Pintar, Tak Sekadar Gelar.

Orang pintar, untuk membuktikannya tidak cukup dilihat hanya dari sederetan panjang gelar akademik yang disandangnya.

Sebab kadang pikirannya tidak lebih panjang dari rangkaian gelar-gelar itu. Kedalaman pemikiran dan buah ucapan orang yang pintar itu seharusnya seperti kebijaksanaan yang mensejahterakan, adil dan tidak memihak. Kepintaran mereka menjadi jalan untuk dapat memberi manfaat bagi orang banyak. Tapi adakalanya yang terjadi justru orang yang dipandang pintar itu tidak sepintar gelarnya pun tidak pula membawa manfaat, selain keberpihakan pada kubu tertentu yang menciderai prinsip keadilan.

Situasi yang demikian ini membuka mata kita bahwa gelar akademik itu cuma bentuk lain dari selembar kertas bernama ijazah. Gelar itu luruh dan pupus maknanya seiring dengan kedangkalan nalar dan buah kebijakan mereka yang menyandangnya. Daya pikir mereka kalah melawan emosi yang lepas kendali. Diluar, mereka dapat saja bersalin rupa mengelabui dunia. Tapi mereka lupa, bahwa ALLAH lah sebaik- baik pembuat tipu daya. Jadi, mereka janganlah bangga dan jumawa untuk ketidakadilan yang sudah dibuat dalam rapat berlabel kajian dan analisis akademis di hotel mewah yang jauh dari berkah.

Hidup tak selamanya begini. Kata ALLAH, kepemimpinan itu dipergilirkan. ALLAH tidak akan pernah menyalahi janjinya. Orang pintar yang kini duduk diatas itu kelak akan turun juga meninggalkan warisan yang harus cepat kita hapuskan. Berganti dengan pondasi yang akan kita bangun dengan cerita keadilan dan pemerataan kesempatan berkembang. Semua butuh proses. Kota Roma tidaklah dibangun dalam satu malam. Seiring perjalanan waktu, yang terbaik adalah terus memantaskan diri dan mencari seberkas cahaya yang tentu masih ada disatu jalan sana.

Kita tentu tak ingin menjadi orang pintar macam mereka itu. Tapi kita perlu menjadi pintar untuk dipandang layak maju kemuka. Endapan nilai kebaikan yang tertanam lewat proses merasai dan melihat ketidakadilan adalah endapan paling pekat yang dapat menguatkan tekad merombak keadaan. Demi kebaikan, semua patut kita perjuangkan, meski kadang kita harus berhadapan dengan pengorbanan, agar kelak kita menjadi pintar bukan semata karena gelar dibelakang nama tapi juga karena ada warisan bernilai guna yang  ditinggalkan.

Erikson Wijaya
Bangka Belitung
01 Februari 2014

Comments

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King