Touring Bintaro- Baturaja (I)


Beberapa barang tersisa aku letakkan kedalam satu kardus besar, penuh dan padat isinya kujejali pakaian dan perkakas- perkakas lainnya. Selebihnya aku masukkan ke sebuah kardus kecil berisi beberapa buku dan gear pendakian, serta ada pula satu buah carrier kecil ukuran 40L yang tadinya mau aku bawa saja, namun tidak memungkinkan daripada membahayakan kukira.

Semuanya aku keluarkan dari kamar kos lalu aku titip kan untuk dipaketkan saja Februari nanti. Via Pos. Sesaat kuedarkan pandangan sekilas ke beberapa sudut ruangan, lalu tidak kutoleh lagi. Pintu kututup saja. Aku akan menempuh perjalanan jauh dengan motor Scorpio ini. Dari Bintaro (Jakarta Selatan)- ke kampung halaman di Baturaja (Sumatera Selatan). Bismillah.

Pagi itu pukul 09.30 WIB, aku berpamitan dengan beberapa penghuni dan tetangga kos. Ibu yang biasa membantu bersih- bersih dikos tampak mata nya berkaca- kaca, aku tahu tapi aku segan bersikap emosional. Biar kutertawakan sendiri saja rasa haru ini dari balik kaca helm dan jadinya tak kan ada yang tahu, selain aku. Scorpio ini sudah 'panas' dan siap ditunggangi, perjalanan aku mulai melewati jalur Jalan Ceger Jurangmangu Timur menuju Ciledug hingga ke arah Cipondoh sampai tembus ke jalan raya Cikokol, kutempuh dalam waktu 1 jam saja. Karena memang sedang lancar.

Dari Cikokol ini tujuan ku selanjutnya adalah Serang dan targetku pukul 13.00 WIB sudah siap masuk lambung kapal untuk menyebrangi Sunda. Untuk menuju Serang ini jalur yang aku ambil adalah jalur menuju daerah Pos yang satu arah menuju Karawaci dan Perum Tangerang, dan dari situ sampai masuk wilayah Cikupa. Bila sudah masuk Cikupa ini maka sudah cukup aman, karena jalurnya sudah jelas hingga menuju Merak, namun disini justru aku terjebak hampir 1,5 jam karena ada Demo Buruh. Setelah lolos dari kepungan massa demonstrasi ini perjalanan aku teruskan hingga masuk Cikande. Dari sini sudah ada plang penunjuk arah ke Merak sejauh 85KM lagi.

Matahari sudah tinggi waktu aku masuk daerah Cikande ini. Telat pasti, tapi jalan terus saja. Perjalanan ku melewati daerah Balaraja hingga Pandeglang, ini artinya sudah masuk wilayah Serang. Tujuan selanjutnya adalah Cilegon, dan ketika sudah di Cilegon ini dan masuk ke wilayah Pabrik Krakatau Steel sudah ada penunjuk arah Merak 12KM. Aku sempat istirahat di satu pombensin untuk sholat dan ketika akhirnya masuk ke wilayah Merak, aku sempatkan barang 5 menit untuk menikmati debur ombak pantai yang melaju kencang. Dan sekitar pukul 14.00 WIB aku tiba di Merak dan membayar tiket masuk khusus kendaraan motor tipe II sebesar Rp. 32K.

Setahuku menurut PM Perhubungan No 71 Tahun 2010 Tanggal 15 Nov 2010 (belum ada revisi), tarif kendaraan motor gol II (dibawah 500cc) tarifnya adalah Rp28K. Dan di Merak ini tidak boleh ada pungli, entah kenapa waktu aku bayar petugasnya menjawab Rp32K. Dan tidak bisa menjelaskan waktu aku menolak membayar lebih dari tarif. Akhirnya dengan tidak ikhlas ku bayarkan juga. Bukan masalah nominal tapi ini tentang transparansi dan akuntabilitas.

Aku langsung menuju entrance gate khusus untuk motor setelah menunggu sebentar lalu Scorpio ini kuparkirkan di tempat khusus para motorist, aku naik ke ruangan khusus penumpang dan menyewa lapak tikar Rp5K selama 3 jam penyeberangan. Lumayan untuk istirahat, namun ketika kapal mulai berlayar ternyata kondisi ombak sedang tinggi, dan ini berarti ada kemungkinan durasi penyebrangan akan molor. Ternyata, setelah 1,5 jam beristirahat seorang penumpang yang sesama motorist memberitahukan bahwa ombak tinggi ini membuat motor berjatuhan roboh berkali- kali. Aku cemas, was- was tapi sebisa mungkin harus tetap berpikir waras. Tak lama kemudian aku segera melihat kondisi dibawah. Hasilnya; speedometer retak, spion kiri pecah, kaca lampu depan lecet dan retak. Dan buffer bodi kanan patah.

Seorang penumpang berkata bahwa ini sudah musibah sudah syukur saja bahwa kita masih selamat. Betul juga ku kira. Dan sudah untung juga penyebrangan ini tidak molor, 3 jam di kapal dan pukul 17.30 WIB aku meneruskan perjalanan. Aku sudah di Titik Gerbang Sumatera, Bakauheni Lampung. Tujuan ku selanjutnya adalah Bandar Lampung untuk menumpang menginap disana, aku sudah mengabarkan satu minggu sebelumnya. Hari sudah petang saat itu, seoptimal mungkin kumanfaatkan hari yang cukup terang itu untuk terus melaju, karena di jalur lintas ini tidak ada lampu penerang jalan jadi hanya mengandalkan lampu dari kendaraan berat didepan.

Bakauheni, Kalianda, Ketibung dan akhirnya tiba di Bandar Lampung pukul 19.30 WIB. Kawanku menjemput di kawasan Taman Makam Pahlawan Kedaton. Namanya Indra, dia bilang istrinya sudah menyiapkan menu istimewa. Alhamdulillah, Pas sekali mana sedang lapar dan pas saat uang di kantong juga minim. Sebelumnya aku banyak terima kasih untuk Indra dan keluarganya karena sudah memberi tumpangan menginap sekaligus kekeluargaan yang tidak bisa diganti dengan uang....

Bersambung...

Comments

  1. woooww...boleh lah ya..ke baturaja..

    ReplyDelete
  2. @Ainin: ada yang bilang kasian sama motornya malah.. saking jauhnya.. :D trims Ainin.

    ReplyDelete
  3. cerita ataw sher_nya sangat menarik...

    ReplyDelete
  4. jd nya soloist rik? wahhh bikers pun kalah hehehe

    berkejaran sangat tidak login

    ReplyDelete
  5. @Galih: Iya Gal, sendirian.. hahaha.. bisa aja. Kok g pernah login? g pernah diupdate lg blogmu?

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja