Inspirasi dari Cleaning Service: Catatan Sore Ini...
Juni kemarin aku lembur hampir sekitar dua minggu. Motivasiku sederhana, selain membunuh waktu ya sekalian hitung- hitung dapat uang tambahan yang cukup lumayan untuk menyervis motor ke bengkel di bilangan Bukit Besar Palembang. Well, saat menulis kalimat yang kedua ini, agar berat juga karena tidak sejalan dengan pemikiran Robert T Kiyosaki dimana prinsip dalam bekerja adalah jangan bekerja karena uang. Sorry Om Robert, mungkin kelak bila saya memiliki atau melakoni pekerjaan yang cocok dengan hati saya maka pemikiran anda bisa saya aminkan. But now, you really get me on the opposite side!
Bekerja dari senja hari hingga menjelang waktu Isya, diiringi Iwan Fals, Dewa dan Padi sambil berkutat dengan pekerjaan yang sebagian diriku bilang sebagai pekerjaan tengik ini cukup ampuh untuk melewatkan masa dua jam dengan menjadi diri sendiri tanpa basa basi ala birokrasi. Dan, disaat- saat seperti ini akhirnya aku baru tahu juga bahwa berjibaku dengan pekerjaan, apapun itu, ketika semua orang bergegas pulang akan mampu membuat sebagian kita setidaknya merasa miris dengan bertanya: 'orang- orang dah pada pulang, gw masih aja ngurusin kerjaann..!'
Tapi rupanya aku tidak sendirian saja, disaat jam lima sore ketika lembur baru dimulai petugas cleaning service di kantor ternyata baru mulai beraksi (kembali) dengan pekerjaan yang sama dari pagi hari tadi, mengambil sampah dari tiap ruangan, menyapu, mengepel lantai dan membersihkan toilet kantor. Jika aku dalam posisi mereka mungkin sebagian diriku yang tadi itu akan mengutuknya dengan kata- kata yang lebih tengik dari kata tengik. Dan jujur saja, ketika melihat mereka, aku merasa malu karena tahu bahwa aku mudah merasa tidak puas, dengan dalih that i deserve something better. Mereka seharian dari pagi menunggu hingga petang untuk bisa melakukan hal yang sama, it means they must spend almost 8 hours to do one more main job.Dan mengisi sela- sela waktu itu dengan memastikan bahwa lantai kantor tetap terlihat bersih mengkilap.
Dan yang aku lihat dari mereka adalah pengerjaan yang fokus with no chit-chat dan pulang ketika sudah selesai. Nyaris tidak pernah aku dengar ada suara berisik, atau roman muka tak ramah atau sikap yang kurang hangat. Begitu tenang. Tidak ada obrolan seputar promosi, demosi, atau ulasan prilaku pribadi lewat gosip miring. Mungkin tempaan hidup mereka sudah menutup rapat- rapat mindset tentang hal- hal negatif, yang tersisa cuma kerja, kerja dan kerja. Kerja karena sudah dibayar, kerja karena memang begini caranya kalau mau hidup dan kerja kalau masih mau dibilang punya harga diri. Terdengar seperi rat race dan aku kembali tidak mengindahkan pemikiran Robert T Kiyosaki. Peace om Robert! :D
Kadang aku berpikir makin mapan pekerjaan dan penghasilan maka ambisi seperti makin berbanding lurus, selalu saja kurang. Makanya aku kurang yakin dengan pandangan orang- orang yang selalu ingin mengedepankan menjadi kaya baru kemudian bisa membantu dan bersedekah, khawatir godaan duniawi keburu melenakan mereka sebelum sempat menjadi dermawan. Yaahhh.. tapi apa mau dikata, setiap manusia hidup dengan kepala dan hati masing- masing, persis seperti aku yang berpikir lembur itu menarik walau hati sebenarnya kurang cocok juga.
Kini sudah masuk awal Juli. Sudah tidak ada lembur lagi, mungkin kalau pun nanti ada bisa jadi aku ikut lagi, bisa juga tidak. Namun demikian tetap ada sisi menariknya dari lembur ini yaitu ditengah kebosanan mengerjakan pekerjaan yang (untuk kesekian kali disebutkan oleh sebagian diriku bilang) sebagai pekerjaan tengik but at least while doing so, i got a sight that money can't buy.. Hmmhh.. untuk hari ini, dan hari lain nanti kuusahakan untuk kuhadapi saja dengan besar hati. Semoga ada satu hari nanti dimana semua berubah, dan dalam hati nanti bisa kubilang: 'Alhamdulillah, finally i get my turn'
P.S:
-----
Postingan ini didedikasikan untuk para Cleaning Service kantor.
Bekerja dari senja hari hingga menjelang waktu Isya, diiringi Iwan Fals, Dewa dan Padi sambil berkutat dengan pekerjaan yang sebagian diriku bilang sebagai pekerjaan tengik ini cukup ampuh untuk melewatkan masa dua jam dengan menjadi diri sendiri tanpa basa basi ala birokrasi. Dan, disaat- saat seperti ini akhirnya aku baru tahu juga bahwa berjibaku dengan pekerjaan, apapun itu, ketika semua orang bergegas pulang akan mampu membuat sebagian kita setidaknya merasa miris dengan bertanya: 'orang- orang dah pada pulang, gw masih aja ngurusin kerjaann..!'
Tapi rupanya aku tidak sendirian saja, disaat jam lima sore ketika lembur baru dimulai petugas cleaning service di kantor ternyata baru mulai beraksi (kembali) dengan pekerjaan yang sama dari pagi hari tadi, mengambil sampah dari tiap ruangan, menyapu, mengepel lantai dan membersihkan toilet kantor. Jika aku dalam posisi mereka mungkin sebagian diriku yang tadi itu akan mengutuknya dengan kata- kata yang lebih tengik dari kata tengik. Dan jujur saja, ketika melihat mereka, aku merasa malu karena tahu bahwa aku mudah merasa tidak puas, dengan dalih that i deserve something better. Mereka seharian dari pagi menunggu hingga petang untuk bisa melakukan hal yang sama, it means they must spend almost 8 hours to do one more main job.Dan mengisi sela- sela waktu itu dengan memastikan bahwa lantai kantor tetap terlihat bersih mengkilap.
Dan yang aku lihat dari mereka adalah pengerjaan yang fokus with no chit-chat dan pulang ketika sudah selesai. Nyaris tidak pernah aku dengar ada suara berisik, atau roman muka tak ramah atau sikap yang kurang hangat. Begitu tenang. Tidak ada obrolan seputar promosi, demosi, atau ulasan prilaku pribadi lewat gosip miring. Mungkin tempaan hidup mereka sudah menutup rapat- rapat mindset tentang hal- hal negatif, yang tersisa cuma kerja, kerja dan kerja. Kerja karena sudah dibayar, kerja karena memang begini caranya kalau mau hidup dan kerja kalau masih mau dibilang punya harga diri. Terdengar seperi rat race dan aku kembali tidak mengindahkan pemikiran Robert T Kiyosaki. Peace om Robert! :D
Kadang aku berpikir makin mapan pekerjaan dan penghasilan maka ambisi seperti makin berbanding lurus, selalu saja kurang. Makanya aku kurang yakin dengan pandangan orang- orang yang selalu ingin mengedepankan menjadi kaya baru kemudian bisa membantu dan bersedekah, khawatir godaan duniawi keburu melenakan mereka sebelum sempat menjadi dermawan. Yaahhh.. tapi apa mau dikata, setiap manusia hidup dengan kepala dan hati masing- masing, persis seperti aku yang berpikir lembur itu menarik walau hati sebenarnya kurang cocok juga.
Kini sudah masuk awal Juli. Sudah tidak ada lembur lagi, mungkin kalau pun nanti ada bisa jadi aku ikut lagi, bisa juga tidak. Namun demikian tetap ada sisi menariknya dari lembur ini yaitu ditengah kebosanan mengerjakan pekerjaan yang (untuk kesekian kali disebutkan oleh sebagian diriku bilang) sebagai pekerjaan tengik but at least while doing so, i got a sight that money can't buy.. Hmmhh.. untuk hari ini, dan hari lain nanti kuusahakan untuk kuhadapi saja dengan besar hati. Semoga ada satu hari nanti dimana semua berubah, dan dalam hati nanti bisa kubilang: 'Alhamdulillah, finally i get my turn'
P.S:
-----
Postingan ini didedikasikan untuk para Cleaning Service kantor.
Need and greed ^_____^
ReplyDeletesemoga tidak berbanding lurus dengan perutmu itu son :D
ReplyDelete@Jizu: itu komennya mirip lirik Society nya Eddie Vedder :D. Btw, td di kantor kedatangan orang dr tempat ente, PKP punya gawe.. thanks ya udah mampir di BSE. InsyaALLAH ane visit balik.
ReplyDelete@Ardi: thanks Babe! finally you get your first comment here! what a day to me! haha.. perut gw baek2 aja kok Don! masih six-pack (wannabe) kayak dulu.. kecuali kl diliat dari angle2 tertentu! haha.. kayak yg lo bilang waktu di Tidung ke Ucup, sebagai potografer lo harus tau angle mana yang terbaek! :D
ReplyDelete@BSE :gw bukan orang PKP lagi Son :) itu bagian dari masa lalu
ReplyDelete