4 Hal Budaya yang Kebablasan di Indonesia
Orang Indonesia itu Sopan. Adat Indonesia Menjunjung Tinggi Sopan Santun dan Saling Menghargai. Well okey dari aku cukup dua aja, jadi silahkan kalau ada yang mau menambahkan lagi karena aku yakin bakal nerima 10 tambahan statement yang berbeda seandainya aku nekad keluar di terik siang bolong ini buat nanya ke 10 orang lagi diluar sana yang mungkin sedang asik nongkrong di Sevel atau Starbuck or anyplace you name it! Lalu inti dari semua itu adalah bahwa kita sejak kecil ternyata sudah berhasil didogma tentang identitas ketimuran yang membuat kita sebagai pribadi yang sopan, toleran, ramah, dan berkepedulian tinggi dan lain sebagainya. But, frankly speaking guys, as we grow older we need to take a look back and ask ourselves. Are we really surrounded by polite-tolerant-friendly-attentive people? Kita sepertinya harus mulai mikir kembali tentang kebenaran dogma itu, karena kelihatannya, at least for me, some parts of this nation are really in serious problem ini defining that stuff! Inilah sejumlah dogma yang santer terdengar dari dulu sejak jaman kita masih gaya dengan model potongan rambut yang kinyis-kinyis sampai sekarang sudah bisa cukuran sendiri sampai jadi klimis!!!
Serious Problem, I call it. But, don't get me wrong! Disni aku cuma mau menyampaikan bahwa tidak ada yang salah dengan semua sikap itu. Menjadi sopan, ramah, toleran atau berkepedulian sedikit banyak akan membuat kita semua hidup serasa dalam surga dunia yang damai, tenang dan tenteram karena memang itu lah tujuan semuanya. Well, if you already live your life that way, i am glad because that all i want, dan semua yang tertulis dalam artikel ini memaparkan kenyataan bahwa kamu sudah begitu beruntung menjadi demikian damai, tenang dan tenteram! Because you know what?! These dogmatized things are now likely to be exxagerated by those that i call getting serious problem! Sebelum aku bahas lebih jauh soal ini, tidak lupa aku sampaikan bahwa aku belum pernah tinggal di Eropa atau Amerika jadi ini tidak ada hubungannya dengan perbandingan kultur dunia barat dan timur, dan sejujurnya aku masih bingung sampai sekarang kenapa masih ada dikotomi seperti itu mengingat bumi itu bulat, Well, untungnya itu bukan pembahasan utama. Hahaha.. you may get bored with this bullshit! Just wait a second! i am about to show you the real thing. Take a note! :D
And here they are in a random order...
1. Orang Indonesia itu Memiliki Kepedulian yang Tinggi
Aku termasuk orang yang nyaman dengan aplikasi kepedulian yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal yang kecil saja seperti sapaan pagi yang ramah dari tetangga ketika berangkat kerja atau sekedar senyuman sekilas dari teman sekantor ketika suatu hari aku berangkat kerja naik motor. Belakangan aku sempat merasa beruntung cukup lama terjebak dalam mindset bahwa jalanan dari tempat tinggal ke kantor aku adalah jalanan di Manhattan New York or Baton Rouge Lousiana, seperti yang sering aku lihat di film- film hollywood! Sampai suatu hari aku mulai merasa sadar (yah aku 'sadar') akan kepedulian teman2 sekantor aku yang setiap hari makin banyak dan makin sering nanya: lu, kekantor jalan kaki ya?????? Well, honestly i am sick of being asked about it again and again, every day! Mungkin ya mungkiiiiin... ini juga yang membuat Eat Pray and Love directed by Ryan Murphy memunculkan dialog "I am so sick of people telling me that i need a man" ketika syutingnya dilakukan di Bali.
Aku masih ingat ketika suatu hari aku ditanya soal teman aku yang ngejual motor kesayangannya dan menggantinya dengan motor dinas kantor, seorang teman yang lain langsung menanyakan:"Emang kenapa ya dijual?" Hello, i am not his father, go ask by yourself! dalam hati aku jawab gitu mengingat aku tidak tertarik untuk tahu lebih lanjut kenapa dia sampai menjual motornya karena buat aku kelihatannya itu sudah jadi urusan pribadi nya yang bersangkutan. MYOB!!!!
Itu poin yang begitu jelas menurut aku, kadang kepedulian oleh kita dimaknai lebih jauh sampai ke ranah pribadi masing- masing, sekedar cukup tahu sudah cukup, kalaupun ingin membantu maka tidak perlu lebih jauh tahu soal latar belakang ini itu, just help, and it is God will take care of the rest!
2. Orang Indonesia itu Sopan Santun dan Toleran
Coba cek buku raport waktu masih sekolah dulu, aku yakin kebanyakan pasti nilai untuk mata pelajaran PPKn minimal paling kecil 7, jarang sekali yang sampai dibawah itu. Yap, nilai 7, 8, atau 9 untuk mata pelajaran yang satu ini bukan hal yang aneh, justru aneh kalau dibawah itu. Tanya kenapa? Karena Sopan Santun dan Toleran itu begitu mudah secara teori. Even for some cases, you don't have to look at the question just pick one answer out! and voillaaaa... you get an A! :) tapi begitu dibawa kedalam dunia nyata baru terasa gagap! Istilahnya antara praktik dan teori tidak cocok!
Karena nilai yang baik tidak menjamin perilaku akan baik pula, ini menjelaskan kenapa kekerasan masih sering terjadi disana sini, sehingga koran Lampu Merah masih laku keras di Ibu Kota Jakarta! Dan beberapa terminal sangat tidak recommended karena adanya tingkat kriminalitas yang tinggi and no wonder why some high school students are really busy engaging with a gang fight. Polite, huh?
Yang juga geli untuk dibahas yaitu soal Toleransi, aku menganggap kebanyakan dari kita menganggap sikap toleran itu adalah cenderung mengalah terus even when we know that somebody screws us! akhirnya terlalu lelah mengalah, malah jadi api dalam sekam, dipendam jadi dendam! And here the story goes... in the morning Tn A killed his neighbour because of loosing temper after feeling tired of being played! Wow, seandainya budaya toleran kembali diletakkan dalam batasan yang tidak melanggar hak- hak pribadi dan sosial, dan menggunakan rasio untuk mempertahankan hak sepertinya kasus pembunuhan berdarah dingin atau konflik dalam dendam yang tak berkesudahan setidaknya tidak perlu terjadi. Do we dare to be that way? or do we dare not? Think about it guys!
3. Orang Indonesia itu Gemar Gotong Royong
Putar balik memori terbaik yang teman2 punya tentang kegotong royongan di Indonesia! Fortunately, i got one! Sudah lama sekali yaitu waktu di kampung halaman aku sedang ada anggota penduduk yang membangun rumah dimana sebagian masyarakat di kampung ikut memberikan sumbangan tenaga!
Kini seiring waktu, jumlah lingkungan pedesaan makin tergerus modernisasi jaman and it ends up reducing Gotong Royong spirit among us. Well, you can give me a big NO, but there is one thing you get to know guys that there is no such a free lunch nowadays! It is a damn true! Tapi walau demikian aku yakin bahwa masih ada segelintir orang yang mau membantu walau dapatnya cuma thank you! namun jumlah yang (semakin) sedikit ini makin membuat citra ke-Gotong Royong-an Indonesia kian tenggelam. Tidak usah jauh- jauh, dilingkungan kerja saja misalnya. Prinsip umum yang secara rahasia berlaku adalah everyone works for money, if you want a loyalty, please hire a dog!
Gotong Royong itu soal ketulusan dan ketulusan adalah hal yang sulit ditemukan kalau sudah soal urusan pekerjaan. Stay close to your friends and your enemies closer! so if there is something you need from them you can get it easily and just leave if you get no more ponies on the race! Sebuah justifikasi bijak yang suka aku dengar sebagai kemakluman atas realita ini adalah: 'yah namanya orang ya macam- macam, jadi ya sabar saja'. Hell yeah, by saying so, to me, you just admit that most people are being selfish lately and you want us to be patient? who do you think we are? angels??
Anyway, you may ask for help to people on behalf of Gotong Royong, but C'est la vie! You need to prepare some cashes! Setidaknya dari sini aku mulai mengingat bahwa semangat Gotong Royong adalah jiwa mendasar kehidupan bangsa Indonesia, bangsa yang kita cintai ini, maka tidak ada cara lain untuk menjaganya selain memulainya dari diri sendiri, namun dengan tambahan satu prinsip: If you expect for some money in return, It promises you nothing.
4. Orang indonesia itu Kekeluargaanya Tinggi
Ok aku ulang sekali lagi. Kekeluargaan. Yah teman2 tidak salah dengar, dogma ini merupakan salah satu dari beberapa yang sering kita terima sejak kecil baik langsung atau tidak langsung, dikatakan tinggi karena walau secara silsilah sudah jauh, tetap saja disebut- sebut bahwa hubungan keluarga masih ada dan karena keseringan dibahas akhirnya bukan tuntas malah makin meluas, sebabnya adalah kadang dari pembahasan itu diketemukan satu hubungan yang baru biasanya karena hubungan pernikahan.
So it is not solely from the blood to be considered as family but through marriage as well! Aku mau menekankan bahwa tidak ada yang salah dengan tingginya tingkat kekeluargaan ini, justru bagus! Tapi pleaseee... sejauh mana ketulusan dalam memaknai kekeluargaan itu, hanya kita yang tahu. Kekeluargaan itu adalah kehangatan. Namun faktanya, dalam strata kehidupan sosial terkecil yang kita sebut keluarga besar itu , we will tend to be treated differently based on what we can bring to the table, i mean if you are rich and success i am pretty sure you will get their hospitality, but if you are not, again and again i just can give you an old advice: be patient!
Tidak sampai disitu, hal yang lebih repot adalah bahwa kadang tingginya tingkat kekeluargaan itu menjadikan beberapa dari kita harus siap manakala nama kita dijual untuk kepentingan tertentu. Contoh: "Pak tolong buatkan saya kartu ini dan kartu itu, saya tahunya terima beres ya, gak pake ribet! Oh ya, kepala kantor kalian ini adalah paman saya dari sepupu mbah saya yang menikah dengan sepupunya mbah tetangga saya, jadi mbah saya dan mbah dia sama- sama mbah.. mbah.. bla..bla..bla..." Well, it is sucks to confront with this alien because they have no idea or willingness to understand how things run. Just say: "Go to hell with your relatives position here in this office i get nothing to do with that, a rule is a rule and always will be!!!
Begitulah kenyataannya, kekeluargaan yang tinggi dimaknai secara sempit lewat kesuksesan duniawi dan nama besar anggota keluarga dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi! I take a pity on that! and guys, you know what the consequences are when considering somebody else as family, it is not only about considering but also caring and loving whatever they are!
Jadi aku pikir setelah menuliskan empat poin ini, semoga pikiran kita terbuka dan bisa terus terbuka lebar just like the blue sky untuk memahami kenyataan bahwa semua cerita manis tentang Indonesia pelan- pelan sudah mulai ditinggalkan walaupun banyak yang membohongi diri sendiri dengan menganggap seolah-olah berbagai penyesuaian yang terjadi hanya sesaat saja. Well, we can make our eyes wide open to see how these beloved things are fading! and we also can encourage ourselves to maintain it as it used to be although it means we have to be ready to get nothing but a thank-you. You be the judge!
Ebas adalah bukan Ibas anaknya SBY, bukan juga Bebas yang kehilangan huruf B. Namun Ebas hanyalah Laki- Laki yang tanpa huruf L akan menjadi keriput!!! :)
P.S:
-----
Gambar diambil dari sini, sini, sini, sini, sini, sini, sini, sini, sini, sini dan sini...
Serious Problem, I call it. But, don't get me wrong! Disni aku cuma mau menyampaikan bahwa tidak ada yang salah dengan semua sikap itu. Menjadi sopan, ramah, toleran atau berkepedulian sedikit banyak akan membuat kita semua hidup serasa dalam surga dunia yang damai, tenang dan tenteram karena memang itu lah tujuan semuanya. Well, if you already live your life that way, i am glad because that all i want, dan semua yang tertulis dalam artikel ini memaparkan kenyataan bahwa kamu sudah begitu beruntung menjadi demikian damai, tenang dan tenteram! Because you know what?! These dogmatized things are now likely to be exxagerated by those that i call getting serious problem! Sebelum aku bahas lebih jauh soal ini, tidak lupa aku sampaikan bahwa aku belum pernah tinggal di Eropa atau Amerika jadi ini tidak ada hubungannya dengan perbandingan kultur dunia barat dan timur, dan sejujurnya aku masih bingung sampai sekarang kenapa masih ada dikotomi seperti itu mengingat bumi itu bulat, Well, untungnya itu bukan pembahasan utama. Hahaha.. you may get bored with this bullshit! Just wait a second! i am about to show you the real thing. Take a note! :D
And here they are in a random order...
1. Orang Indonesia itu Memiliki Kepedulian yang Tinggi
Aku termasuk orang yang nyaman dengan aplikasi kepedulian yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal yang kecil saja seperti sapaan pagi yang ramah dari tetangga ketika berangkat kerja atau sekedar senyuman sekilas dari teman sekantor ketika suatu hari aku berangkat kerja naik motor. Belakangan aku sempat merasa beruntung cukup lama terjebak dalam mindset bahwa jalanan dari tempat tinggal ke kantor aku adalah jalanan di Manhattan New York or Baton Rouge Lousiana, seperti yang sering aku lihat di film- film hollywood! Sampai suatu hari aku mulai merasa sadar (yah aku 'sadar') akan kepedulian teman2 sekantor aku yang setiap hari makin banyak dan makin sering nanya: lu, kekantor jalan kaki ya?????? Well, honestly i am sick of being asked about it again and again, every day! Mungkin ya mungkiiiiin... ini juga yang membuat Eat Pray and Love directed by Ryan Murphy memunculkan dialog "I am so sick of people telling me that i need a man" ketika syutingnya dilakukan di Bali.
Aku masih ingat ketika suatu hari aku ditanya soal teman aku yang ngejual motor kesayangannya dan menggantinya dengan motor dinas kantor, seorang teman yang lain langsung menanyakan:"Emang kenapa ya dijual?" Hello, i am not his father, go ask by yourself! dalam hati aku jawab gitu mengingat aku tidak tertarik untuk tahu lebih lanjut kenapa dia sampai menjual motornya karena buat aku kelihatannya itu sudah jadi urusan pribadi nya yang bersangkutan. MYOB!!!!
Itu poin yang begitu jelas menurut aku, kadang kepedulian oleh kita dimaknai lebih jauh sampai ke ranah pribadi masing- masing, sekedar cukup tahu sudah cukup, kalaupun ingin membantu maka tidak perlu lebih jauh tahu soal latar belakang ini itu, just help, and it is God will take care of the rest!
2. Orang Indonesia itu Sopan Santun dan Toleran
Coba cek buku raport waktu masih sekolah dulu, aku yakin kebanyakan pasti nilai untuk mata pelajaran PPKn minimal paling kecil 7, jarang sekali yang sampai dibawah itu. Yap, nilai 7, 8, atau 9 untuk mata pelajaran yang satu ini bukan hal yang aneh, justru aneh kalau dibawah itu. Tanya kenapa? Karena Sopan Santun dan Toleran itu begitu mudah secara teori. Even for some cases, you don't have to look at the question just pick one answer out! and voillaaaa... you get an A! :) tapi begitu dibawa kedalam dunia nyata baru terasa gagap! Istilahnya antara praktik dan teori tidak cocok!
Karena nilai yang baik tidak menjamin perilaku akan baik pula, ini menjelaskan kenapa kekerasan masih sering terjadi disana sini, sehingga koran Lampu Merah masih laku keras di Ibu Kota Jakarta! Dan beberapa terminal sangat tidak recommended karena adanya tingkat kriminalitas yang tinggi and no wonder why some high school students are really busy engaging with a gang fight. Polite, huh?
Yang juga geli untuk dibahas yaitu soal Toleransi, aku menganggap kebanyakan dari kita menganggap sikap toleran itu adalah cenderung mengalah terus even when we know that somebody screws us! akhirnya terlalu lelah mengalah, malah jadi api dalam sekam, dipendam jadi dendam! And here the story goes... in the morning Tn A killed his neighbour because of loosing temper after feeling tired of being played! Wow, seandainya budaya toleran kembali diletakkan dalam batasan yang tidak melanggar hak- hak pribadi dan sosial, dan menggunakan rasio untuk mempertahankan hak sepertinya kasus pembunuhan berdarah dingin atau konflik dalam dendam yang tak berkesudahan setidaknya tidak perlu terjadi. Do we dare to be that way? or do we dare not? Think about it guys!
3. Orang Indonesia itu Gemar Gotong Royong
Putar balik memori terbaik yang teman2 punya tentang kegotong royongan di Indonesia! Fortunately, i got one! Sudah lama sekali yaitu waktu di kampung halaman aku sedang ada anggota penduduk yang membangun rumah dimana sebagian masyarakat di kampung ikut memberikan sumbangan tenaga!
Kini seiring waktu, jumlah lingkungan pedesaan makin tergerus modernisasi jaman and it ends up reducing Gotong Royong spirit among us. Well, you can give me a big NO, but there is one thing you get to know guys that there is no such a free lunch nowadays! It is a damn true! Tapi walau demikian aku yakin bahwa masih ada segelintir orang yang mau membantu walau dapatnya cuma thank you! namun jumlah yang (semakin) sedikit ini makin membuat citra ke-Gotong Royong-an Indonesia kian tenggelam. Tidak usah jauh- jauh, dilingkungan kerja saja misalnya. Prinsip umum yang secara rahasia berlaku adalah everyone works for money, if you want a loyalty, please hire a dog!
Gotong Royong itu soal ketulusan dan ketulusan adalah hal yang sulit ditemukan kalau sudah soal urusan pekerjaan. Stay close to your friends and your enemies closer! so if there is something you need from them you can get it easily and just leave if you get no more ponies on the race! Sebuah justifikasi bijak yang suka aku dengar sebagai kemakluman atas realita ini adalah: 'yah namanya orang ya macam- macam, jadi ya sabar saja'. Hell yeah, by saying so, to me, you just admit that most people are being selfish lately and you want us to be patient? who do you think we are? angels??
Anyway, you may ask for help to people on behalf of Gotong Royong, but C'est la vie! You need to prepare some cashes! Setidaknya dari sini aku mulai mengingat bahwa semangat Gotong Royong adalah jiwa mendasar kehidupan bangsa Indonesia, bangsa yang kita cintai ini, maka tidak ada cara lain untuk menjaganya selain memulainya dari diri sendiri, namun dengan tambahan satu prinsip: If you expect for some money in return, It promises you nothing.
4. Orang indonesia itu Kekeluargaanya Tinggi
Ok aku ulang sekali lagi. Kekeluargaan. Yah teman2 tidak salah dengar, dogma ini merupakan salah satu dari beberapa yang sering kita terima sejak kecil baik langsung atau tidak langsung, dikatakan tinggi karena walau secara silsilah sudah jauh, tetap saja disebut- sebut bahwa hubungan keluarga masih ada dan karena keseringan dibahas akhirnya bukan tuntas malah makin meluas, sebabnya adalah kadang dari pembahasan itu diketemukan satu hubungan yang baru biasanya karena hubungan pernikahan.
So it is not solely from the blood to be considered as family but through marriage as well! Aku mau menekankan bahwa tidak ada yang salah dengan tingginya tingkat kekeluargaan ini, justru bagus! Tapi pleaseee... sejauh mana ketulusan dalam memaknai kekeluargaan itu, hanya kita yang tahu. Kekeluargaan itu adalah kehangatan. Namun faktanya, dalam strata kehidupan sosial terkecil yang kita sebut keluarga besar itu , we will tend to be treated differently based on what we can bring to the table, i mean if you are rich and success i am pretty sure you will get their hospitality, but if you are not, again and again i just can give you an old advice: be patient!
Tidak sampai disitu, hal yang lebih repot adalah bahwa kadang tingginya tingkat kekeluargaan itu menjadikan beberapa dari kita harus siap manakala nama kita dijual untuk kepentingan tertentu. Contoh: "Pak tolong buatkan saya kartu ini dan kartu itu, saya tahunya terima beres ya, gak pake ribet! Oh ya, kepala kantor kalian ini adalah paman saya dari sepupu mbah saya yang menikah dengan sepupunya mbah tetangga saya, jadi mbah saya dan mbah dia sama- sama mbah.. mbah.. bla..bla..bla..." Well, it is sucks to confront with this alien because they have no idea or willingness to understand how things run. Just say: "Go to hell with your relatives position here in this office i get nothing to do with that, a rule is a rule and always will be!!!
Begitulah kenyataannya, kekeluargaan yang tinggi dimaknai secara sempit lewat kesuksesan duniawi dan nama besar anggota keluarga dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi! I take a pity on that! and guys, you know what the consequences are when considering somebody else as family, it is not only about considering but also caring and loving whatever they are!
Jadi aku pikir setelah menuliskan empat poin ini, semoga pikiran kita terbuka dan bisa terus terbuka lebar just like the blue sky untuk memahami kenyataan bahwa semua cerita manis tentang Indonesia pelan- pelan sudah mulai ditinggalkan walaupun banyak yang membohongi diri sendiri dengan menganggap seolah-olah berbagai penyesuaian yang terjadi hanya sesaat saja. Well, we can make our eyes wide open to see how these beloved things are fading! and we also can encourage ourselves to maintain it as it used to be although it means we have to be ready to get nothing but a thank-you. You be the judge!
Ebas adalah bukan Ibas anaknya SBY, bukan juga Bebas yang kehilangan huruf B. Namun Ebas hanyalah Laki- Laki yang tanpa huruf L akan menjadi keriput!!! :)
P.S:
-----
Gambar diambil dari sini, sini, sini, sini, sini, sini, sini, sini, sini, sini dan sini...
Hahaha postingan cerdas son..kritik sekaligus sindiran kepada pembaca..
ReplyDeleteNdak dapat dipungkiri, emang seperti itulah realita yang terjadi di sekeliling kita, nilai-nilai luhur "orang timur" semakin luntur seiring dengan majunya zaman dan derasnya pengaruh era globalisasi..
Kalo aku berprinsip "no matter what people say and do, just keep doing good thing in your life :)
@Seagate: iya yah baru sadar kl itu berkesan kritik dan sindiran. Maaf bukan bermaksud menyindir tp hanya mengungkapkan kegerahan saja.. Kadang era globalisasi g bisa disalahin juga Mas, justru kita harus introspeksi diri dalam memaknai kepedulian atau mempertahankan makna gotong royong, introspeksi yg baik lewat renungan mendalam aku rasa bisa menjadikan benteng pertahanan lebih kuat. Ah gayanyaa hahhaha.. Thanks anyway Mas sudah mampir.
ReplyDeleteitulah negara kita, yang bangga dengan keburukannya, masa mahasiswa pada berantem sih . hmm
ReplyDelete@OGK: ya kita mulai dari diri kita sendiri aja dulu lah Mas, kecapean mbaca atau menyampaikan kesalahan orang lain, khawatir nanti bikin kita gak lebih baek dr mereka. Salam damai ah :)
ReplyDeleteFinally.... akhirnya bisa dibuka juga nih page.. Huffth..
ReplyDeletekarena aq dminta komen gaya bahasa n kontennya sajo... maka tentang isi no coment. hahahaha...
Gaya bahasa: apakah yg EW maksud gaya bahasa itu perpaduan dua bahasa diatas? aku rasa no problem. tapi klo alur cerita menurutku EW mengulang-ulang alur. jadi paragraf pertama kedua.. ketiga dan seterus nya bukan alur maju ato mundur. tapi tiap paragraf terkesan mengulang alur. knapa poinnya gak dijadiin satu aja. trus setelah itu pembahasannya.. klo begini... takutnya yang baca baru poin 2 langsung baca akhirnya. alias ndak dibaca semua. Eman...
aq rasa masukannya cm itu aja EW dr aku. ini masukan bukan dari ahlinya.... dari pembaca yang sama-sama suka baca aja... mohon maaf...
@AD: #gelartiker #sandaran #nyimak....
ReplyDelete1 menit kemudian...
haha salah invite komentator kayaknya.. udah berasa dapat review dari penguji karya tulis profesional. Thanks berat AD, no need to apologize, i owe you a treat.. :shakehand: