Saat Harus Kembali...

Semua berjalan begitu saja. Saat itu ketika kita lahir ke dunia, kita tidak dapat mengingat apa- apa. Kita seolah- olah tiba- tiba saja ada, perihal darimana dan bagaimana seperti menjadi tanya yang tidak perlu didalami. Semua seperti kosong, hampa tanpa maksud. Hidup seperti akan masih lama sekali masanya. Terlahir lalu tumbuh menjadi manusia muda. Kita bermain, berlari, berenang, sekolah dan mengaji. Tapi sekali lagi, hidup masih seakan bagai selamanya saja. Untuk alasan apa kita ada di dunia ini tak sekalipun mengusik benak kita. Indahnya dunia, mungkin begitu gumam kita.

Tapi tak satupun dari kita mampu menolak usia. Kita tumbuh matang dan mendewasa. Hidup pun berubah. Dunia tak pernah lagi sama. Hidup bukan lagi soal kelereng, sungai dan layang- layang. Namun lebih dari itu, siapa sangka hidup ternyata menuntut keberanian, tanggung jawab dan soal pilihan. Ruwet, rumit dan itu menyebalkan. Sampai- sampai kita dibuat lupa tentang pertanyaan kecil dari masa silam. Siapa kita? Dari mana kita? Dan bagaimana kita ada?. Lalu, hidup menjadi tak lebih dari pergantian hari demi hari. Didalamnya berlangsung pergolakan jiwa dan batin kita sebagai anak manusia yang kita kira tiba- tiba saja ada.

Banyak pikiran dan pertanyaan yang mencuat didalam ruang batin pergolakan jiwa kita. Itu tentu melelahkan. Bosan dan membingungkan. Dalam perenungan soal kebingungan itu akhirnya pintu tentang pertanyaan masa dulu itu terbuka kembali. Saat kita merasa tiba- tiba ada, tentu jauh sebelum kejadian itu telah ada kuasa yang mengatur, kuasa yang dari NYA kita berasal dan lewat kehendak NYA kita menjadi ada. Dan akhirnya kita sadar bahwa kita dimulakan untuk kemudian diakhirkan, kembali pada yang telah membuat kita ada. Kerap kita terlambat menyadari ini, bisa saat telah lewat separuh usia kita atau lebih lama. Tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

Ternyata pergolakan batin itu keras. Mungkin seperti kerasnya hantaman palu besi pada diri kita yang bagai besi bengkok. Sebab hanya dengan itu, besi dapat kembali lurus. Tapi mau bagaimana lagi, bersyukur saja kita masih diingatkan tentang asal, mula dan akhir kita. Bahwa semua tidak berjalan begitu saja. Diatur dengan perhitungan NYA. Termasuk gerakan jutaan sel sperma yang berjuang berenang menemui sel telur. Itupun diatur NYA.

Lalu siapalah kita? Tak patut kiranya terlalu banyak berbangga, sebab itu membuat lupa asal-usul, dan awal-akhir. Kita mungkin tak ingat apapun tentang saat sebelum kita dilahirkan. Namun, setidaknya kita ingat bila saatnya kembali, kita tidak kembali dalam keadaan lupa.

Dialah ALLAH.SWT, yang telah menciptakan kita dan kepada NYA kelak kita kembali.

Erikson Wijaya
30 Maret 2014 21:55
Kepulauan Bangka Belitung

Comments

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja