Danau Segara Anak dan Jalur Senaru


Salah satu pemandangan yang begitu indah dari Puncak Rinjani adalah Danau Segara Anak, bahkan keindahannyapun sudah bisa dilihat dari Pelawangan Sembalun, menjelang senja warna hijaunya makin membuat Danau ini tidak hanya indah tapi juga sangat tenang bahkan menenangkan, well, i can say, it is beautifully interesting but tough to reach, how come? then just keep reading.. :)

Begitu kami sudah kembali dari puncak, maka kami beristirahat sebentar di Pelawangan Sembalun untuk makan siang, mandi di sumber mata air lalu segera repack untuk melanjutkan perjalanan ke bawah menuju Danau Segara Anak. Medan yang harus ditempuh adalah medan yang kami lihat dari atas berupa tebing dan jurang yang berliku, sesekali curam bahkan harus berpegangan erat dengan bebatuan, kemudian sedikit lembah dan bukit yang naik turun, total perjalanan memakan waktu 5 jam untuk ukuran kami, sementara bagi para porter mungkin bisa ditempuh dalam 2-3 jam saja.

Pas dalam perjalanan menuju ke Danau ini kami beberapa kali beristirahat untuk sekedar minum atau meringankan beban sejanak. Sambil melihat kesekeliling banyak sekali bebatuan yang menjadi korban vandalisme mereka yang tinggi sekali jiwa seninya, karang yang berwarna abu-abu alami berubah warnanya menjadi putih karena cat dari type-x bertuliskan macam-macam ungkapan cinta, prasasti semacam '.... was here' dan sebagainya. Percuma juga sebetulnya, because there will be none who is gonna look for those writing so, just kind of temporary temptation needed to express. Itulah kenapa kalau dalam perjalanan aku suka bawa buku Catatan Perjalanan biar ada tempat kalo ada yang perlu ditulis.


Tepat pukul 16.00 kami bertiga tiba juga di Danau Segara Anak, tenda sudah berdiri oleh Bang Roni, sesuai janji dengan Adit dan Mido maka kami segera menemui mereka yang sudah satu malam lebih dulu di Danau Segara Anak, disana rupanya mereka berdua mendirikan tenda persis ditepi Danau, sementara Adit sedang memancing dan Mido lagi didalam tenda, selain Mido banyak juga rupanya penduduk lokal yang dalam tim sengaja datang untuk memancing, bahkan mereka sengaja membawa bekal untuk beberapa hari, peralatan mereka lengkap, pancing, umpan, logistik, kompor, dan pastinya rokok.



Senang bisa bertemu kembali dengan mereka berdua, mereka membantu sekali dalam pendakian kami kemarin, lalu daypack Adit kami serahkan kembali sambil ia membawa carrier Yoga untuk diserahkan kekami. Tak lama berselang, Adit menawarkan kami sejumlah ikan untuk digoreng hasil pancingan mereka, ada banyak lumayanlah untuk dimakan berlima, seukuran 3-4 jari orang dewasa. Sambil menunggu Bang Roni menggorengkan ikan, kami duduk santai, tak lama lalu kami lanjut makan bersama didalam tenda kami. Sesudah makan aku mengajak mereka berdua ke sumber pemandian air panas dan melihat air terjun tak jauh dari camp ground, tapi mereka menolak.


Akhirnya hanya kami bertiga saja ditemani Bang Roni yang hendak mengambil air, pemandian air panas ini menurut masyarakat setempat dapat menyehatkan badan, ada tiga kolam, ukuran kepanasanya ada yang panas, cukup dan biasa saja. Aku kurang tahan di dua kolam pertama jadinya di yang ketiga saja, kecuali Tamsin dan Yoga yang betah berlama-lama di kolam pertama dan kedua, bahkan mereka langsung dari air pancurnya. Di jalan menuju pemandian air panas ini kami melewati dua air terjun yang berhadapan dengan pemandangan perbukitan yang sangat indah. Air terjun kedua jatuh persis di dekat air panas itu tadi, sehingga begitu sudah dari air panas, aku menceburkan diri ke air terjun saja, tidak terlalu dingin dan kupikir aku memang suka air, berenang dan bergelantungan di bebatuan dekat air terjunnya. Asikk woii!


Hari mulai malam, dan akhirnya kami beristirahat didalam tenda, semua logistik kami masukkan juga kedalam tenda karena kabarya banyak Babi hutan dan Anjing berkeliaran disekitaran area ini. Dan memang betul, sebelum tidur, aku memang mendengar lolongan panjang anjing hutan, seperti film horor di TV, wolves. Keesokan paginya disekitar tenda sudah banyak jejak kaki, sepertinya Babi hutan, jejaknya tidak seperti jejak Anjing. Hari kedua di Danau kemudian kami isi dengan memancing dan kembali menikmati air terjun, air panas dan pemandangannya, namun kali ini lebih eksploratif lagi.




Para pendaki dari luar negeri yang naik dari jalur Senaru, akan beristirahat di Danau Segara Anak untuk menikmati ketiga resort tersebut, menurutku tentang mereka, pada dasarnya mereka walaupun secara budaya bertolak belakang dengan kita, mereka adalah orang-orang yang ramah dan tidak suka bila diganggu, sama seperti kita, jadi kalau mereka bersikap ramah, maka aku membalas alakadarnya saja walau sekedar senyum. Mereka kurang nyaman dengan sikap terlalu ramah, lebih baik biasa-biasa saja dalam bersikap dengan mereka. Kecuali kalau kita lihat mereka membutuhkan bantuan, maka sebagai sesama manusia sudah kewajiban untuk sebisanya membantu, seperti pas aku lihat turis dari Jerman yang lemas karena kelelahan (terlalu semangat jadinya mendakinya dengan berlari, begitu kata guidenya), aku coba kasih dia Antangin untuk diminum dan sekaligus beberapa lagi sebagai bekal.


Ini rombongan turis dari Swiss yang kami ajak poto bareng, nama mereka: Lurina, Nicole dan Nadya.



Di hari kedua ini, pukul 08.30 Adit dan Mido meneruskan perjalanan untuk pulang melalui jalur Senaru. Setelah itu, sore harinya kami isi dengan menikmati senja di Danau Segara Anak, dan malam harinya beristirahat total untuk mengisi energi mengingat keesokan harinya kami juga akan pulang melalui gerbang Senaru yang katanya adalah jalur berupa hutan lebat, sebetulnya bagian ketika menuruni puncak adalah bagian yang tentu tidak seberat ketika mendaki, hanya saja kali ini yang berbeda adalah untuk memulai turunan itu, harus kembali mendaki 3 jam agar bisa keluar dari kawasan Danau Segara Anak.


Keesokan harinya, pagi itu setelah sarapan pagi dan semua sudah di repack, kami kembali melanjutkan perjalanan, there is always an ending in every beginning. Dimulai dengan melipir Danau sampai ketemu jalur keatas, dan mulai mendaki, jalur awal pendakian meninggalkan Danau adalah medan yang cukup berat, bebatuan dan agak terjal, untunglah medan ini hanya mendominasi sekitar 1 jam pertama saja, berikutnya sudah agak landai, disini mulai banyak kami berpapasan dengan pendaki yang hendak ke Danau, dan ada juga sekelompok pemeluk agama Hindu yang membawa lengkap peralatan Ibadah, sengaja datang jauh dari Bali ke Rinjani untuk menjalankan ibadah mereka.


Tamsin dan Yoga mneikmati sore di tepi Danau.


Pas akhirnya tiba di Puncak Pelawangan Senaru, ada rasa berat melanjutkan perjalanan karena dari titik inilah untuk terakhir kalinya dalam pendakian ini kami bisa melihat keindahan Danau Segara Anak. Tapi bagiku, perjalanan harus tetap berlanjut, karena bukan di Danau ini kehidupan ku yang sebenarnya, yang sebenarnya adalah menikah, punya keluarga, punya anak, punya istri, pendakian ini hanya sekedar hobi dan sesekali menjadi kebutuhan bila lama tak dilakoni, paling tidak begitulah untuk masa-masa kini. Kami mulai memasuki kawasan hutan diawali dengan menuruni bukit pasir berdebu yang terik dan membosankan. Ketika tiba di kawasan hutan sepertinya aku merasakan sensasi baru dalam pendakian ini, karena akhirnya lengkap sudah trek yang kami lalui: Savana, Hutan Cemara, Bukit Pasir dan Hutan Lebat.

Perjalanan menuruni Rinjani dengan melintasi kawasan hutan ini kami tempuh dalam 3-4 jam, ada banyak beberapa pos istirahat, kami beristirahat agak lama di Pos 3 untuk makan siang, disini kami bertemu dengan 3 pendaki dari Depok, namun sayangnya lost contact. Setelah mengisi energi perjalanan kami lanjutkan, di setengah jam pertama kami bahkan berlari untuk mempercepat waktu, karena ingin segera mendapatkan sinyal agar bisa menghubungi keluarga. Ditiap pos peristirahatan kami beristirahat walau untuk sedikit minum, harus hemat karena rupanya persediaan air mulai menipis, untunglah sudah tidak jauh lagi perjalanan kami.


Dalam lintasan hutan ini, sangat sulit rasanya untuk tersesat, karena medannya sudah dibuat rapi dan jelas, kalau pun sampai ada yang tersesat rasanya aku belum temu alasan mengapa sampai bisa terjadi. Menjelang sore akhirnya sampai juga kami diluar kawasan, pintu gerbang Senaru, namun masih ada kira-kira 1 jam lagi untuk sampai di pos keluar untuk konfirmasi perjalanan, dan kira-kira pukul 16.30 tiba juga kami dan melapor untuk memberitahukan bahwa kami sudah sampai di gerbang Senaru kepada petugas pos (porter yang membantu menyerahkan suratnya). Setelah itu, karena masih ada sedikit waktu kami berjalan-jalan ke Air Terjun Sendang Gile, diantar naik motor pinjaman temennya Porter, dan kembali lagi sambil menyelesaikan segala urusan kepada Bang Roni dan temannya sebagai ungkapan terima kasih, Tamsin memberikan kenang-kenangan berupa headlamp dan sarung tangan. Mulia sekali kau Tamsin.. hehehehe


Lalu, cerita pun berlanjut lagi, kami bertiga baru menyadari bahwa kami sudah kehabisan uang.. bersambung...

Comments

  1. @jizu: g sering om.. cuma sesekali aja ini yang rada jauhan.. :D terima kasih udah mampir, ditunggu undangannya ya #eh

    ReplyDelete
  2. Subhanallah..ini ya salah satu keindahan indonesia yang katanya semua kekayaan alamnya dapat dijarah..Aku rasa,keindahan alam seperti ini yang tak bisa 'mereka' jarah*semoga*

    Gambarnya toppp smuaaa bang err,walopun ini hasil jepretan lensa mahal tapi yang terekam di memori lensa mata kalian pasti jauh lebih indahhh yaaaa T__T mupeng tingkat akut#make a wish dulu ahh

    ReplyDelete
  3. kapan mas berkunjung ketempat wisata ini lagi, aku ikut. hehe
    sepertinya keren banget disana

    ReplyDelete
  4. @aang: wah belum tau Mas, iya bagus memang.. coba aja sekali2 kesana.. gampang kok, kalo buat menekan biaya bisa coba jalur hemat hehehe.. trims ya sudah berkunjung

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja