Something Countless

Zaman ini ganasnya luar biasa. Semua yang terlihat seolah- olah membuat hidup di dunia ini seperti abadi dan membuat manusia melupakan Tuhan. Itu mengapa kubilang ganas. Coba lihat apa yang dipaparkan televisi tidak jauh- jauh dari seputar korupsi, sensasi selebriti atau basa basi politisi. Semua terlihat dinamis tapi kacau sebab kebaikan, keburukan, kepalsuan dan ketulusan sudah menjadi bias. Atau mungkin aku lah yang kacau? Jika ia, maka aku kira aku patut bersyukur karena masih mampu menuliskan perihal ini, mengakuinya dan juga bersyukur untuk sederetan hal kecil berikut:

1. Untuk kesehatan yang sempurna: Nafas, Mata, Telinga, Tangan, Kaki, Lidah. Etc.
2. Untuk nikmat mengenyam pendidikan SD, SMP, SMA, D1, D3.
3. Untuk kebebasan dalam beribadah, I can't imagine if i were in either Suriah or Palestine.
4. Untuk tidak termasuk dalam kategori penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan.
5. Untuk setiap pengalaman mendaki gunung: Gede, Pangrango, Papandayan, Cikuray, Ciremai, Salak, Raung, Rinjani, Semeru, Merapi, Merbabu, Kerinci, Dempo.
6. Untuk memiliki hobi membaca, menulis dan kemampuan berbahasa Inggris.
7. Untuk terlahir dari keluarga yang unik yang memahamkan tentang hidup, kesabaran dan keikhlasan dalam berusaha lewat setiap pengalaman dari dulu hingga kini.
8. Untuk bekerja dan berperan sebagai pegawai di Ditjen Pajak.
9. Untuk peran sebagai anak, kakak, adik, paman, dan teman.
10. Untuk sudah punya tabungan pernikahan, motor Scorpio, Mobile Phone, Laptop, dll.
11. Untuk sudah mampu makan tiga kali sehari, mandi dengan peralatan yang lengkap.
12. Untuk tidur tanpa hujan atau panas atau kedinginan karena bisa bayar sewa kos.
13. Untuk tidak merokok, jauh dari narkoba, miras, sex bebas dan pergaulan yang salah.
14. Untuk sudah mengenal orang- orang yang sudah banyak membantu dalam hidup.
15. Untuk mampu berpakaian, sepatu, sandal yang layak dan baik.
16. Untuk keberanian bermimpi dan bercita- cita.
17. Untuk mempunyai Ibu (Almh) yang begitu senang melihat anaknya berhasil.
18. Untuk mempunyai Bapak yang memberi contoh lewat tindakan (not in words) tentang hidup sebagai laki- laki dan sebagai orang tua.
19. Untuk mempunyai Ibu yang mengajari kesederhanaan dan bersyukur dalam hidup.
20. Untuk setiap kebodohan dan kesalahan tindakan yang membuat diri lebih baik.
21. Untuk setiap usaha menjadi sabar dan berpikir positif.
22. Untuk semangat yang terjaga dalam berolahraga.
23. Untuk keberanian dalam berpetualang selagi muda.
24. Untuk cita- cita dan usaha agar segera menikah.
25. Untuk kebaikan ALLAH.SWT yang masih berkenan menutupi segala dosa sehingga masih mendapat tempat dalam pergaulan sesama manusia.
26. Untuk masih bisa merasa bahwa diri ini masih bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
27. Untuk nikmat materi yg cukup dari dulu sampai kini.
28. Untuk kesehatan dan perlindungan keselamatan dalam hidup.
29. Untuk masih bisa merasa tidur nyenyak dan bangun tanpa rasa takut.
30. Untuk setiap usaha menjaga lidah dan pikiran dari membicarakan keburukan orang lain.
31. Untuk masih bisa merasa tidak nyaman melihat dan mendengar hal dan ucapan yang tidak berguna.
32. Untuk masih bisa tertawa, merasa bahagia itu sederhana.
33. Untuk hati yang masih bisa berempati dan masih ada kesediaan berbagi.
34. Untuk jiwa yang masih ingin berpetualangan dan mengunjungi tempat- tempat yang jauh.
35. Untuk masih mampu mengisi pulsa handphone dan pulsa internet sehingga bisa tetap blogging dan surfing.
36. Untuk masih mampu mencintai dan dicintai.
37. Apa lagi yaaa????

Tiba- tiba aku berpikir atau lebih tepatnya sadar bahwa masih banyak yang bisa disyukuri bahkan tidak mampu lagi dihitung, it turns out to be something countless, benar seperti dalam Alqur'an Surat Ibrahim 14:34 bahwa "...Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya...". Sehingga cuma mampu disyukuri semoga nikmat itu makin bertambah seperti janji ALLAH.SWT dalam Surat Ibrahim 14:7 bahwa jika kita bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, niscaya nikmat yang kita terima akan bertambah.

Dan sebetulnya tidak ada bedanya mau kutuliskan atau tidak postingan ini, dunia mungkin akan tetap berjalan seganas yang aku sebutkan diparagraf awal, keganasan yang menutup kemungkinan untuk berbahagia, namun setidaknya, dengan menuliskan ini, ada semacam pengingat yang abadi (verba volent scripta manent) bahwa bahagia itu sederhana, cukup dengan bersyukur saja maka sudah bisa bahagia sebagai modal untuk tetap melanjutkan hidup, mengejar cita- cita, lewat doa dan usaha. Untuk hari esok yang lebih baik. Amin..

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King