AITY


AITY: Am I There Yet?

Kalau diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, itu berarti Apakah Saya Sampai?, jadinya kalau disingkat ASS, hahaha maka dari itulah penyingkatan judulnya dibuat in english, karena kalau ASS itu yang baca blogger dari english-speaking country bisa saja BSE dilaporkan ke blogger sebagai blog dengan content nudity :D

Singkatan judul diatas aku ambil dari Road Map to Success-nya John C Maxwell. Dalam suatu bab dibuku tersebut ia menyebutkan bahwa kecendrungan banyak orang dalam menyelesaikan sesuatu itu adalah selalu ingin tahu apakah sudah sampai atau belum. Termasuk aku.

Namun, ada yang lebih patut diingat lebih mendalam lagi mengenai hal ini, misalnya dalam konteks seorang pelajar yang sedang menyelesaikan studinya. Jika pertanyaan AITY itu ia terus kumandangkan dalam benaknya, maka ia sedang mengejar sesuatu untuk kemudian tidak mendapatkan apa-apa. Baginya begitu ia sudah sampai pada suatu titik, maka semua selesai. Dalam hal ini fokusnya adalah tujuan.

Tapi jika pertanyaanya diubah menjadi Am I Headed There?. Semuanya akan berbeda jauh, sang pelajar tersebut akan memahami setiap jam masa studinya sebagai saat-saat yang harus ia gunakan untuk memastikan bahwa ia sedang menjalani suatu proses, tanpa pernah memikirkan hasil akhirnya nanti. Ini terjadi karena adanya pemahaman bahwa setiap orang harus bertanggungjawab atas pilihan yang dibuat. Sehingga tidak ada ketergesa-gesaan dalam menjalani pilihan tersebut, tidak merasa berat dan terbebani.

Sering aku berpikir dan sampai sekarang juga belum menemukan jawaban yang pasti, tentang bagaimana mengubah pola pikir Am-I-There-Yet? menjadi Am-I-Headed-There?. Mudah dalam menteorikannya, namun sulit dalam praktik, itu pasti. Bukankah aku juga pun kadang labil komitmennya? Jadi tak patut rasanya memberikan suatu yang definite. Dan juga bukankah ALLAH.SWT membenci hambaNYA yang tidak melakukan apa yang telah diucapkan, apalagi tidak melakukan apa yang dinasihatkan pada orang lain.

Well..balik lagi ke perubahan pola tadi. Rasanya setiap orang punya cara masing-masing, namun yang pasti perubahan yang positif itu datang dari proses pengolahan input yang positif juga. Membaca buku-buku pengembangan diri misalnya, memang buku semacam ini tergolong berat, tapi memberikan gambaran tentang petunjuk saat seseorang merasa hidup dan apapun disekitarnya tidak berpihak kepadanya. Atau, membaca buku biografi seseorang yang telah keluar dari ancaman kegagalan, ketakutan menuju kebermanfaatan dan keselamatan. Misalnya membaca Biografi Nabi Muhammad SAW (sekalian nambah pahala dibulan puasa :D).

Input-input positif dari kegiatan membaca buku akan menjadi stimulan tindakan bertahan positif saat banyak kecendrungan negatif datang, dan ini membuat kita selamat dari captivity in negativity.


Membaca buku pengembangan diri pun, kadang menuntut kita untuk membuka pikiran lebih luas, karena banyak sumber penulisan mengenai buku ini, dan mayoritas berasal dari dunia Barat. Ya, kita tahu, dunia barat sangat mengajarkan optimisme. Dan ini lain dari apa yang telah kita tahu sejak kecil, bahwa ada Kuasa Tuhan dalam setiap usaha. Hal yang bisa saja hilang bila kita tidak memiliki benteng yang kuat saat memahami bacaan dari pengarang barat.

Tapi tidak demikian juga sebetulnya, ada juga penulis barat yang religius, sebut saja John C Maxwell, ia beragama Nasrani, dan ia pernah menjadi pastor. Aku beberapa pernah membaca buku karangan John C Maxwell tentang leadership dan principles of success, walau aku dan dia berbeda keyakinan, tapi aku memilih untuk meneruskan membaca, dan jika memang ada yang tidak sesuai dengan keyakinan agama yang ku anut, ya aku tinggalkan, aku cuma ambil kebenaran positif yang sejalan dengan prinsip agama ku. Aku tidak menutup diri dalam belajar, sumber dari buku apapun jika memang tidak menyalahi maka aku ambil.

Proses internalisasi dari kegiatan membaca secara tidak sadar membuat aku telah berpola pikir: Am I Headed There? Dan bagaimana dengan kawan-kawan?

Comments

  1. mengamankan pertamax dari serangan Jizu, AD, dan Mbak Elsa serta Dija Imut hahaha... :))

    ReplyDelete
  2. Baca qur'an aj rik
    Sm terjemahanny

    Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

    ReplyDelete
  3. @GWN : Mantaap ^_____^V

    harusnya metode pembelajaran& tenaga pengajar di Indonesia,harus memahami konsep mu ini, buat para muridnya. btw good posting

    ReplyDelete
  4. @hqs: ya rik, semakin kita banyak membaca semakin baik pola berfikir kita, itulah sebabnya wahyu pertama berbunyi "Iqro bismi robbikal ladzi kholaq" bacalah dgn nama Tuhan mu yg telah menciptakan , jdnya klo kt mau mengamalkan islam ya memang hrs banyak membaca buku2 yg menjadi sumber ilmu , ngga malasah siapa/apa agama/darimana penulisnya asalkan ente tetap berpegang pd prinsip tauhid tidak ada Tuhan Selain Allah dan Nabi Muhammad Utusan Allah
    Setelah membaca baru kita di suruh berfikir, afala ta'qilun atau afala ya tafakkarun atau afala ya tazakkarun dll knp demikian ? krn setelah membaca pola berfikir kita sudah rapi baru kita bisa berfikir dgn jernih dgn kemampuan akal yg sempurna bukan cm menduga duga, sehingga nantinya kita memperoleh ilmulyakin dan semakin dekat kpd Allah dgn sendirinya krn semakin kita berfikir mendalam kita akan menemukan kebesaran Allah baik pd diri kita atau pun sekitar kita di alam semesta ini.
    betul banget, kita jgn berfikir dgn pola "Am I There Yet?" krn kita tidak akan pernah sampai kecuali kita telah sampai kpd kematian :P

    makasih rik, tulisannya enak di baca.

    ReplyDelete
  5. @HQS: mas, bacanya dr email ya? hehe.. maaf sebelumnya, list subscriber nya udah aku apus, takutnya ngeganggu inbox temen2, hehehe.. kedepan kl mas mau maen ke BSE, lgsg hit urlnya aja ya.. :)

    kemudian makasih banyak buat komenya, jadi inpirasi untuk postingan tentang 'membaca' kapan2.. ;;)

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja