Pendakian Sindoro
Senja sore itu, 04 November 2012. Kami semua sudah kembali mencapai Basecamp Sumbing. Joneh sudah langsung pulang karena besok sudah harus maduk kerja. Aku sendiri masih menyempatkan mengantar Bange dan Gustin ke jalan depan, mereka mengejar Bis ke terminal Wonosobo. Tersisa cuma aku dan Posky. Kami berdua memang sepakat masih akan meneruskan pendakian ke Gunung Sindoro. Setelah berdiskusi, besok kami pagi sekali sudah akan mulai mendaki dan target petang sudah turun kembali. Terbilang nekad untuk pendakian dengan mengandalkan sisa- sisa tenaga.
Malam itu juga aku dan Posky pamit ke penjaga Basecamp Sumbing dan mulai berjalan kaki ke Basecamp Sindoro di Desa Kledung Kab. Temanggung. Sekitar 1 kilo jaraknya, kamipun tiba di sana, basecamp yang sangat seadanya, cukup untuk istirahat malam ini mengumpulkan tenaga esok hari. Beruntung, penjaganya ramah dan tanggap membantu kami membelikan makan dan sekedar ransum besok. Pak Ahmad nama penjaganya. Beliau mengantarku membeli makanan dan minuman dan dengan enggan menolak waktu aku memberi uang sekadar untuk isi bensin.
Senin, 05 November 2012
Usai Subuh, kami berdua sudah siap berangkat. Ojek yang akan mengantar kami ke titik awal sudah menunggu dan kurang lebih pukul 05.30 kami memulai pendakian. Dingin dan masih remang kala itu, medan awalan berupa dataran landai yang terbilang nyaman didominasi pohon pinus dan rerumputan perdu. Saat kami mulai memasuki area hutan, medan pun masih belum terlalu terjal, hanya saja pepohonannya kini menjadi lebih rapat dan banyak hewan penyengat semacam lebah yang mengganggu bila terlalu lama kita berdiam. Di jalur ini kami bertemu dengan Ibu yang hendak pulang dari mencari kayu bakar yang beliau gendong dipunggung. Beliau menunjukki kami jalur alternatif yang lebih baik untuk meminimalisir resiko dan hambatan medan.
Sekitar pukul 07.00 WIB, kami beristirahat di area cukup lapang dan makan pagi dari ransum yang sudah kami siapkan sedari tadi malam. Area ini tak jauh dari dua bongkahan batu besar yang mungkin bukan batuan vulkanik sebab teksturnya seperti batuan tanah. Usai sarapan kami meneruskan perjalanan dan perubahan medan mulai terasa, tanjakan makin banyak dan ternyata kami sudah mendekati pos I. Pos I adalah lahan sempit dengan pemandangan yang luas, terlihat jelas dari sini medan gundul Sindoro diselingi Pinus secara sporadis. Jarak antar pos di Sindoro memang berjauhan, total ada 4 pos dan tidak ada sumber air sama sekali.
Menjelang pukul 08.30 WIB, perjalanan kami lanjutkan melewati punggungan terjal yang ditumbuhi rerumputan ilalang. Beruntung sekali kami karena sejauh ini hujan atau angin kencang tidak ada. Ini memudahkan perjalanan walau disisi lain membuat sengatan matahari kian terik. Kami berdua berjalan beriringan secara bergantian, kadang berjarak cukup jauh. Pos 2 masih belum terlihat, puncak Sindoro belum juga tampak, sesekali kami istirahat dan menikmati suguhan pemandangan dalam desiran angin sejuk Sindoro. Pula, kami makan buah murbey hutan yang asam manis radanya, lumayan untuk menghilangkan haus.
Sambil menapaki medan, aku perhatikan jalur tipikal seperti ini makin lebih membahayakan di musim kering, sebab menjelang pos 2, kami melewati jalur terjal dengan butiran kerikil yang membahayakan karena menjadi rentan tergelincir bila tidak hati- hati. Sekitar pukul 09.00 WIB lewat kami tiba di Pos 2, sebuah lahan sempit berilalang dengan dikelilingi bebatuan karang. Terlihat sisa pendirian tenda seperti baru saja ditinggalkan pendaki kemarin. Disini kami terus saja, sebab target jam 12.00 WIB harus sudah tiba di puncak agar petang sudah turun kembali. Medan setelah pos 2 makin banyak dengan butir kerikil licin namun sekitar satu jam lebih kami tiba di area rerumputan hijau luas yg curam. Pemandangan dari sini lebih indah, namun jalan kian terlihat tidak berujung.
Di pos 3 kami istirahat sekitar 10 menit untuk makan roti dan minum seadanya sembari menikmati hembusan sejuk angin. Buat ku waktu itu, energen yang aku minum saat itu adalah energen yang ternikmat. Melepas pandangan mata ke langit tanah Jawa sambil bersandar di bebatuan. Terlihat dari sini sebuah puncak kecil yang berupa tebing karang terjal yang seperti puncak Sindoro. Tapi itu bukan. Puncaknya sendiri ternyata baru terlihat setelah kami menuju Pos 4, terlihat berupa area vegetasi yang luas. Berdua kami bergegas menuju pos 4 dengan medan lebih aman dan lebih banyak karang. Sekitar pukul 11.00 WIB kami tiba di Pos 4. Area yang cukup luas dan terlindung dengan dinding karang. Cuma sebentar kami rehat karena enggan tertawan kantuk.
Perjalanan berlanjut. Puncak yang dari tadi tak jua terlihat, akhirnya muncul. Jauh masih, tapi dengan medan yang lebih aman, jarak menjadi tidak terasa. Unik, karena puncak Sindoro murni berupa vegetasi rerumputan, perdu Cantigi, Edelweiss dan pepohonan kecil secara sporadis. Langkah kian kami pacu. Dan makin dekat terlihat seiring mentari yang kian naik tinggi. Bila menoleh ke belakang terlihat posisi kami yang sudah hampir menyejajariuncak Sumbing. Saat itu aroma khas Belerang makin tajam, dan alhamdulillah sekitar pukul 12.00 WIB kami berdua tiba di puncak Sindoro yang luas. Kawah lebar ternyata ada disini, kepulan asap belerang terbang terbawa angin menebar bau khas pekat tajam.
Di puncak Sindoro, 3153 mdpl. Kami berdua istirahat sejenak yang direncanakan setengah jam saja justru sampai hampir dua jam karena lelah ketiduran dibuai angin segar puncak Sindoro. Usai itu, kami berdua bergegas kembali turun ke Desa Kledung dan tiba di base camp pukul 17.30 WIB. Ini adalah kali pertama aku naik gunung tanpa nge-camp. Capek memang, butuh lebih dari fisik kuat atau pengalaman, tapi juga keyakinan dan kawan yang pas agar pendakian pulang pergi ini jadi lebih meminimal resiko. Thanks to my partner, Posky! What an unforgettable experience!
Ebas Temanggung 2012
nice day :)
ReplyDeletehargailah hari kemaren,
mimpikanlah hari esok,
tetapi hiduplah untuk hari ini.
bagi-bagi motivasinya yaah...