Akhirnya Memang Kita Berbeda


Aku pernah berpikir mungkin lebih baik kalau aku ini jadi orang Amerika yang hanya memiliki satu bahasa yang memang benar-benar satu, bukan karena disatukan dalam ikrar yang sifatnya menghimbau. Dari semua daratan, dari Alaska sampai ke Florida, dari Maine sampai menmebus ke kepulauan Hawaii. Semua bahasanya sama, bahasa American English.

Aku ini orang Indonesia, sebagai konsekuensinya aku harus mampu hidup dalam ragam adat dan budaya, agama dan kepercayaan, bahasa serta kearifan lokal. Ini bukan perkara mudah karena pertemuan antara tabiat dan watak meramaikan proses ini. Aku benci sebetulnya, karena ini membuat aku sering menutupi dadaku yang bergemuruh naik pitam dalam rona senyum manis, hanya karena tidak mau dianggap menciderai nilai keragaman tadi. Ah, kesabaranku memang tipis, mungkin setipis kulit bawang saja...

Indonesia adalah belasan ribu pulau dan aku ada di salah satunya, Indonesia adalah keragaman bahasa serta agama dan aku menggunakan serta memeluk salah satunya. Itu berarti secara zahir perbedaan antara kita memang sudah tidak bisa dihindari, dan proses pembentukan karakter berlanjutlah disini. Aku yakin bisa berdamai dengan hati dan pikiranku sendiri agar bisa hidup damai berdampingan dengan mereka disekitarku. Aku tidak boleh terpancing lalu mempertajam sisi perbedaan yang membuat kita semakin jauh. Bagiku untuk hal ini, urus saja urusan masing-masing. MYOB.

Banyak yang cenderung berpikir untuk menonjolkan sisi perbedaan itu, latar belakang dan motifnya banyak, mulai dari personalitas sampai ke marginalitas, aku jujur saja merasa tidak nyaman, namun kembali lagi pada realita bahwa aku tidak punya hak untuk membuat seseorang bersikap sama seperti yang aku pikir, mungkin memang harus seperti ini nadanya, kalau dipaksakan justru nanti malah sumbang. Dan aku harus sadar bahwa kemajuan dunia global menuntut cara pandang yang global pula, bukan lokal yang di kurung dalam perbedaan. Kiprah yang dimainkan secara total dalam dunia global oleh setiap pemuda lokal, bagiku adalah jalan untuk bisa mengharumkan nama bangsa menuju apa yang kita sebut Nasionalisme.

Setiap orang berbeda dalam memaknai kecintaan akan tanah air, ada yang memberi arti dengan olah raga, batik, makanan daerah, seni dan lainnya, atau berupa pernyataan seperti ini:

"Garuda, maafkan aku yang melupakanmu, tapi cinta lebih kuat dari perbatasan".

Kalimat ini diucapkan oleh penyanyi berkewarganegaraan Perancis berdarah asli Indonesia, Anggun Cipta Sasmi, aku kurang tahu maksudnya apa, tapi mungkin semacam ungkapan hatinya waktu ia mau pindah kewarganegaraan. Dan mungkin ini adalah cara Anggun memaknai rasa kecintaanya akan Indonesia, yaitu mencintai tanpa harus tinggal di Indonesia, seperti kata-katanya sendiri, walau warna paspor nya jadi beda, namun darahnya tetap merah dan tulangnya tetap putih.

Dan lagi-lagi setiap orang itu berbeda-beda.. Sukses buat Anggun! Sukses buat kita semua kawan.. ku hargai perbedaan diantara kita dan telah kuambil sikap dan pikiran dalam menanggapinya. :)

Comments

  1. i love Indonesiam but i were not a fanatic

    ReplyDelete
  2. @ichang: maaf chang telat balas hehe... Btw, menurutmu apa sisi baik menjadi seorang fanatis? karena fanatisme udah banyak dimana2 sekarang jadi mungkin memang ada insentif yang ditawarkan dengan menjalani fanatisme itu.. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja