Sekip dan Mozaik Satu Dekade.

Tahun 2003 akhir saat itu. Aku dengan enam teman sekolah jauh- jauh dari Baturaja datang ke Palembang untuk ikut tes uji coba STAN. Kami menginap di penginapan sederhana milik pemerintah di daerah Sekip. Itulah kali pertama aku tahu wilayah ini. Karena memang meski besar di Baturaja, aku cukup jarang mengelilingi Palembang.

Kini, 10 tahun sudah berlalu sejak masa 2003 itu, setelah berputar dalam banyak liku perjalanan, jarak dan pengalaman. Tidak kukira ternyata aku akan menjadi kian akrab dengan daerah ini, tiap kali kekasihku datang ke Palembang, ia menginap di Sekip. Karena disitu ia sempat tinggal lama dengan keluarganya semasa menyelesaikan kuliah 6 tahun lamanya. Sehingga aku jadi makin sering ke daerah ini. Terlebih di saat- saat seperti ini menjelang pernikahan kami, komunikasi dan segala persiapan harus lebih intens dan mantap.

Setidaknya untuk beberapa waktu kedepan, aku kira, aku memang akan berjodoh dengan daerah ini. Kami memilih untuk mengontrak rumah sebagai tempat tinggal untuk memulai hidup baru kami nanti di wilayah ini pula. Tadinya sempat kami mencari di daerah lain tapi dengan banyak pertimbangan dan kemantapan hati, ke Sekip juga jadi pilihan kami. Meski kami tahu wilayah ini rentan banjir karena dikepung kali.

Hidup kadang beginilah memang. Hal sederhana yang aku kira sepele tak bermakna ternyata adalah kepingan mozaik dari lukisan hidupku kini. Semua terhubung sejak dulu tanpa sadar sampai akhirnya didetik ini setidaknya memang benar bahwa tiada hal yang kebetulan, semua sudah dirancang Tuhan. Termasuklah tentang aku, kau dan wilayah Sekip ini.

Comments

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja