Perjalanan

Ada naluri yang tak bisa kubantah, ia muncul dari dalam dan memberi dorongan. Dari dulu hingga kini, dan mungkin entah sampai kapan. Mula- mula ia muncul sebagai keberanian saat aku masih ingusan untuk sekadar menembus rimba hutan bukit di seberang rumah bersama teman, lalu berlanjut menyeberangi sungai dengan rakit dadakan. Urusan resiko saat itu tak pula terpikirkan. Adalah ia, sebuah keberanian untuk berperjalanan yang melekat erat sampai sekarang. Hanya saja kini, seiring usia, arah perjalanan itu kian jauh, kian penuh resiko, tapi di sisi lain, kian kugilai.

Melakukan perjalanan telah memberikanku kesempatan melihat dunia yang ternyata luas, manusia yang ternyata begitu banyak dan peristiwa yang sama sekali dulu tak singgah dalam alam pikiran ku yang paling liar sekalipun. Pengalaman berharga. Bernilai mahal.

Menapak ditanah yang jauh dari tempat asal kelahiran memberiku ekstase keberkahan yang menjangkau biru langit, bahwa Tuhan telah begitu baik memberiku kesempatan mengunjungi sebagian kecil dari mahabesarnya semesta yang Ia cipta. Melihat manusia dengan ragam polah dan cerita, sedikit banyak memberi ilham yang mengendap membentuk kearifan nilai dan kelapangan jiwa. Senarai peristiwa yang kusaksikan dalam perjalanan tersebut juga makin membuatku bertanya. Masih patutkah keakuan, keangkuhan dan kesombongan tersemat didalam hati? Karena rupanya aku cuma bagian kecil dari semesta yang kulihat tak berbatas.

Kepingan fragmen pelajaran itu membentuk satu cara pandangku dalam melihat kehidupan dan melahirkan antitesis atas prinsip pragmatis yang sejak lama hidup berkembang secara komunal disekelilingku. Dan sementara itu, hidup terus berjalan, maju melaju seiring waktu. Manusia,lokus dan peristiwa yang lalu pun boleh lindap tertinggal waktu. Tetapi semua cerita, kenangan dan pelajaran yang lecat darinya akan ikut terbawa seiring garis kehidupan yang diberikan Tuhan untukku. Esok lusa siapa tahu, akan lebih jauh lagi langkah kaki kecil ini menjejak. Kian jauh, kian penuh resiko, tapi di sisi lain, kian kugilai. Semoga nanti bersama mereka yang kusayangi. Keluarga.

Ebas
Petang yang beranjak hilang
Desember 2012

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King