Office Is Not A Homelike


Insincerity, fakeness, individualism. Saya menulis tentang dunia kerja. Dan tiga kata diatas adalah kebenaran absolut yang selalu ada di lingkungan kerja. Bekerja bisa jadi bagian yang kurang menyenangkan dari tahapan menjadi tua dan mau tidak mau setiap kita harus masuk kedalamnya dengan alasan yang sudah sama kita pahami. Dunia kerja adalah dunia yang hanya akan melihat apa yang mampu kita hasilkan tanpa mau mengerti bagaimana dan apa yang terjadi didalam hidup. Ini pun makin diperberat dengan realita bahwa kompetisi demi status dan materi selalu akan menegasikan nilai kemanusiaan dan empati demi kepentingan diri sendiri.

Jangan tanya atau harap tentang ketulusan karena setiap pelaku dunia kerja sudah terlalu sibuk dengan orientasi pribadi sebagai tuntutan hidup yang harus dipenuhi. Berharap ketulusan hanya akan berakhir kecewa, karena dunia kerja bukan bangku sekolah dimana dulu kita berteman tanpa tendensi atau udang di balik batu. Singkatnya, dunia kerja akan terus membuat kita terkotak dalam label yang akan diingat orang, dan ketika label itu hilang, maka sudah tidak ada lagi alasan orang untuk menjalin jaringan kepentingan dengan kita.

Proses pembelajaran dlm dunia kerja berlangsung dengan cara yang pedas dan keras. Jangan terlalu berharap untuk mendapat arahan atau didikan dengan cara yang kekeluargaan, tapi berharaplah bahwa kita bisa berbesar hati untuk mau belajar dengan cara dan lingkungan yang ada. Ini pun bukan tanpa resiko, sebab bisa jadi upaya kita untuk menjadi tekun dan bertanggung jawab dianggap sebagai ancaman bagi orang lain, yang seperti diluar batas logika. Disini, batas antara ketulusan dan kebulusan nyaris tipis. Senyum, lisan dan tindakan sudah tidak saling sejalan. Terimalah kenyataan, belajarlah dari kenyataan. Nyata sekali bahwa dunia kerja tidak akan bisa sehangat rumah kita.

Prinsipnya, bagi saya, adalah tidak akan mampu pelaku insincerity, fakeness & individualism mengganggu rezeki kita, karena rezeki yang atur adalah ALLAH. SWT. Bersabar adalah pilihan terbaik sepanjang harga diri tidak diganggu. Tekanan, diremehkan atau dipandang rendah. bila dijalani dengan sabar, tenang dan pengharapan akan dapat menjadi wahana untuk belajar tentang empati, tanggung jawab dan keteguhan memegang prinsip. Pribadi yang bisa bertahan di dunia kerja bukanlah mereka yang terpintar atau terkaya namun yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King