30 Hari Ini...


Sudah sekitar sebulan lewat tapi pendakian Gunung Kerinci- Dempo bagai masih seperti kemarin, tantangan medan dan cekaman suasananya masih terbayang kuat. Kadang sesekali diri ini seperti diserang candu untuk kembali turun ke rimba dengan mereka, sekelompok orang gila yang berpetualang dengan hati yang senang! Namun, hidup ini bukan aku yang punya, jadi tidak bisa semauku ku buat! Well then, i just simply move on! Singkatnya aku keluar dari kurungan pikiran agar lepas dari pandangan yang sempit. Let us call it, a self- healing where i set out in the world to help myself.

Donor Darah...
Ini kali kedua aku donor, dua tahun lalu di kampus, dan kali ini di kantor sekitar awal bulan lalu pas ada PMI Cab Lahat datang untuk program serupa dan aku ikut mendaftar. Pagi sekali sudah di lokasi dan dapat no urut pendonor nomor 2! Motivasiku ikut sederhana, kuniatkan untuk membantu, semoga darah yang aku donorkan bisa berguna bagi siapapun yang membutuhkan dengan segera. This brought me back to the moment when my mother was hospitalized 12 years ago, saat itu almarhumah membutuhkan darah yang cukup banyak. Namun bantuan dari PMI rupanya terbatas.

Tapi pada donor kali ini, darah ku gagal dihisap sempurna oleh jarum suntik tajam, tiga kali ditusuk dan tiga kali pula gagal, cuma rasa nyeri dan 3 buah lubang saja yang tersisa itupun membiru 3 hari kemudian. Mungkin ini karma, karena saat memilih susternya sengaja kupilih yang masih muda daripada yang sudah berumur. It hurt at the beginnning but now i just laugh it off! Begitupun hari ini, ketika pagi kudengar kabar ada anak seorang pegawai kantor sebelah yang butuh bantuan darah maka aku sempat hendak donor namun ditolak oleh pihak rumah sakit dengan alasan aku bukan keluarga resipien. Mungkin memang belum saatnya. I wonder why. But i just leave it unspoken.

Mengajar...
Aku suka berbagi ilmu, salah satunya dengan mengajar dan Bahasa Inggris adalah satu dari sedikit ilmu yang kupunya. Aku sempat bingung mau kepada siapa kubagikan ini? kepada rekan- rekan sekantor? Tapi kuurungkan saja, kualihkan kepada sekelompok anak muda tenaga kontrak yang diperbantukan dikantor, mereka muda dan bersemangat. Ku tawarkan rencanaku dan mereka pun mau! Hingga kini sudah 3 kali ditiap akhir pekan kami belajar bersama. They pay me nothing but such a great moment to feel blessed and grateful.

Mereka muda dan jalan didepan masih panjang, semoga ilmu berguna yang kubagikan bisa bermanfaat sekecil apapun itu buat mereka. 2- 2,5 jam sekali pertemuan benar- benar tidak terasa, suasana belajar begitu sederhana, duduk bebas dilantai dengan papan tulis dadakan dari kumpulan kertas sisa print-out dokumen kantor yang kami tempel dengan magnet di dinding lemari berkas. Melihat mereka antusias dan fokus belajar membuat aku lebih terbuka bahwa tidak harus menjadi kaya atau berpangkat untuk merasa menjadi manusia yang berguna. Dan disaat yang sama, tiba- tiba aku merasa lebih bebas dan lapang..

Olah Raga...
Dulu olah raga hanya kulakukan untuk persiapan naik gunung saja, namun ternyata ampuh juga untuk membunuh waktu! Tubuh berkeringat dan basah panas itu nikmat sekali sekaligus bangga karena berhasil mengusir rasa malas dan malu! Oh ya, beberapa waktu lalu waktu jogging aku sempat melerai dua orang yang berkelahi, mereka sedang panas dan naik pitam berwajah tegang! Bagai reflek kutarik salah satu dari mereka dan sebisanya aku coba sadarkan dengan menyuruh istigfar, cara yang sama yang dilakukan oleh seorang teman waktu aku pernah beberapa kali berkelahi dikampus dulu. Malu! And it works! Alhamdulillah... Hingga kini aku masih heran, bagaimana aku bisa mendapat keberanian itu dengan taruhan bisa saja jadi sasaran salah gebukan atau malah... tusukan!!

Well, dari apa yang sudah kulakukan sekitar 30 hari belakangan.. Seperti nya ketika kita memilih untuk menatap dunia luar dan menolong diri dari sempitnya pandangan dan pola pikir, maka bisa saja langkah itu berhenti pada pilihan untuk membantu orang lain, atau seperti monolog dalam Eat Pray and Love: "When I was in Italy, I learned a word - It's "tutti" with double T, which in ltalian means "everybody." So that's the lesson, isn't it? When you set out in the world to help yourself, sometimes you end up helping Tutti." Pas pula kebetulan sama kesimpulannya.


Erikson Wijaya
Di Sudut Kamar
Dideru rasa rindu yang menggebu

Comments

  1. "Mungkin ini karma, karena saat memilih susternya sengaja kupilih yang masih muda daripada yang sudah berumur"

    wah salah niat sih son kalo milih suster yang mudaan, kalo suster itu, biasanya makin muda makin kurang pengalaman untuk coblos mencoblos hehe

    ReplyDelete
  2. hehehehe mgkn gara2 keseringan naik gunung atau cuci muka di kawah, kw jadi gak mempang kenak jarum rik, macam kek gatot kaca, kulit pun tak bisa ditembus wkwkwkwk
    nice post, and always like your post ... simple and great :p
    berkejaran g login

    ReplyDelete
  3. @Seagate: haha.. niat nya mbelok dikit pas udah di TKP Mas. Hahaha.. waduh itu ambigu sekali pernyatannya "makin muda makin kurang pengalaman untuk coblos mencoblos", simply potentially missleading. Terima kasih sudah mampir Mas :)

    ReplyDelete
  4. @GWN: Iya Gal, trima kasih banyak sudah singgah kesini. Mana berkejaranmu? posting lah, udah penuh sarang laba2 nya hahaha. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King