Untuk Semua Sahabat (Lama) Saya

Saya kehabisan kosakata untuk menggantikan "lama" di judul tulisan ini. Seharusnya memang tidak boleh ada kata lama dalam persahabatan. Sahabat adalah sahabat, ceritanya tidak akan pupus oleh waktu. Tetapi memang, perjalanan takdir hidup seringkali sarat kejutan. Kita dibentangkan jalan lain yang membuat cerita itu harus terhenti. Dari waktu ke waktu, selalu begitu, berulang antara ihwal pertemuan dan perpisahan. Semakin sering, semakin banyak perjalanan, makin banyak pula sahabat- sahabat yang saya temui, untuk kemudian berpisah kembali.

Bagi saya, sahabat adalah keluarga yang dapat kita pilih. Saya ingat semasa kuliah, saat seorang sahabat tanpa ragu membantu saya pindah kos di tengah malam. Atau sahabat yang sering kali rutin menjadi partner olahraga saya (jogging). Atau kisah lain ketika beberapa sahabat berkenan hadir ke pernikahan saya walau untuk itu mereka harus menempuh jalan jauh yang panjang dan mahal. Dan banyak lagi yang lain. Mereka telah membuat saya merasa dimanusiakan sedemikian rupa hingga membuat saya tersentuh.

Sahabat dalam perjalanan pun tak kalah kuat dalam ingatan. Sambil menulis ini, pikiran saya terbang ke masa- masa saat saya aktif menggilai dunia pendakian. Seorang sahabat membopong saya dengan cahaya seadanya di Gunung Gede saat saya kaki saya terkilir karena salah ambil pijakan saat turun, atau ketika saya dan sekelompok sahabat berbagi cerita sambil menapaki medan berat dan menanjak, tidak ada rasa bosan saat itu. Meski letih, tapi rasanya kaki ini masih kuat saja melangkah. Semua itu karena dinikmati dalam kebersamaan. Satu visi, satu pandangan dan tujuan.

Ada banyak sahabat yang telah mampir dan meninggalkan catatan baik dalam hidup saya, sedikit dari mereka sudah meninggal. Sebagian yang lainnya masih ada dan sehat. Kerap saya memantau cerita mereka lewat media sosial, cuma untuk memastikan mereka baik- baik saja. Bagi saya sekarang ini, itu sudah cukup. Memang sesekali saya disengat rasa rindu untuk sekadar ngobrol atau menemui mereka tapi cerita hidup sudah berbeda, tanggung jawab sudah bertambah dan keadaan tidak lagi sama. Oleh sebab itu, saya sungkan membuka obrolan lebih jauh bila saya lihat itu tak penting. Semoga "like" atau "RT" yang saya berikan sudah cukup menunjukkan bahwa saya masih ada dan masih ingat mereka.

Saya sadar, konsekuensi waktu memang begini adanya. Kita tidak bisa lawan itu. Namun cerita baik dalam persahabatan tidak akan hilang. Percayalah! Semua kisah baik itu mengendap dan mengeras dalam ingatan. Waktu boleh terus berjalan, dan jarak boleh bermil- mil jauhnya. Tetapi dalam satu waktu dan kesempatan, bila saya dapati mata ini menangkap sosok kalian, saya tidak akan pernah ragu untuk menyapa nama kalian, menjabat nama kalian dan bila sempat mungkin kita bisa duduk- duduk sebentar berbagi cerita sambil menyeruput kopi hangat seperti dulu biasa kita lakukan?

Erikson Wijaya 

23 Juni 2014. 01: 04 WIB.
Kep. Bangka Belitung.

Comments

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King