Menuju Rinjani (I)


Kertas ukuran A4 tentang kalender akademik tertempel didinding yang setiap malam kupelototi, menunjukkan ada jadwal kosong diawal hingga pertengahan Juni, dan saat itu aku mulai berpikir. Mau kemana aku? Kosong itu adalah tepat setelah UAS Genap, sebetulnya aku sudah hampir bisa memastikan bahwa tidak lain tujuanku adalah Gunung, tapi Gunung apa dan dimana, itu yang masih belum kupastikan, sampai akhirnya. Bayangan tentang keindahan Gunung Rinjani mulai rajin menghantui pikiranku terutama ditambah lagi iklan rokok yang menjadikan Gunung ini sebagai objeknya, lengkap sudah. Rinjani, InsyaALLAH.

Erikson Bin Asli Aziz
Beberapa hari ini aku kepikiran kamu terus, Rin.. :) #merindugunungRinjani
May 1 at 8:35pm

(Status facebook-ku saat mulai demam Rinjani)

Waktu itu, kupikir agak sulit mencari teman yang jadwal kosongnya bisa pas, ku kira mungkin akan solois saja perjalanan kali ini, namun rupanya, makin aku pasang status mengenai rencana ini di facebook rupanya ada satu kawan namanya Tamsin Ezer Siagian yang ingin ikut serta, awalnya aku ragu, bukan pada fisik atau kemampuan dan semangatnya, tapi ragu apakah ia mau menempuh perjalanan panjang dengan cara seirit dan seekonomis mungkin, maklum aku ini kadang berpikir bak seorang backpacker yang berprinsip, kalau bisa gratis mengapa harus bayar. :)


Yap. Rupanya kami satu pandangan mengenai pendakian ini, kemudian sambil menjalani aktivitas perkuliahan kami sering mengisi waktu dengan aktivitas fisik untuk mempersiapkan diri semisal lari pagi atau renang. Aktivitas fisik semacam ini sangat bermanfaat untuk menjaga stabilitas nafas, paling tidak begitulah yang kurasakan. Hitungan hari kemudian minggu tidak terasa mulai tiba ke awal Bulan Juni, bahkan UAS sudah berada dihari terakhir. Entah kenapa tiba2, Tamsin berpikir ada baiknya mengajak personel tambahan, akhirnya saya coba pasa status pancingan lagi seperti ini:

Sesulitnya mendaki gunung, masih sulit mendaki hati wanita. Buat yang sedang kesulitan mendaki hati wanita, bagaimana kalau kita mendaki gunung Rinjani saja?
kalau mau, langsung PM aja ya.. :) #eaaaaa
June 1 at 5:18pm

Namun tetap belum ada personel tambahan, dan kemudian di hari terakhir UAS, disore harinya, Tamsin menyampaikan supaya coba mengajak Yoga, beberapa kali katanya Yoga sering menanyakan rencana perjalanan ini walau hanya dengan motif sekedar ingin tahu, kemudian kami coba mengajak nya dan memastikan bahwa everything is gonna be OK dan akhirnya, Yapppp... personel kami ada tiga: Saya, Tamsin dan Yoga.


Kami bertiga sepakat untuk berangkat pada hari Minggu, 5 Juni 2011 dari stasiun Senen dan sudah kucoba susun itinerary nya dan menjelang hari keberangkatan kami memastikan bahwa semua peralatan yang diperlukan sudah tersedia dan siap dibawa, tapi sayang tanggal 5 Juni itu kami gagal berangkat karena jatah berkarcis sudah habis dan demi menghindari resiko berdiri sampai Surabaya lebih baik kami mengundur waktu satu hari menjadi 6 Juni saja lagipula kalau berangkat hari Minggu rupanya bertabrakan dengan jadwal Ibadah Tamsin ke Gereja. Begitulah jadinya, pada tanggal 6 Juni itu kami pun berangkat..

Day 1- Senin 6 Juni 2011
Tepat pukul 08.20 pagi saya memastikan bahwa semua peralatan sudah lengkap lalu berangkat meninggalkan kos menuju kos Yoga untuk berangkat berbarengan saja ke meeting point di gerbang belakang PJMI, Jurangmangu Timur (Belakang Kampus). Dari Kos Yoga kami berdua diantar adik tingkat pakai motor yang kemudian saya pinjam sebentar untuk mempercepat menjemput Tamsin. Lalu setelah bertiga lengkap dan peralatan sudah OK semua, kami langsung naek angkot C12 ke pertigaan Kreo, Ciledug untuk meneruskan perjalanan ke Stasiun Senen naek Patas AC 44.


Kemudian pukul 11.00 kami tiba di stasiun Senen dan istirahat sejenak untuk makan siang, di tiket yang kami pegang, keberangkatan tertulis jam 12.20 namun terjadi keterlambatan 30 menit sehingga kami kami baru masuk perut ular besi ini dan berangkat pukul 12.50. Maklumlah kereta ekonomi, penumpangnya pun penuh berjejalan, belum lagi pedagang asongan yang mungkin bisa dibilang 24 jam hilir mudir di selasar gerbong membuat siapapun yang tidak bisa menikmati keadaan menjadi tersiksa.


Beberapa jam kemudian ular besi yang meliuk membelah tanah jawa ini sudah melintasi wilayah Cirebon dan Purwokerto, sementara itu Tamsin dan Yoga sudah terlihat tidur di kursi seberang, mungkin karena panas jadi banyak penumpang yang berkeringat sementara ketika sudah masuk waktu malam, dingin dan angin kencang membuat aku bergidik dan pacarku via sms mengingatkan agar mengenakan jaket.Well.. namun begitu akhirnya aku tertidur juga dan karena sebelumnya sudah meminta maaf kalau tertidur di bahu penumpang sebelah, jadinya pas betul2 ketiduran sudah tidak singkuh lagi :).
Terakhir aku bangun sudah pukul 23.00 dan kami sudah masuk terminal Lempuyangan, Yogyakarta.


Day 2- Selasa, 7 Juni 2011
Pagi sekali kami sudah sampai di terminal Gubeng, pukul 04.45. Segera setelah istirahat sejenak kami berkemas untuk mandi, sikat gigi dan repack carriel supaya lebih nyaman dibawa. Untungnya karena dalam stasiun, toiletnya gratis jadi bisa mandi sepuasnya. Kemudian kami segera keluar untuk mencari makan, didepan stasiun persis ada pedagang soto daging dan kami makan disitu, lumayan murah Rp 7rb/porsi bila dibandingkan dengan Jakarta yang mungkin bisa sampai Rp12rb/porsi. Sambil makan soto kami menanyakan jalur kalau mau ke Terminal Bungurasih (Dulunya terminal ini namanya terminal Purabaya, lokasinya didaerah Waru, Sidoarjo) dan ternyata ada bis kota jurusan Bungur namun baru ada jam 9 pagi, akhirnya kami putuskan untuk naik taxi saja, dengan harga Rp35/3orang.


Hanya 30 menit perjalanan dengan Taksi, kami sudah tiba di Terminal Bungurasih, perjalanan ini membuatku melihat sejumlah nama daerah seperti: Wonokromo, Wonocolo, Ngangel, Waru, Dinoyo dll. Entah dimana itu tempatnya, tapi terasa sekali nuansa Jawanya membuatku merasakan atmosfer yang benar-benar Jawa, bukan sekedar bahasa tapi juga tanah dan udaranya. Betul saja, seperti yang kubaca di catper rekan2 pendaki kebanyakan, terminal ini dihuni calo-calo yang agresif, kami bertiga pun berusaha setenang mungkin begitu sudah tiba di terminal ini. Setelah bertanya sana-sini akhirnya kami bernego dengan sebuah PO bernama Titian Mas, mengenai harga tiket tujuan Mataram berikut fasilitasnya. Akhirnya diperolehlah harga sepakat Rp 230rb/orang Bis Eksekutif karena memang tidak ada yang ekonomi untuk trayek sejauh itu. (Belakangan baru aku sadar bahwa ada selisih harga sebesars sekitar Rp 30rb yang diambil agen tersebut karena kisaran harga resminya tidak setinggi itu, tapi paling tidak kami aman dari sisi ofisial petugasnya, resmi dan meyakinkan).

Lama juga kami menunggu di terminal ini, tidak tahu mau kemana, hanya istirahat saja, sampai akhirnya ada kenalan Yoga yang menjemput kami dan mengajak kami berkeliling Surabaya mencicipi Rujak Cingur dan mengajak kami ke wilayah Lumpur Lapindo, lumayan untuk membunuh waktu daripada kami menunggu sampai berlumut disana.

Lalu, setelah kembali lagi ke terminal sekitar pukul 11.45, kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Endang, saudara Yoga yang telah mengajak kami berjalan2, lalu sebelum menuju terminal untuk memasukkan carriel kedalam bagasi, kami menyempatkan diri makan siang dan minum segelas air teh hangat ditengah hiruk pikuk kebisingan Bungurasih.

Menjelang pukul 13.30 kami membawa carrier kami dan menyimpannya kedalam bagasi bis yang akan membawa kami ke tanah di belahan agak ke Timur Indonesia, Mataram. Tapi bis ini berangkatnya telat, baru jam 16.00 baru bergerak diiringi lagu Drive, ST12 dan Peterpan yang di putar Sang Sopir yang agaknya masi berjiwa muda ini. :D

Bis Tiara Mas ini pun kemudian beranjak pelan meninggalkan kota Surabaya menuju Sidoarjo, Pasuruan kemudian Probolinggo. Di perbatasan dua kota terakhir ini bis berhenti sejenak untuk beristirahat makan, menunya khas Jatim, yaitu rawon (sayang gak boleh nambah karena sudah dijatah), waktu itu sekitar pukul 19.10. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan kembali, tidak ada apa2 kecuali para penumpang yang mulai terlelap, Peterpan yang terus dipaksa menyanyi, dan Tiara Mas yang membelah malam menuju ujung Jawa Timur, Banyuwangi.

Day 3- Rabu, 8 Juni 2011
29 menit pertama di hari ketiga (00.29) kami tiba di Ketapang Banyuwangi dan bersiap menyebrangi Selat Bali menuju Gilimanuk, bis Tiara Mas ini masuk kedalam perut Ferry yang membawa kami mengarungi selat ini selama kurang lebih 1 Jam, selama di dalam Ferry kami keluar untuk beristirahat dikapal, karena malam jadinya pemandangan laut jadi tidak bisa kami nikmati, termasuk Gunung Agung yang merupakan paku Bumi Bali, lalu aku sengaja berdiam diri saja di ruang istirahat kelas ekonomi sambil mendengarkan lagu tembang Jawa (kayaknya lagunya bagus, tapi sayang tak paham aku apa artinya, yang aku dengar ada kata2 'klambi abang, wong wedhok, arane, dll').


Sekitar pukul 02.45 WITA (lebih cepat 1 jam dari WIB), kami tiba di Pelabuhan Gilimanuk, disini suasana sudah 'Bali Banget', dimana-mana sudah ada gapura khas Bali. Dan sebelum perjalanan diteruskan, terjadi pemeriksaan KTP untuk setiap penumpang yang memasuki Bali, dan sembari menunggu pemeriksaan selesai kami menyempatkan diri menyerupur Pop Mie hangat yang dijajakan pedagang setempat sambil saya mengucapkan 'Matur Suksme' yang artinya Terima Kasih dalam Bahasa Bali. Ok, perjalanan berlanjut kembali, tapi mungkin karena masih terlalu dini hari maka penumpang terlelap kembali, saya pun terbangun pukul 06.07 WITA ketika Bis Tiara Mas memasuki Terminal Ubung, Denpasar.

Di Terminal ini, logat kental khas Bali yang agak unik ketika melafalkan huruf 'T' sering terdengar ketika petugas terminal mendata penumpang tambagan dari Ubung. Dan begitu keluar terminal menuju Pelabuhan, Bis melintas di jalan raya yang berada di tepian laut sehingga pemandangannya indah dan khas, dimana-mana bahkan nyaris ditiap rumah penduduk ada pure tempat Ibadah mereka.

Sekitar pukul 07.26 WITA, sampai juga kami di Pelabuhan Padang Bai, namun sebelum menyebrangi Selat Lombok, kami turun sebentar dan merasakan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di tanah pulau yang katanya bahkan lebih terkenal dari Indonesia negaranya ini.

Terasa betul keragaman budaya negeri ini, baru kemarin aku mendengarkan lagu Jawa, merasakan makanan khas Sumatera, kini sudah berada di tanah yang mayoritas penduduk wanitanya sangat piawai meletakkan beberapa baskom diatas kepala mereka ketika berdagang. Tapi siapa sangka, tanah yang terasa damai ini, pernah menjadi lokasi pembantaian besar-besaran pengikut PKI yang tertangkap di masa dulu itu.


Lanjuttt.... pukul 08.00 Bis Tiara Mas masuk kedalam perut Ferry untuk mengarungi selat Lombok selama 4-5 jam, 4-5 jam yang whorted mengapa? karena pemandangannya indah, bahkan kalau beruntung bisa lihat atraksi Lumba-Lumba gratis. Apalagi kami kebagian Ferry pagi jadi pas pemandangannya bagus sekali, apalagi jika pas sunrise. Di Ferry ini kami satu tumpangan dengan beberapa turis asing dari Belanda namanya Shjould dan Rojueh. Salah satu dari mereka baru saja turun mendaki Gunung Batur di Bali sedangkan yang satu lagi hendak mendaki Rinjani juga sama seperti kami bertiga namun dari jalur berbeda.


Perjalanan menyebrangi Selat Lombok ini terisi dengan obrolan dengan banyak sesama penumpang, bahkan kami tidak sengaja ngobrol dengan seorang dosen dari artis youtube yaitu Udin Sedunia, menurut sang dosen, semenjak si Udin ini ikut acara Inbox di SCTV nilai kuliahnya jadi jelek. Kebetulan pula dosen ini adalah pecinta alam juga dan ia sempat menunjukkan poto2 pendakiannya ke Rinjani beberapa tahun pula, dan kebetulan pula dosen ini bernama Jamaludin, jadi apakah suatu kebetulan kalau Udin Sedunia menyanyikan lagu Udin? :D



Sebagai fasilitas dari Bis Tiara Mas, di Ferry ini kami disediakan makan untuk kedua kalinya, tapi aku agak kecewa karena makananya agak kurang jelas dari segi bentuk dan penyajian, cuman karena lapar ya habis juga. Dan waktu Ferry mulai berlayar Matahari pun makin naik tinggi sehingga udara makin panas, kami bertiga duduk agak menepi namun tidak dengan sekelompok turis asing tadi itu mereka tampak begitu menikmati sengatan matahari diatas sana, kulit mereka memerah persis seperti udang bakar, tinggal dikasih mentega. :), walau begitu kami tetap saja tidak mau kehilangan momen, sebisanya ketika ada spot yang bagus di Ferry itu kami berpoto-poto. Seperti gambar-gambar dibawah ini. Harap tahan perut anda jika terasa mual melihat kenarsisan kemi eh saya.. hehehhe...


Kalau dilihat dari arah penyebrangannya, Ferry yang kami tumpangi ini berlayar dalam satu arah garis lurus menuju Pelabuhan Lembar di Mataram, sehingga 1 jam terakhir pelayaran akan melintasi kawasan pulau yang membentuk daerah Semenanjung, dan memang begitu kalau kita lihat peta Pulau Lombok, ada semacam daratan yang menjorok ke laut. Dan tak terasa Ferry ini sudah hampir merapat ke daratan dan itu berarti kami sudah akan tiba di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Rinjani sudah semakin dekat. Semangat kami makin menyala-nyala, meninggi dan melambung, senada dengan semangat yang kubuat dalam status menjelang keberangkatan kami.

Erikson Bin Asli Aziz
We are the champion for ourselves my friend, Tams Siagian and Yoga Prianggara , and we'll keep on fighting till the end no matter what they said. Together we'll enjoy the journey, together we'll reach the summit of Rinjani.

#WishUsLuck
June 5 at 9:46pm

Bersambung ke bagian II...



Comments

  1. mantap bro, ditunggu bagian II nya...

    ReplyDelete
  2. Ayoo..cepat bagian 2nya..

    Medannya kira2 gimanaa yah,total biaya brapaan yah,Mampir ke segara anak nggak yahh#mencobamenerkanerka

    Komen foto ke 3: Uwawww...mau beli spatu yang kek gitu juga ahhh...
    Komen foto ke 4: Pasti lagi ngapdet status *hahahahha,kaboorrr

    Betul-betul,kalau punya waktu banyak sih mending ngeteng ya,beneran kerasa liburannya,kerasa banget anak mudanya: menikmati setiap sudut tanah yang ditapaki..

    ReplyDelete
  3. @Anonymous: siap.. ini lagi baru mau diketik.. :D

    ReplyDelete
  4. @Putri: mengenai medannya ada di bagian II Put, anggaran kira2 800Rb-1Jt, Keindahan Segara Anak ada di lanjutan ini juga.. Ya benar, tapi harus tahan banting sama situasi yang kadang2 agak gak nyaman, hehehe Makasi sudah membaca Put..

    ReplyDelete
  5. pendakianmu sekanjutnya, ajak saya abang...

    ReplyDelete
  6. @Anonymous: boleh, cm gmn aku mau tau siapa ini, akunya pun anonim.

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Touring Palembang- Baturaja