Kandang Badak, Pangrango Saja


Betis dan paha masih pegal dan sakit, tapi enak. Kok bisa?? Ya bisalah!! :D. Namanya juga manusia apa aja bisa. Gila.. sombong benar ah! hahahaha.. katanya sihhh apa saja yang bisa dipikirkan ya pasti bisa kita wujudkan. Cuman bagaimana dengan cerita dibawah ini! *tabuh genderang*

Malam tanggal 16 Juli dua hari yang lalu, aku dan ber tujuh temans baru turun dari puncak Gunung Pangrango (3019mdpl) setelah trekking 3 jam dari Pos Kandang Badak dan kembali turun ke Pos yang sama dengan waktu tempuh dari Puncak Pangrango sekitar 2,5 jam. Perjalanan menuju Puncak Pangrango ini cukup mengguncang emosi karena jalurnya yang memang meliuk-liuk apalagi kami dikejar hari yang semakin gelap, untunglah walau sudah menjelang magrib masih bisa juga menikmati Mandalawangi. Lembah dibelakang Pangrango, dengan dingin yang luar biasa, juga indahnya Edelweis yang anggun dan damai. *sok puitis*.

Begitu sampai di tenda dan istirahat sebentar alakadarnya seadanya secukupnya sewajarnya (bosen gak sih? :D) kami langsung menyiapkan kompor, nesting, logistik, air, dll. Kemudian tidak lama aksi memasak pun dimulai, diawali dengan merebus air untuk bikin minuman lalu masak nasi dan masak lauk utamanya. Aku membuat kopi nescafe rasa mocca sedikit gula dan halus kopinya (emosi gak sih bacanya :P) lalu menghirupnya dengan nikmat khidmat dan ahhhh kena banget sensasinya menghangatkan tubuh yang ditusuk-tusuk angin malam yang dingin tapi terang bulan jadi suasananya pas, tapi jangan dibayangkan cahanya remang-remang kayak warung remang-remang ya.. :)) *apasih*

Ini masih jumawa, baru turun ceritanya. Dan pas tiba acara makan bersama, TIDAK TAHU KENAPA perut ini jadi tiba-tiba hilang selera, mau makan tidak ada nafsu, tidak ada logika dan tidak ada perasaan, yang ada hanyaa... ahhh entahlah.. *mulai meracau*. Dan akhirnya setelah dibujuk dengan ucapan:

'pliss lu makan ya, kita udah capek jalan hari ini belum lagi besok pagi mau muncak ke Gede, jadi pliss lu makan dikit doang juga gak apa-apa...'


(Dalam hati aku bilang: memangnya nama aku Cuplis!) Jadinya masuk juga itu 3-4 sendok nasi sama lauk dan ujung-ujungnya tidur, dan setel alarm jam 02.45 am 17 Juli. Masuk sleeping bag urusan selesai, dan mari kita lanjutkan cerita hari esok, tidurlah nak.. hari sudah malam.. besok kau harus kembali berjuang. *ujar induk kancil kepada anak kancil yang tadi sore hampir masuk perangkap petani* :D. Tepat waktu alarm bunyi aku juga terbangun lalu langsung ngumpulin nyawa pakai jaket, bawa barang-barang yang perlu (headleamp, dompet, air minum, snack, jaket) dan iseng- iseng membangunkan kawan sebelah yang akhirnya ikut juga ke Puncak Gede.

Begitu keluar tenda, langsung diserang hawa dingin, parahnya lupa pakai kaos kaki, ah tidak apalah nanti juga kalau sudah jalan bakalan hangat sendiri, tapi ahh udah keburu disusul mual jadinya segera cari pegangan pohon kayu dan terjadilah muntahan bukan lahar di Pos Kandang Badak, bukan lahar tapi isi perut ku yang pas lewat mulut ini rasanya asam, pahit jadinya bukan nano-nano. Tapi itu aku belum nyerah, masih jumawa masih yakin bakalan bisa dan masih masih yang lainnya.. :). Sudah aku coba masukan dua sobekan roti tawar, tapi mental, minum air malah jadi mulas, ya sudah jalan terus saja. Tapi akhirnya belum ada setengah jam berjalan, muntahan lahar dari perut ku makin kuat mendesak muncrat mau keluar, dan akhirnya jebol juga pertahanan yang dari tadi aku jaga, dibawah terang bulan malam bumi Cibodas, aku terguling menahan perut sambil muntah dengan posisi kepala dekat dengan tanah. *muntah aja didramatisir*.

Tapi masih yakin aja bakalan bisa, setelah bisa tegak dan jalan lagi, sekitar 10 menit jalan mungkin, akhirnya mual tadi pindah keatas, tepatnya ke kepala alias pusing, tempat yang katanya membuat manusia bisa berbangga karena punya akal. Aku coba menenangkan diri bersandar dibawah pohon, menguasai diri, berpikir jernih. Tapi banyak ragunya daripada yakinnya, ragu daripada nanti merepotkan, ragu nanti dari pada malah sudah terlalu jauh jalan malah harus balik dan ragu karena diserang pertimbangan daripada daripada yang lainnya. Dan akhirnya:"AKU TURUN, MUNDUR!"

Begitulah, karena kesalahan tidak makan tadi malam, aku gagal menuju puncak Gede, hanya Pangrango saja, ada rasa kecewa, tapi sudah kejadian jadi percuma disesali, lain kali saja mungkin, toh tidak akan lari Gunung Gede dikejar, yaaa.. kecuali kalau tanahnya diuruk buat pelebaran komplek perumahan yaaa.. baru buru-buru kesana!

Andai kuulang waktu.. kukan kembali ke malam itu.. dan kan ku habisi makan malamku.. Ah.. tapi sudahlah, ALLAH tidak suka kalau terlalu menyesal, berandai-andai dan sejenisnya. :). Btw, itu potonya belum dikopi dari flashdisk temen jadinya yaaa.. yang pas saja dulu, yaitu BADAK! :))

Comments

  1. Wah...foto bang er ngeluarin laharnya keknya seru juga...bukan laharnya,tapi ekspresinya itu,ada nggak?kalo ada,aplod aja bang,ahahhaha ngeyel :p

    ReplyDelete
  2. @Putri: jangan diupload kl itu, aib! :D

    ReplyDelete
  3. badak bisa muntah juga ya.. hahaha..

    ReplyDelete
  4. @Demo: jangankan muntah, salto juga bisa haha.. :) thanks sudah mampir.

    ReplyDelete
  5. hahahahaha... senyum2 aku kl ingat kejadian ini sekaligus sedikit penyesalan g jd muncak gunung gede...

    ReplyDelete
  6. @Demo: sebetulnya mau kutulis bantuan mu waktu malam itu, cuman untuk apa kutulis lebih baik kuingat aja :) Btw, Demoterasi mu makin kerena aja, i salute you.. !

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja