Catatan Pendakian Kerinci (II)

Di pagi hari dari basecamp, begitu membuka pintu, gagah dan indahnya Gunung Kerinci langsung terlihat jelas, nyaris tanpa terselubung kabut! Kepulan asap putih dari puncaknya memang sempat menjadi sorotan media, namun bagi masyarakat Desa Kersik Tuo, hal itu sudah biasa dan sama sekali tidak membuat mereka gentar. Kehidupan berjalan seperti biasa tanpa distraksi yang berarti disini; bertani, berdagang, memetik teh, menarik hewan ternak dll. Setelah beberapa saat menikmati Gunung Kerinci dari kejauhan, sarapan pagi dengan sambal kentang hasil pertanian asli Desa Kersik Tuo dan repacking, kami berangkat memulai pendakian dengan dijemput angkot untuk menuju titik gerbang pendakian, Pintu Rimba didekat pondokan R10 (1580 mdpl).


Minggu, 13 Mei 2012 Basecamp- Pintu Rimba- Pos I
Kami berdua belas sudah tiba di Pintu Rimba (1600 mdpl) dan memulai pendakian, medan awal masih terbilang landai dan terbuka. Karena masih lokasi lahan pertanian penduduk, para petani sibuk bercocok tanam, kami berlalu dengan beraklimatisasi lantaran berat beban carriel di pundak. Pintu Rimba ini merupakan batas Taman Nasional Kerinci Seblat dengan areal pertanian. Memasuki wilayah rimba tropis hutan Kerinci, flora khas hutan basah begitu lebat dan rapat. Wajar bila fauna liar hutan tropis masih begitu banyak disini, bahkan hingga ketinggian 2000 mdpl, merupakan habitat asli Harimau (Phantera Tigris). Sekitar hampir 1 jam dari Pintu Rimba, kami sudah tiba di Pos I (1800 mdpl).

Minggu, 13 Mei 2012
Pos I- Pos II
Perjalanan berlanjut ke Pos 2 (1909 mdpl). Medan masih relatif sama, masih cukup landai namun kondisi flora makin lebat dan rapat, meski begitu jalurnya bisa dilihat dengan jelas. Di sisi kiri kanan begitu sering dijumpai pohon menahun yang tinggi dengan diameter batang yang lebar. Kicauan burung dan nyanyian jangkrik hutan makin kentara, harmoni alam! Hampir 1 jam perjalanan dan akhirnya kami tiba di Pos 2 ini.

Pos II- Pos III
Menuju Pos 3 (2000 mdpl), medan sudah mulai agak curam, jalan semakin sempit ditambah pula kondisi yang basah membuat jalur makin licin. Kondisi flora tropis sepanjang jalur menuju Pos 3 ini makin lebat. Pohon lebar dan tinggi makin sering dijumpai. Kami tiba di Pos 3 setelah trekking hampir 1 jam. Sangat dianjurkan untuk berpakaian senyaman mungkin selama menempuh jalur ini, mengingat beratnya medan dapat membuat keringat ekstra.

Pos III- Shelter I
Dari Pos menuju Shelter. Memang penamaanya begitu, tanpa alasan khusus mengapa. Namun waktu tempuh dari Pos ke Shelter lebih panjang dari pada antar pos sebelumnya, sekaligus lebih berat dan lebih curam. Vegetasi yang ada sepanjang jalur sudah mulai menunjukkan iklim pegunungan. Simbiosis antara pohon dengan jumputan gelantungan rumput hijau dapat dijumpai dengan mudah. 2 jam perjalanan kami tiba di Shelter 1 (2225 mdpl), sebuah area luas untuk beristirahat, sholat dan makan. Dan, rupanya kami disini mulai underschedule karena terlalu lama beristirahat.

Shelter I- Shelter II
Waktu tempuh antara dua shelter ini sekitar 2,5 jam karena memang cukup jauh dan medannya makin terasa berat. Makin dekat ke Shelter II (3071 mdpl), vegetasi sudah mulai didominasi tumbuhan perdu dan Cantigi, bahkan jika cuaca cerah, maka di sepanjang jalur, dapat terlihat Danau Gunung Tujuh. Camp Area di shelter ini berupa lahan yang cukup luas, namun terbuka sehingga tidak dianjurkan untuk bermalam disini. Namun, disarankan untuk istirahat agar tubuh kembali fit mengingat perjalanan menuju Shelter berikutnya makin berat.

Shelter II- Shelter III
Dari Shelter II sebetulnya perjalanan ke Shelter III sudah tidak terlalu jauh lagi, namun beratnya medan tempuh membuat energi dapat terkuras sehingga memperlambat perjalanan, jadi sangat disarankan agar kondisi tubuh cukup prima agar bisa melewati medan terjal dan bebatuan cadas hingga sampai di Shelter III. Normalnya, waktu tempuh dari Shelter II ke Shelter III adalah 1 jam, namun deviasi standar untuk toleransi mungkin bisa ditambahkan sekitar 0,5- 1 jam. Shelter III (3320 mdpl) adalah lahan luas yang biasa dijadikan Camp Area untuk persiapan Summit Attack besoknya. Dari sini, sudah terlihat jelas bentangan pemandangan Desa Kersik Tuo, Kota Sungai Penuh hingga Danau Gunung Tujuh, terlebih jika di malam hari maka citylight pemandangan tersebut akan sangat sayang dilewatkan.

Tiba di di Shelter III ini disaat magrib, setelah mendirikan tenda dan menyiapkan beberapa hal. Setelah semua anggota tim berkumpul, kami makan malam bersama diselingi minuman hangat yang begitu nikmat disesap antara hawa dingin Gunung Kerinci. Besok pagi, persiapan menuju puncak, maka setelah makan malam, kamipun beristirahat. Aku yang tidur paling cepat, sayup- sayup tidak terdengar suara apalagi, hanya aku,mereka, malam dan dingin.

P.S:
-----
Photo, Coutesy By: Moehammad A Noeryadi.

Comments

  1. @Aconk: wah jam segini nte masih OL aja Sob, thanks anyway.. udah seminggu Sob, tp trip Kempo kemaren masih sering kepikiran dalam benak gw.. haha.. such an amazing one!

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King