Eksotika Papandayan


'Menurutku setiap pendaki gunung itu punya satu alasan lain yang membuat ia mendaki, bukan sekedar untuk menaklukan saja!'
Kutipan itu di diucapkan dalam sebuah chat oleh seorang kawan beberapa jam menjelang keberangkatanku mendaki Gunung Papandayan, di Garut, Jawa Barat. Gunung yang menjadi debut dalam perjalanan pendakian ku, tepat di tahun 2008 lalu. Dan kini memori itu terulang kembali, namun lebih dalam dan lebih kuat melekat,bukan karena aku telah menjadi biasa mendaki, tapi lebih karena satu dorongan lain harus aku akui memang ada. *apasihh sonnn seriusss banget ahhhh :P*

Gunung Papandayan berdiri dengan anggun memanjang mengangkangi sebagian bumi Garut, bahunya melebar hijau dengan iringan kepulan asap yang menyapa-nyapa meminta untuk dikunjungi.. Dan Pagi itu tepat jam 6 pagi kami ber 18 tiba di gerbang masuk menuju bukit untuk menuju areal posko pendakian. Pagi yang dingin namun dapat tertandingi oleh kehangatan tawa diantara kami yang menumpangi sebuah mobil pick-up mini beradu padat dengan tumpukan carriel yang berisi peralatan selama menginap di atas sana..

Jalanan terjal yang kami tempuh ternyata menyuguhkan panorama matahari terbit yang membuat aku kagum akan kebesaran ALLAH.SWT, karena walaupun itu adalah matahari yang sama yang aku lihat diantara kebisingan hiruk pikuk metropolis Jakarta, tapi disini, di kaki Gunung Papandayan, dapat aku lihat bahwa ia terbit dengan pelan memberi terang sehingga bunga-bunga bermekaran menghiasi perjalanan kami yang masih menanjak, hingga kami tepat sampai disatu titik di kaki Gunung Papandayan. Terlihat jelas dari sini, sisa ledakan Papandayan ditahun 2002, telah membelah dirinya sendiri menjadi dua, dengan pemandangan yang sangat kontras, bebatuan dan hutan hijau yang dipisahkan oleh kepulan asap belerang ditengah antara keduanya.

Jam 9 pagi itu, kami mulai mendaki dengan perut yang sudah terisi sarapan di kantin setempat, semua peralatan kami bawa, termasuk aku yang membawa sebuah carriel besar 80lt berisi dua tenda, sleeping bag, baju-celana cadangan dan peralatan-peralatan standar lainnya. Saat menapaki jalanan bebatuan sebagai track pembuka itu saya teringat kembali saat-saat tahun 2008 lalu, bersama tiga orang rekan mendaki Papandayan ini. Aku mencatat bahwa selain memang karena ada sedikit hobi mendaki dalam diriku, tetapi kala itu jujur aku akui bahwa pendakian adalah cara terbaik untuk melarikan diri dari segala kekecewaan, ketakutan dan kebosanan dengan apapun disekitarku. Aku mencatatkan perjalanan ku kala itu dalam blog ku yang berbahasa inggris, ini dia..

Tak banyak yang berubah dengan medan pendakiannya, hampir setengah perjalanannya adalah bukit bebatuan dengan angin dingin yang menyeimbangkan udara panas dari asap belerang ditepian danaunya. Dan beberapa kali semua kelelahan kami terbayar lunas ketika alam Papandayan menampilkan keindahan hutannya dibagian ujung yang lain yang dapat kami lihat diantara bebatuan untuk bersandar melepas lelah, menghela napas, menghidupkan semangat... Dan didaerah ini aku tidak bisa berbohong untuk membuat sebuah kejutan untuk seseorang "disana", kejutan sederhana namun it will be timeless memory. Bebatuan itu aku susun membentuk rangkaian kalimat I LOVE YOU, tapi bukan berarti cintaku hanya setinggi bebatuan digunung ini, hanya agar ia tahu, bahwa saat aku sedang berada di titik salah satu tertinggi di Jawa Barat pun aku masih mengingatnya... *anjritttt gombal gila ni aku :P*

Dua tanjakan dan satu turunan yang kami lewati sekitar kurang lebih 2 jam akhirnya membuat kami sampai pada area hutan mati, mati karena semua pohonnya telah menjadi kayu kering diantara lahan pasir, tapi justru karena kondisi nya seperti itu malah membuat pemandangannya menjadi tidak membosankan. Dan kemudian kami mulai memasuki areal hutan menuju Camp Area tempat kami bermalam.. Area ini kaya akan air alam yang sejuk, sungai yang menyegarkan dan pemandangan yang kembali membuatku kagum akan kebesaran ALLAH.SWT. Saat aku menengadahkan kepala ku maka hamparan langit Papandayan sore itu yang biru akan semakin terlihat indah saat bersandingan dengan perbukitannya yang hijau berpadu padan dengan harmoni alam yang berasal dari bunyi gemericik aliran air sungai.

Kami semua mulai berbenah mulai dari mendirikan tenda, mencari kayu bakar, memasak dsb. Saat semua sudah siap, maka kami punya waktu untuk istirahat, tertawa bersama yang menghibur satu sama lain. Aku mencoba nekad menyempatkan mandi, airnya memang dingin, namun keringat dan bau badan ini harus segara diselesaikan demi keselamatan tim putri selama pendakian.. *apassiihhhhhh :P*, Kemudian sesaat setelah itu hari menjelang magrib, aku pun masuk sejenak kedalam tenda untuk sholat.. dannn.....

zzzz...zzzz.....zzzz...zzzzz....zzzzz.....zzzzzz....zzzzzz.....zzzzz... (maaf ceritanya terputus soalnya mulai dari situ aku ketiduran dan baru bangun paginya :P)

Pagi hari besoknya, aku terbangun, dan segera mengambil kayu bakar untuk kebutuhan memasak pagi itu juga, tidak terlalu sulit mencari kayu bakar disekitar camp area, karena memang banyak tersedia, tinggal tebas, potong dan angkut.. seret juga boleh kalau malas angkat-angkat :D, setelah itu api menyala dan konsumsi dijalankan lalu selesai dengan sarapan pagi bersama mie rebus campur sosis..

Aku berniat mandi pagi akhirnya, sekalian mengambil air buat persediaan masak nanti siang. Cuman begitu botol air terisi penuh, kecantikan alam pegunungan Papandayan dan alaminya aliran sungai tempat aku mengambil air tadi membuatku berpetualang lebih jauh mengikuti arah aliran sungai, sementara botol air tadi sudah aku titipkan ke kawan yang mau kembali. Aliran sungai kecil itu aku ikuti, jalananya licin, dengan tanah lempung yang cukup keras untuk dijadikan pegangan saat akan berpindah dari satu sisi ke sisi lain tanpa batu lompatan. Sampai akhirnya diujung aliran sungai terdapat air terjun yang bunyi derasnya semakin membuat harmoni paduan suara alam Papandayan...Lalu disitu, disebuah batu besar ditepi aliran, aku duduk berdiam cukup lama, menatap ke langit Papandayan, melemparkan pandangan keperbukitan dalam kelokan badan gunung yang tertutup kabut tipis dan menjatuhkan pandangan ke derasnya air yang jatuh ke bawah..

Ada sekitar hampir 1 jam aku duduk disana, apa yang aku lihat itu adalah yang tidak bisa aku dan mereka lihat di kota Jakarta, karena di Jakarta semuanya telah tergantikan dengan arus kesibukan 24 jam tanpa batas selain juga menyisakan harmoni yang kacau dan rusak. Sungguh nikmat berdiam diri ditengah alam yang masih murni itu, sambil berdoa, berpikir jernih untuk menguatkan hati, tekad serta pikiran agar selalu dapat menjadi teman yang setia menjalani hari depan. Kekuatan yang berasal dari kemandirian dari dalam diri sendiri akan menjadi kekuatan yang menguatkan, sementara kekuatan yang berasal dari orang lain justru akan menjadi kekuatan yang melemahkan, sifatnya bergantung, tanpa ada jaminan bahwa orang itu akan ada selalu untuk kita. Bukan berarti aku egois, tapi aku lihat bahwa menjadi manusia yang bergantung itu membuat seseorang itu belum benar-benar menjadi manusia yang dikatakan mandiri secara mental, dan tentang ketergantungan,maka hanya kepada ALLAH.SWT selayaknya tempat untuk bergantung.


Coba lihat dialam Papandayan ini, bagaimana mungkin seseorang bisa hidup bertahan didalamnya jika ia bersifat tergantung atau mengharapkan orang lain untuk memudahkan pekerjaanya, padahal penduduk asli setempat pun rela berjalan berkilo-kilo untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, ada petani tua yang bertugas menjaga kebersihan aliran air yang dimanfaatkan sebagai sumber air mineral yang disalurkan dengan menggunakan pipa-pipa panjang ke bawah, ada juga porter yang menjual jasa kepada pengunjung, porter ini tahan secara fisik berjalan melintasi medan Papandayan mulai dari kaki nya sampai ke puncak Papandayan itu dalam rentang waktu yang singkat. Sementara begitu kerasnya mereka terhadap diri mereka sendiri sehingga alampun menjadi lembut mereka hadapi.. Dan begitu pula seharusnya hukum ini berlaku untuk siapapun yang ingin menjadi manusia yang mandiri secara mental dan fisik.

Lama juga aku duduk dibatu itu, kemudian segera turun untuk mandi, aku mandi persis dibawah air terjun kecil, dingin luar biasa tentunya. dan kemudian mencari tempat yang lebih luas untuk berendam sejenak. Sejurus kemudian, aku kembali ke tenda, namun karena kelamaan menikmati pemandangan dan mandi itu tadi, jadinya aku tertinggal rombongan yang memutuskan untuk mendaki hingga kepuncak, ahhh... tak apa lah lagipula aku juga sudah pernah kesana itu 2008 lalu, dan juga kesempatan untuk menikmati pemandangan itu tadi cukup lah sebagai kesempatan yang tidak kalah hebat dibanding mendaki ke pucak.

Menjelang siang.. kami semua sudah berkumpul kembali lalu mulai berbenah untuk turun kembali ke bawah, karena takut terlalu terlambat tiba di Jakarta, lalu tenda-tenda dilipat, semua barang ditata didalam carriel masing-masing dan setelah siap semuanya, kami semua berpoto bersama dan bergegas meninggalkan area perkemahan lalu berjalan menuruni gunung Papandayan. Masih aku sempatkan menoleh ke area perkemahan dan menengok keatas gunung Papandayan sambil dalam hati berkata:'Sampai bertemu kembali!!! Semoga Berjodoh :D'. Perjalanan kebawa juga tidak kalah menantangnya, pemandangan yang terpampang juga tidak kalah indahnya, sayang tertutup kabut karena memang sudah cukup sore. Kabut-kabut tipis mulai turun menggantikan hijau pegunungan menjadi putih pekat, sementara kami harus tetap waspada karena disisi bawah terdapat jurang curam yang cukup dalam.

Perjalanan kami kebawah ditemani hujan yang cukup deras, dan kami juga melewati bukit yang berbatu untuk sampai ke lahan datar dibawah, medan berbatu dan berpasir ditambah juga hujan menjadikan sandal yang kukenakan menjadi sangat licin dan rentan sekali untuk putus dan terjatuh sehingga aku lebih memilih berjalan sambil duduk. Namun tetap saja dialam yang basah itu Papandayan tidak mampu menyembunyikan kecantikannya yang sesekali tersibak saat kabut tipis mengurai tergerak oleh angin. Disatu tempat saat perjalanan pulang ini aku melewati lagi suatu tempat ditepian yang menghadap ke alam luas Papandayan, suatu tempat yang dulu itu aku pernah berdiri disana lalu berteriak sekencang-kencangnya semampu yang aku bisa, teriakan besar yang mewakili hal-hal yang tersimpan dihati ini tentang cita-cita dan keinginan di masa depan yang satu persatu ingin aku raih dan perjuangkan.

Saat jam 2 siang kami tiba kembali di pos pintu masuk pendakian, Carriel aku letakkan dan segera mencari makanan dan minuman hangat. Kemudian mandi, sholat dan berkemas kembali untuk meneruskan perjalanan ke Jakarta mengingat waktu yang tersedia cukup terbatas. Lalu kami ber 18 turun ke bawah dengan menggunakan mobil Pick-Up mini, sepertinya mobil yang sama yang kami sewa saat menuju kemari dari bawah kemaren itu. Begitu tiba dibawah kami segera meneruskan perjalanan ke Terminal Garut untuk mencari Bus ke Jakarta, lalu tepat sekitar jam 18.30 kami bergerak meninggalkan Garut menuju Jakarta..

Terima kasih banyak kepada Bung Arif Notonegoro selaku Team Leader perjalanan kali ini, dan juga untuk semua anggota tim Papandayan (Om G, Rudy, Sylva, Ika, Yuli, Resta, Lutfi, Alfa, Om Tj, Danang, Yani, Hawel, Ryan, Tina, dll) .. ditunggu informasi perjalanan berikutnya dan poto-potonya juga :)

Salam BSE,
EBAZ _Erikson Bin Asli aziZ_

Comments

  1. Membaca cerita pendakian ini dan pendakian semeru, makin memperkuat keinginan untuk mendaki, tapi apa daya kayaknya harus di tunda dulu entah sampai kapan.

    Tapi, dengan membaca posting erikson ini cukup mengobati lah, setidaknya jadi bisa membayangkan suasana dan rasanya mendaki meskipun secara imajinasi aja. Hehehe..

    Keep posting son.. :)

    ReplyDelete
  2. @YukIrma:terima kasih.. ya kadang keinginan itu muncul ketika melihat orang lain bisa menikmati hal hal yang begitu kita ingini.. kalo memang nanti waktunya memungkinkan bisa juga kok, ikutan mendaki tapi jangan dipaksakan soalnya bisa bahaya.. apalagi jika fisik belum terbiasa...

    *bebaso Jakarta dulu yuk eh kito hahaha... =))

    ReplyDelete
  3. harus patah hati gak jadi ke Semeru... btw... itu kata-kata nya sapa tuh paling atas??? hahahahaha.... Keren sumpah pemandangannya EW.... Gemes aku!!!!!!!!!!!

    ReplyDelete
  4. @AD:gak apa, gak akan lari gunung dikejar, mungkin nanti bisa.. ;;) pemandanganya memang bagus AD...

    ReplyDelete
  5. Son, next time
    kalo posting mendaki lagi
    fotonya yang banyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak ya

    hehehe
    yang ini kurangg

    ReplyDelete
  6. @Elsa:wew... sebenernya banyak mbak.. dan baiklah kalau begitu sesuai permintaan mbak elsa.. aku revisi deh poto2nya hehehe... :D

    ReplyDelete
  7. assalammu'alaikum

    ay lah jadi anak gunung nian ngan nih son ye,,hala dak de tuhun lagi amun lah naek..
    tapi pengen juge aq nginak photo2 ngan son,pacak nginak alam ndai pucuk sane

    wassalam...

    ReplyDelete
  8. waalaikumussalam... aiii dekde pulee ooo biase kian.. auu cengki tuhun agi.. karena ade sikok gunung (due ding) ye lebih lemak agi ndak itu ye belum kudaki..hahahhahaha (pacakla ngan ngire2 gunung pedie itu :D)

    ReplyDelete
  9. wah seru y bisa berpergian
    salam hangat dari blue

    ReplyDelete
  10. @blue: salam kenal blue.. ya bs juga bepergian kok kalo mau, asal ada kawan yang sudah berpengalaman... :)

    ReplyDelete
  11. alhamdulillaaah fotonya sudah lebih banyaaak
    share foto foto bagus tuh pahala lho Son!
    hehehehe

    soalnya bikin seneng orang yang ngeliat fotonya.

    ReplyDelete
  12. Keren bang.. rencana akhir pekan ini mau ke sana.. mudah2an bisa... ada tips n triks yang bagus??...

    mampir ke blog ku yaa...ada kisah pendakian juga di sana..

    :D

    ReplyDelete
  13. @PN:terima kasih dah berkunjung kemari, kalo Papandayan medanya g terlalu berat, pemandangannya juga bagus :)

    ReplyDelete
  14. Walaaahh... itu kayaknya Foto batu tulisan 'I Love You' pakai kameraku yah son??

    Anyway, very nice trip you and another crazy guys.. ;))

    ReplyDelete
  15. HIJAU LEPAS MEMANDANG,
    DAUN DAN POHON LIAR,
    BURUNG-BURUNG MELINTAS,
    KU TAK TAU NAMANYA,
    TAPI INDAH, INDAH SEKALI,

    GUNUNG TINGGI MENJULANG,
    DINGIN MENEMBUS TULANG,
    BURUNG KECIL BERNYAYI,
    TAPI MERDU, MERDU SEKALI,

    ANGIN BERTIUP PELAN,
    SERANGGA BERSAHUTAN,
    KUPU-KUPU YANG TERBANG,
    KU TAK KENA JENISNYA,
    TAPI CANTIK, CANTIK SEKALI
    SAMPAI KEHATI............................""

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja