Pendakian Kempo: Sebuah Catatan Pengantar

We may forget the dates but the moments happened within will remain eternal as memories and lessons as well as experience.

10 hari perjalanan panjang dalam rangkaian pendakian Gunung Kerinci dan Gunung Dempo baru saja usai. Rencana yang disiapkan berbulan- bulan silam ini berjalan lancar meninggalkan pengalaman yang sepertinya akan selalu lekat dalam ingatan setiap kami yang ikut serta didalamnya. Terima kasih atas kebesaran mu Tuhan, tanpa izin dan ridho Mu, mustahil perjalanan ini berjalan dengan hidup dan berkesan. Kau ijinkan kaki kaki kecil ini menapak diatas dua ciptaanMu, Gunung Kerinci (3805 mdpl) dan Gunung Dempo (3159 mdpl). Kusadar kebesaranMu Tuhan sekaligus betapa kecil dan lemahnya diri ini.

Pendakian Kempo (Kerinci dan Dempo) ini menyatukan kami 11 anak manusia dalam satu arah perjalanan dan tujuan yang sama. Uwi (Ketua Tim), Bange, Pak Lurah, Aconk, Suci, Fita, Riya, Yuda, Ame, Jainer dan Ebas. Well, garis suratan yang mempertemukan kita dalam sejurus persinggungan takdir kali ini atau mungkin juga kali lain nanti. Sebagaimana segala sesuatu sudah tertulis untuk ditempuhi dengan doa dan sabar. (Ah, mudahnya berkata, lidah memang tidak bertulang. Mungkin beginilah yang disebut pembelajaran). Terima kasih aku ucapkan untuk kalian! Things might never be tasted this deep if it was without you all guys! Apresiasi ku yang tinggi pun untuk kalian untuk segala pengorbanan dan perjuangan mewujudkan Pendakian Kempo ini, We just did an experience which money can't buy.

Perjalanan selama 10 hari (11- 20 Mei 2012) mengantarkan kita pada pengalaman lintas ruang (Sumatera Barat- Jambi- Bengkulu- Sumatera Selatan) dan budaya yang mungkin sama sekali baru bagi kita. Mulai dari sensasi pengalaman pertama membelah langit Ibu kota, melintasi jalur darat yang meliuk- liuk antara keindahan alam dan kengerian medan, Hijau dedaunan teh dan biru bersihnya langit, Nyanyian serangga pohon atau deru aliran sungai, logat bahasa dan aksen bicara yang terasa unik, gelap dan dinginya malam dalam dekapan hawa beku yang menusuk, hingga wisata kota dan kuliner di Palembang. Untuk sejenak kita telah mengosongkan kepala dari hiruk pikuk 'rimba' metropolitan.

Selancar apapun pendakian ini berlangsung, tidak akan lengkap aku kira tanpa bantuan Bang Johan, Heru dan Keluarganya juga Murdam yang banyak membantu selama berada di Desa Kersik Tuo dan juga pendampingannya ketika pendakian Kerinci berjalan. We owe you more than thanks, dudes/ dudettes! serta untuk Zahri, Arindi dan Keluarga Pak Anton di Pagar Alam yang telah banyak membantu selama berada di Pagar Alam dan pendakian Dempo. We owe you a treat, indeed! Tunggu saja akan kami segera tag poto- poto nya. Juga kepada Keluarga Pak Bambang (Bapak Kos) di Palembang atas tumpangan dan santapan semasa kedatangan kami di kota ini. Serta kepada Pak Sarono, atas kesediaanya memberi bantuan transportasi selama di Palembang sehingga memudahkan mobilitas.

Kini, setelah apa yang kita lewati, sudah saatnya kembali bersiap untuk 'berekspedisi' pada kehidupan yang sudah sama- sama kita tahu. Some people call it a normal life, but to me it is just a 'normal life'. And on behalf of everything, i am gonna miss those whole things! Salam penuh semangat untuk semua rekan- rekan pendakian Kempo! Let's live our life! Pelan- pelan dalam diam yang dalam kusadari, kini aku punya alasan dan motivasi lebih untuk kembali ke Jakarta, selain karena pendidikan juga agar bisa merajut cerita ekspedisi lainnya bersama kembali!!! Bismillah..

Ebas
Langit Jingga Kota Palembang
Mei 2012

Comments

  1. Bener bener petualang sejati kamu son..coba kamu buat postingan khusus yang isinya gunung-gunung apa saja yang telah kamu taklukkan..kadang ngiri juga sama kamu yang bisa bebas berpetualang seperti itu. Puas-puasin son, ntar kalo kamu udah punya anak istri belum tentu bisa berpetualang kayak gini hehe

    ReplyDelete
  2. @seagate: terima kasih Mas, maklum aja namanya hobi y gt Mas, ini lagi mikir buat menyesuaikan diri kalau nanti sudah punya anak istri. hehe.. terima kasih masukannya Mas, kepikiran juga sebetulnnya bikin buku kayak gt.

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja