Menerawang Gili Trawangan


Ada satu pulau kecil di Provinsi Nusa Tenggara Barat, bernama Pulau Trawangan dan terkenal dengan nama Gili Trawangan (Gili, dalam Bahasa Sasak artinya Pulau), dalam rangkaian pendakian Rinjani kemarin, aku menyempatkan diri singgah ke pulau ini. Dan, baru saja beberapa menit aku menjejak di pulau ini, aku mengalami semacam cultural shock aku seperti merasa asing di negara ku sendiri, karena banyaknya turis asing wara wiri sepanjang jalan di pulau ini.

Untuk mencapai Gili Trawangan, kita harus menuju pelabuhan Bangsal yang berada di Lombok Utara masuk secara administratif dalam kabupaten Bayan, dengan membayar tiket boat seharga Rp 30.000,- dan menyebrangi selat selama kurang lebih 1 jam, maka akan sampai di pulau yang banyak menyembunyikan keindahan sekaligus kehidupan budaya yang bak paradoks dalam kehidupan nyata. Dari kejauhan sebelum mendarat, pasir putih di tepian pantai membuat Gili Trawangan begitu indah, belum lagi biru terang laut di tepinya yang sesekali berkilau karena memantulkan cahaya matahari seakan menambah keinginan untuk segera menjelajah lebih jauh lagi ke pulau ini.


Begitu tiba, aku dan dua orang rekan seperjanan, segera mencari penginapan, dan karena menyadari 'ketebalan' dompet kami, membuat kami enggan menanyakan harga penginapan yang berjejer rapi ditepi pantai dengan view yang indah. Jadinya, untuk mencari penginapan dengan harga yang lebih miring, kami semakin masuk kedalam, dan makin kedalam harga penginapan makin murah dan tentunya makin jauh dari tepi pantai. Ada kawan yang menawarkan penginapan namun harganya masih terlalu tinggi menurut kami, dan setelah cukup lama mencari akhirnya dapat juga penginapan dengan ruang kamar yang luas pas untuk bertiga, kamar mandi ada dua (1 dalam 1 luar) dan kipas angin seharga Rp 100.000/malam, yang aku yakin kalau ditawar lagi jadi Rp 90-80rb mungkin masih mau.


Mandi, istirahat, bongkar carrier, sholat, terus lapar. Kita bertiga langsung hunting makanan tapi sudah sadar situasi makanya cari lokasi makan yang agak dalam ketimbang yang dipinggir pantai yang dipasang dengan harga standar turis asing. Sudah mahfum kalau penduduk setempat memanfaatkan kondisi pengunjung turis asing dengan pasang harga tinggi makanya kita tidak mau mengganggu pancing rejeki mereka. Akhirnya ketemu warteg yang posisinya masuk gang, dan ada tulisan Warung Jawa, kami makan disana, aku masih ingat makan ayam gorang, sayur, tempe harganya Rp 7.000,- bayangkan kalau ditepi pantai tadi mungkin bisa Rp 10.000 bahkan Rp 12.000,-. Tapi ya itu, makannya tidak bisa sambil menikmati pantai.
bodo amat, yang penting kenyang dan sanggup muterin pulau.



Selanjutnya adalah tentang menikmati sore di Tepi pantai Gili Trawangan ini. Bisa duduk diatas pasir putih, sambil menikmati angin pantai dan memandang langsung Puncak Rinjani diseberang sana, adalah pengalaman yang begitu berharga, tapi untuk bisa sampai setenang ini butuh waktu, maklum selama ini hanya lihat di TV cewe-cewe bule pakai bikini two pieces, nah kali ini mereka wara wiri didepan mata, ya bagaimana gak naek turun, degap degup jadinya. :D



Di sepanjang pantai ini, para pengunjung bisa dengan bebas lalu lalang, bahkan para turis asing tampak santai dan enjoy berjalan sambil memegang bir di tangan mereka, makanya di sini Bir laku keras, karena bagi turis asing, Bir sudah seperti minuman wajib di setiap kondisi. Kami bertiga terus berjalan ke arah timur pulau (sengaja, karena sisi barat giliran besoknya), melihat penangkaran penyu dan sepanjang jalan di tepian pantai ini banyak sekali disediakan semacam shelter atau exotic hut dimana para pengunjung bisa santai disana sambil menanti sunset. Suasanannya memang romantis, ah.. semoga saja nanti saya bisa mengajak istri saya (kalau sudah menikah nanti) menikmati sunset ditepi pantai yang indah.



Ketika matahari tenggelam kami sudah berada tepat di spot yang pas, benar-benar bersyukur aku bisa menikmati pemandangan ini, melihat matahari pelan-pelan tenggelam ditelan laut, perlahan menyisakan guratan cahaya kuning yang menyembul di langit senja. Disaat seperti ini aku sempat menelpon pacar di Sumatera Selatan untuk menceritakan apa yang baru saja aku lihat sekaligus menggambarkan dan berandai-andai kelak bisa mengajaknya kemari.


Setelah hari mulai gelap, kami bertiga kembali ke penginapan namun aku menyempatkan ke masjid setempat untuk sholat, penduduk asli Gili Trawangan ini mayoritas muslim dan di pulau ini ada dua masjid, rasanya begitu kontras, masjid dibelakangnya sementara begitu keluar didepannya party-party and bars berjejer begitu ramai. Tapi ya sudahlah, toh aku yakin kenapa kondisi ini masih bertahan tentunya karena ada semacam rasa saling mengerti atau juga saling membutuhkan antara turis pengunjung dengan penduduk setempat. Sambil jalan kami membeli makan dan minuman (minuman mineral kemasan botol 1,5L merk NARMADA).

Saat kami berada dipulau ini, pas sedang bulan rembulan penuh, jadinya ada semacam full moon party yang diadakan bar setempat dan biasanya kalau sudah party suasanannya jadi ramai, tapi aku tidak sempat ikut, capek, ketiduran. Sebetulnya ingin juga menikmati sajian khas seafood disini tapi harus realistis dengan kantong, apalagi kalau lihat warnet.. ahh the rate does not make sense to me!.



Keesokan harinya disiang hari setelah makan, kami mulai jalan lagi keliling pulau tapi dengan tujuan sisi barat pulau, bagian ini rupanya memang tidak segemerlap bagian timur yang memberikan banyak tempat hiburan dan fasilitas lainnya, disini masih cukup banyak lahan kosong yang belum digunakan bahkan beberapa cafe dan cottages seperti tidak terawat, sebetulnya hanya tidak lebih dari 1 (satu) jam untuk mengelilingi pulau ini sampai habis jika menggunakan kidomo (andong kalau di Jogkakarta), namun kami lebih memilih jalan kaki agar lebih puas menikmati. Jujur saja, karena masih belum terlalu terjamah inilah sebetulnya pantai disisi barat ini lebih cantik dan bersih dan jika air laut sedang surut, tepiannya bisa terlihat hingga beberapa meter sehingga kita bisa melihat terumbu karang yang indah dan kepiting laut yang berwarna-warni.


Aku memisahkan diri dari dua kawan ku tadi, karena mereka mau pulang duluan sekalian mau makan. Tapi akhirnya ketemu lagi di tempat yang pas untuk melihat sunset menjelang senja dan memanfaatkan momen ini untuk diabadikan. Karena tidak terasa keesokan harinya kami harus sudah meneruskan perjalanan pulang ke Jakarta. Sementara Yoga, memutuskan pulang naik pesawat dan untungnya di Gili Trawangan ini banyak tersedia travel agent yang melayani jasa pembelian tiket pesawat termasuk juga paket perjalanan wisata di Pulau Lombok bahkan ke Nusa Tenggara Timur.

Poto iseng:


Comments

  1. katuan banget nih...orangnya narsis abiss...hehe...

    ReplyDelete
  2. @isti: yah kapan lagi mau berekspresi sebebas2nya kalau bukan di blog pribadi Mbak Isti hehehhe...

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja