Menuju Rinjani (II)


Tierrra... Tierraaa...!!!
Itulah kata-kata pertama Christopher Colombus saat pertama kali melihat tanah Amerika, dan dalam hati aku berkata.. Lombok.. Lombok...!!! (emang siape gue??? :P) waktu Ferry mulai merapat ke Pelabuhan Lembar (yang semula kukira adalah Pelabuhan Besar, maklum karena Pelabuhan ini adalah akses masuk via laut menuju Pulau Lombok, tapi tak ubahnya seperti pasar kecil yang ada di tepi laut, disini aroma ketimpangan mulai terasa.)

Pelan-pelan Bis Tiara Mas yang kami tumpangi dimuntahkan keluar. Sampai disini sebetulnya aku masih seperti belum percaya, bahwa akhirnya kami bertiga sampai juga ke sini. But deep inside, i feel so gratefull. Dan waktu sudah menunjukkan pukul 12.40 WITA.

Saat melintasi kawasan makin kedalam, ada semacam soundtrack pengiring dalam pikiranku dengan ritme yang jauh begitu lambat, begitulah mungkin dikawasan tepian Lombok Barat ini, alur kehidupan berjalan pelan seperti tidak ada yang dikejar, seperti tidak takut tergilas roda jaman atau tak acuh akan ditelikung massa. Frankly speaking, it shows how i should live my life.

Karena sesuai rencana, kami mendaki Rinjani masuk melalui gerbang Sembalun sehingga kami meneruskan perjalanan dalam Tiara Mas ini hingga ke Terminal Mandalika, dulunya terminal ini bernama Terminal Bertais (jangan tanya sama aku kenapa berubah namanya seperti nama terminal di Surabaya kemarin itu :D). Lalu tepat pukul 14.00 WITA kami tiba di Mandalika, tapi aku heran kenapa kok ramai diluar bis ini (tau aja mungkin ada artis dari Jakarta mau dateng :P) ahhh rupanya abang-abang para calo dan penawar jasa ojek yang sudah menunggu.

Sambil pasang senyum tenang (sebetulnya ditenang2in aja) dengan kalem menjawab 'maaf bang udah ada yang jemput' dan sambil pake carriel cukuplah meyakinkan abang-abang itu bahwa kami tidak nyaman untuk diganggu lalu akhirnya mereka mundur teratur, dan untuk amannya kami masuk kedalam halte terminal persis didepan pusat informasi dari Dinas Perhubungan. Disini kami istirahat sebentar, karena kehabisan uang untuk meneruskan perjalanan Tamsin mencari ATM terdekat dan untunglah ada rekanan petugas Dishub yang enggan dibayar walau sudah mengantarkan ke ATM naek motor (rejeki emang gak akan kemana-mana :P).

Di Mandalika ini aku dan Yoga sempat membeli Topi yang sangat penting buat trekking harganya murah bisa ditawar 50%, tapi kualitas KW kesekian pastinya :D. Lalu sendiri aku keluar terminal cari informasi angkot Engkel (sejenis ELF) untuk meneruskan perjalanan, aku sudah menghubungi teman di daerah Pancor dari Komunitas Khyber Pass untuk semalam ini beristirahat sambil sekalian minta dicarikan porter untuk membantu dan menemani pendakian kami, jadinya pas ketemu angkot jurusan Mandalika - Pancor, langsung nego ongkor Rp 10rb/orang, carriel pun kami angkut dan istirahat sebentar sekalian makan siang.

Perjalanan ke Pancor memakan waktu sekitar 1,5 jam jadi tepat jam 16.30 WITA, sepanjang perjalanan menuju Pancor ini, supremasi Rinjani yang hanya terdengar di telinga selama ini, kini benar-benar bisa dengan jelas terlihat didepan mata, ia berdiri ramah memaku bumi Lombok, dari puncak non-vegetasinya menunjukkan bahwa trek menuju puncaknya didominasi medan berpasir dan bebatuan. Di Pancor ini kami dijemput oleh Bang Fian dan di Poskonya sudah ramai pula kawan-kawan yang lain, Bang Fian ini aku kenal dari Yudha (sependakian waktu ke Gede, Pangrango, Semeru dan Ciremai) yang tahun 2010 lalu mendaki Rinjani dan Tambora sekalian. Ia bermalam di markas Bang Fian ini juga.

Di sini, kami disambut dengan ramah dan hangat seperti sudah lama kenal saja, setelah meletakkan semua peralatan, Yoga dan Tamsin memilih beristirahat di atas saja, sementara aku tiba-tiba ingin lari sore di taman kota Pancor dekat dengan Posko Bang Fian ini, sekalian jalan-jalan dan olah raga, lumayan dapat 10 keliling, ukuran lapangannya memang tidak sebesar jogging trek di kampus.

Pukul 19.00 WITA setelah sholat dan ngobrol-ngobrol meminta informasi mengenai trekking dan jasa porter dengan Bang Fian cs, kami bertiga berjalan-jalan sebentar sekalian cari makan di Pancor ini. Sekaligus membahas ulang rencana perjalanan keesokan harinya. Sebetulnya kami ditawari untuk bermalam lagi sambil menunggu rombongan dari Semarang yang kebetulan juga mau ke Rinjani jadi bisa gabung sekalian, namun kami bertiga lebih memilih ke jadwal semula saja.

Day 4- Kamis, 9 Juni 2011
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, karena memang sesuai rencana kalau bisa sepagi mungkin kami harus sudah mulai bergerak menuju Sembalun dan ada kemungkinan harus melengkapi logistik terlebih dahulu. Jadinya sekitar pukul 10.00 WITA aku dan Tamsin ditemani Bang Ashwan dan Wan (Tau sapaanya aja, malah sama rombongan Bang Fian, Wan ini dijuluki Bocah Rinjani) ke Supermarket setempat untuk belanja logistik dengan estimasi peruntukkan 5 hari 5 malam, maka kami menghabiskan anggaran Rp342rb total.

Sekembalinya dari belanja, Bang Fian memberi kabar bahwa Porter dari Sembalun sudah disiapkan nanti langsung saja pas sampai di Rinjani Information Centre (Nama keren kantor yang ada di gerbang Sembalun) menghubungi temennya Bang Fian namanya Asep. Kamipun segera melanjutkan perjalanan, dan sekedar buat kenang-kenangan Tamsin memberikan Pisau Eiger miliknya kepada Bang Fian, dan Bang Fian menolak waktu kami belikan rokok, lebih baik untuk porternya saja katanya begitu. Siang itu jam 11.00 kami naik angkot ke Sembalun, tapi tidak bisa langsung melainkan harus ke Aikmel dulu.

Aikmel adalah nama wilayah di Lombok Timur yang merupakan akses menuju Desa Sembalun, sekitar pukul 12.00 WITA kami tiba di Aikmel yang dekat dengan lokasi sebuah pasar, dan dari sini rupanya memang sudah tidak ada lagi angkot ke Sembalun, selain angkutan sayur yang baru akan berangkat setelah muatan berupa sayuran penuh, jadi terpaksa kami menunggu hingga penuh mobil angkutan sayur yang berupa mobil pick-up itu hingga sekitar 2,5 jam. Dan untuk nyamannya carriel kami taruh duluan di bak mobilnya, sempat khawatir juga jangan-jangan kami ditipu dan carriel kami dibawa kabur saking lamanya menunggu mobil itu mengangkut sayuran yang lokasi nya ada di pasar.

Sambil menunggu kami sempatkan belanja minyak goreng dan sunblock di Pasar Aikmel sekalian makan siang juga, dan kemudian pukul 13.50 WITA mobil sayur itu berangkat menuju Sembalun, jangan bayangkan kami bisa duduk dengan nyaman.. karena semua muatan mobil sudah penuh jadi kami duduk diatas karung sayur bersama dua Ibu-Ibu pedagang asal Sembalun, kira-kira setengah jam kemudian perjalanan dengan mobil sayur ini makin memasuki medan yang menanjak dan udara dingin khas pegunungan mulai terasa. Saat memasuki kawasan hutan, ada banyak kerumunan monyet yang tampaknya tidak terganggung sama sekali dengan kehadiran mobil tumpangan kami, malah ada beberapa yang nekad mengejar kami. (dikirain monyet juga kalii ya.. :D)

Walaupun begitu, perjalanan yang memacu adrenalin ini sangat setimpal dengan panorama pegunungan yang mengelilinginya, hutan hijau dan kawasan perbukitan yang begitu indah, menjelang satu jam kemudian kami sampai di desa dengan lapangan yang luas didekatnya, disitu semua muatan diturunkan dan sambil menunggu kami turun dan menikmati pemandangan.

Lima menit pertama menikmati pemandangan sangat menyenangkan bagi kami, namun belasan menit kemudian segerombolan anak kecil datang dan kehadiran kami bertiga membuat mereka terasa begitu senang, kami bahkan dikira turis asing (ni muka kayaknya gak ada barat2nya ya.. :P). 1,2,3.4..bahkan 10an anak datang menghampiri kami, dalam langkah kecil malu-malu yang kemudian berlarian dalam langkah besar tanpa rasa malu lagi, cepat akrab. Kemudian terjadilah sesi poto bersama.. :)





Setelah selesai menurunkan muatan, kami meneruskan perjalanan menuju gerbang pendakian Sembalun, waktu itu pukul 17.15 WITA. Kami disambut oleh bapak-bapak yang lagi santai duduk sore di depan kantor sambil ngerokok (tapi gak pakai sarung, gak ada cangkir kopi), setelah itu kami diberitahukan bahwa Porter kami sudah menunggu, Porter ini namanya Roni, kemudian kami biasa panggil Bang Roni. Setelah mendaftarkan diri secara administrasi kamipun me-repack carriel dan berbagi beban dengan Bang Roni, serta menyempatkan diri untuk membeli makan untuk menjaga stamina. Sebelum berangkat, aku pergi ke toilet sebentar dan melihat ada dua orang pendaki didalam tempat istirahat dekat pintu belakang.

Aku coba ajak mereka berkenalan, rupanya mereka pendaki dari Demak dan Banyuwangi, mereka bernama Adit (Adeev Venomous) dan Mido (Apa fb mu?). Sudah garis takdir rupanya, pas kutawarkan untuk barengan saja, mereka mau dan akhirnya kami berangkat ber enam termasuk Bang Roni sebagai Porter. Setelah makan dan berdoa, kami memutuskan untuk naik ojek saja untuk memasuki kawasan pendakian, karena sudah beranjak magrib dan demi menghemat waktu (konon katanya memakan waktu 2 jam untuk memasuki kawasan pendakian dengan berjalan kaki).

Dan perjalanan penuh kenangan itupun dimulai...

A life without a risk is a life unlived. Aku tahu perjalanan ini penuh resiko, ditambah lagi dua kawan ku, Tamsin dan Yoga yang merupakan debut pendakiannya ke Rinjani ini, but the passion and pray are deeply beared here inside in my heart.

Bersambung ke bagian III...

Comments

  1. lanjut bagian III nya Son...(david)

    ReplyDelete
  2. kalo mau dimanain, pilih aja name/URL vid, linkny kau isi apa aja bisa.. ok Vid, terima kasih banyak ya..

    ReplyDelete
  3. Bang erik,itu temen2mu 'debut' smua ya? Nah,tulisin pendapat mereka donk mengenai debut ini,hiihihihi#kalo nggak bisa gpp juga sih..mau ke III dulu ah...mluncur....

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. bagus gan artikel nya
    dan menarik untuk dibaca
    dtunggu info selanjut nya gan

    ReplyDelete
  6. senang bisa berkunjung ke blog anda gan
    keren dan bermanfaat sekali info nya
    terimakasih, sukses terus

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Touring Palembang- Baturaja