangan mau dikuasai oleh perasaan, karena kebanyakan pakai perasaan tidak baik untuk kesehatan logika heheh.. tetap semangat!

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King