Cerita Cita

Beruntunglah mereka yang punya cita- cita. Tak seorang pun tahu bagaimana rupa hari depan kelak. Sifatnya gaib. Misterius. Namun, adanya cita- cita telah menjaga arah dalam melangkah. Oleh sebab itu, mari kita mulai ini semua dengan satu pandangan bahwa setiap orang berhak punya cita- cita. Siapapun dan dimanapun mereka. Bagaimanapun beratnya kehidupan mereka. Dengan pandangan ini, setidaknya kita dapat mulai belajar untuk saling menghargai. Lebih jauh lagi, menghargai cita- cita setiap orang disekitar kita.

Saya pun begitu, sama seperti siapapun. Tetapi persisnya telah saya tanam dalam alam bawah sadar agar lebih bertumbuh subur demi menjadi tata laku sehari- hari. Semakin hari, cita- cita makin mengerucut. Makin banyak hal yang dulu terlihat begitu penting tetapi kini tidak sama sekali. Rupanya, pengalaman hidup telah memberi pelajaran bahwa semakin menua kita, semakin pandai pula (seharusnya) dalam menyusun keutamaan. Dan disaat yang sama pula ada hikmah bahwa kita dapat memilih cita- cita tetapi kita tidak bisa lepas dari akibat pilihan itu. Sebab konsekuensi adalah ongkos untuk mewujudkan cita- cita.

Dalam bercita- cita, menjadi beruntung saja belum cukup. Sebab apalah arti beruntung bila akhir kemudian tidak selamat. Jadi, beruntunglah mereka yang selamat dalam cita- citanya. Ini ada kaitannya dengan kondisi bahwa jalan menuju cita- cita kadang diisi godaan yang menggoyang iman sedikit demi sedikit seperti seorang kasir Bank yang bisa tergoda untuk mencuri lembaran- lembaran Rupiah yang mempertaruhkan integritasnya atau seorang petugas pajak yang sering kali digoda gratifikasi berbungkus 'tanda terima kasih' bisa saja bila tak kuat iman akhirnya runtuh juga pertahanan prinsipnya. Berat memang, tapi tak ada jalan pintas menuju selamat selain melewatinya.

Siapapun ingin beruntung, juga ingin selamat dalam cita- citanya. Tapi ditengah ketidakmampuan melihat masa depan cuma pada kekuatan iman cita- cita dapat dipertahankan. Sedikit- sedikit mengeja langkah. Siapapun dan dimanapun kita, bagaimanapun kehidupan kita semoga kita tetap berani menjalani hidup dan membayar ongkos setiap pilihan itu. Sebab ALLAH. SWT tak akan sia- siakan doa dan ikhtiar hamba- hambaNYA.

Ebas
08 Maret 2013
Bangka Belitung

Comments

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja