Tor- Tor, Gondang 9 dan Ironi Dalam Negeri.


Lagi, satu kebudayaan milik negeri kita hendak dipatenkan Malaysia. Tadinya kupikir bahwa hubungan kedua negara ini akan makin hangat kala mendengar beberapa Pemerintah Malaysia menyiapkan acara penyambutan para Pahlawan Devisa dari Indonesia. Pahlawan Devisa, satu istilah yang tinggi dalam kata tapi banyak miris dalam kenyataan.

Adalah Tari Tor- Tor dan Gondang Sembilan dari Suku Batak Subsuku Mandailing, Sumatera Utara yang diklaim oleh Malaysia sebagai warisan budaya asli negaranya. Namun kabar baiknya adalah pemerintah kita akan segera mengambil langkah untuk mendokumentasikan secara komperehensif atas dua seni budaya ini dan memasukkannya sebagai HAKI. Meski desas desus yang beredar kemudian adalah bahwa perihal pengklaiman ini adalah karena salah paham saja. How come?

Dari sumber ini disebutkan bahwa Malaysia hanya hendak mengangkat/mengakui Tor- Tor dan Gondang Sembilan agar resmi disetujui sebagai warisan budaya Indonesia dari Subsuku Mandailing. Tapi sampai disini mungkin banyak yang akan bingung, maksudnya disetujui itu untuk apa? oleh siapa? dan mengapa mereka mau repot membantu memperkenalkan budaya Indonesia?. There is no free lunch...

Ah, tapi ya sudahlah, karena menurut pengakuan Konsul Jenderal Malaysia untuk Medan, itu hanya supaya kedua budaya itu makin berkembang di Malaysia dan secara logis tentu kebijakan mereka secara tidak langsung menyampaikan kepada seluruh rakyat Malaysia bahwa Tor- Tor dan Gondang Sembilan adalah budaya asli Indonesia. Percaya saja dan berprasangka baik. Walaupun penjelasan resmi secara tertulis belum diterima Pemerintah Indonesia.

Sebuah Ulasan

Budaya dan seni adalah suatu kebutuhan bagi manusia- manusia yang sudah terpenuhi sandang, papan dan pangan. Singkatnya, seni itu akal dan akal itu letak nya jauh diatas perut. Maka peradaban yang sudah begitu peduli dengan seni maka kemungkinan besar urusan perutnya sudah terpenuhi. Saat negara kita Indonesia masih berkutat dengan banyak isu tentang kemiskinan, pengangguran, korupsi dan penyalahgunaan jabatan. Maka negara lain sudah mulai berpikir mengenai kemungkinan adanya kehidupan di planet lain, menembus langit dengan kekuatan (shultan) ilmu pengetahuan, seperti yang tertulis didalam Al-qur'an.

Negara kita masih didominasi oleh perkara perut, nafsu dan jabatan. Sebuah "The Fund For Peace" organisasi nirlaba menempatkan negara kita di peringkat 63 dari 178 daftar Negara Gagal. Dalam survei, mereka menggunakan indikator hukum, politik, ekonomi, sosial, dan HAM. Artinya ada 115 negara yang lebih baik dari negara kita, dan di Asia Tenggara kita kalah dari Thailand (84), Vietnam (96), Malaysia (110), Brunei Darussalam (123), dan Singapura (157).

Fakta Di Negeri ini

Semua dimulai dari bagaimana para pengambil kebijakan harus menunjukkan kepedulian terhadap aspek non-politis atau kekuasaan beralih ke hal- hal kecil pendongkrak kesejahteraan dan keamanan rakyat secara sistemik dan berkelanjutan dibawah konsistensi dan supervisi yang ketat. Selama necessary conditional (yang dilengkapi dengan sufficient condition) ini belum dipenuhi maka masih terlalu jauh bagi kita untuk membahas mengenai seni, budaya apalagi pelestariannya.

Banyak dari kita yang ada di level grassroot adalah pecinta dan pelaku budaya, namun bila mencintai budaya dalam kondisi perut lapar, ketidaknyamanan dan ketakutan. Maka apapun bisa tergadai tanpa peduli, dan saat itulah pihak lain yang sudah sejak lama dengan bermotif kerakusan dan eksistensi akan membuat negeri ini makin dalam tenggelam. Miris. Kita bagai ditinggal dalam keadaan terluka dalam suatu medan pertempuran oleh rekan yang kita kira akan sedikit berempati dan perduli. Yah, memang kestabilan hakiki lebih bisa dinikmati bilamana kita mandiri.

Erikson Wijaya
Merah Darahku
Putih Tulangku
Indonesia Negeriku

Juni 2012

P.S:
----
Tiba- tiba terpikir tentang teman- teman semasa kuliah dulu yang berasal dari Tanah Batak.

Comments

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King