Tukang Surat

Ini bukan tentang petugas pos, lalu apa ya? Mungkin sekadar cara saya menertawakan nasib. Tentang bagaimana bahwa dalam usia 25 tahun ternyata saya terdampar di kota ini dengan status sbg tukang surat di kantor pajak yang mentereng. Ya, tukang surat, saya tidak sedang mengigau dan anda sepenuhnya dalam kondisi sadar.

Sudah 8 bulan saya di kota ini, setelah 8 tahun yg saya habiskan di Jakarta. Tadinya saya kira dengan bekal pendidikan yg lbh baik, saya akan berjibaku dengan pekerjaan teknis tempat segala kesempatan menerapkan ilmu masa kuliah kemarin berada. Tapi nyatanya hingga kini, saya hanya dipercaya sebagai tukang pengantar surat antar lantai antar ruangan, penatausaha dokumen dan laporan. Kalau sedang beruntung bisa naik kelas untuk ikut kunjungan ke lapangan. Atau seperti saat ini, jadi petugas sensus pajak ke lapangan, dari pintu ke pintu.

Tapi yaa.. Sudahlah, saya coba melihat ini sebagai latihan berbesar hati. Bahwa sebagai pegawai baru saya adalah yang dianggap pantas menerima bagian pekerjaan tengik yang harus ada dalam satu hirarki. Tengik, menyebalkan dan sekaligus sedikit membuat saya bertanya "sampai kapan??". Sekuat apapun saya berontak kecewa, saya harus bertahan karena saya butuh uang. Selamat datang di kehidupan nyata! Nyata bahwa tanggung jawab ini rentan membuat saya tidak makin pintar. Pembodohan terselubung. Konsekuensi dunia birokrasi. Atau apapun istilahnya. Saya cuma mau jujur saja dan menerima fakta agar tetap sabar dan bersyukur.

Comments

  1. tumben gambarnya gak berkaitan dgn tulisan

    ReplyDelete
  2. Baz.. Coba ikut lomba ini baz.. >> http://www.streetdirectory.co.id/sdi/

    eike

    ReplyDelete
  3. Sabar bro, kerjakan dengan ikhlas, soal kecerdasan bisa kau kembangkan sendiri, untuk mengerti hal-hal teknis gak harus masuk ke bagian teknis


    Jangan mengabdi untuk pemerintah, tapi mengabdilah untuk negeri mu, bangsamu sendiri

    ReplyDelete
  4. @Putra: Iya, hijau2 aja itu potonya, diambil dr rumput di Jakabaring, iseng hehehe...
    @Eike: Thanks Ke, tp gw lg g minat.. Hehe.. :-)
    @Jizu: Wah, the closing statement, was very strong, i love it. Thanks bro.

    ReplyDelete
  5. ya begitu sih DJP...tdk sesuai minat bakat dan kemampuan....saya yang emak-emak yang pengin banget jd pelaksana biasa biar ga usah mikir pusing2 malah jd AR..yang muda dan harus maju malah jd pelaksana biasa..pernah mengajukan permohonan pengunduran diri tp ditolak, ya sudah dehh akhirnya sabar karena masih butuh uang qqqqqqqeeeqqq...

    ReplyDelete
  6. @Anonim: Trims Bu, gmn jadi ya?? :-) jalani sajalah kl gt. Hehe.. Semangat untuk kita...

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja