1 Diantara 30.000

Siapalah saya ini? cuma 1 diantara 30.000 manusia yang cari nafkah diatap yang sama. Apa masih perlu saya tuangkan segala karya dalam kata atau segala usaha dalam cerita? Sebab itu mungkin tetap tak akan membuat saya menjadi berarti diantara 30.000 lebih nyawa itu. Pada awalnya saya datang membawa cita dan mimpi. Mungkin begitu juga mereka. Hari berlalu, bulan dan tahun. Lalu di tepi pengharapan saya bertanya untuk siapa ini semua?

Ada yang bilang itu semua untuk lebih dari 28 juta penduduk yang masih dianggap tak berpunya. Tapi siapa saya? Robin Hood bukan, Spiderman jauh. Sebab jauh didalam hati kecil saya masih ada cita dan mimpi itu. Satu harapan untuk sekadar dianggap ada dan diberi kemudahan. Tak sekadar menerima rupiah setiap bulan semata. Namun, tetap realita memang begitu adanya. Saya cuma 1 diantara 30.000 manusia yang diwajibkan untuk patuh pada aturan yang memberi rasa cemas dan beban.

Takut- takut saya menuliskan ini. Khawatir dianggap tidak bersyukur. Tapi sudahlah, setiap orang punya ukuran masing- masing. Namun setidaknya untuk urusan apresiasi mungkin kita sama. Ingin dianggap ada dan ingin diberi jalan. Sebab memang itu alasan yang kerap kita sembunyikan dalam kilahan "Yah sudahlah". Mungkin para pembesar disana sudah nyaman betul dengan posisi mereka kini. Jadilah segala aturan dan buah pikir itu makin berjarak dan tidak memihak.

Tapi saya harus percaya baha Tuhan maha adil. Tuhan tentu melihat bagaimana saya bekerja dan tentu begitu juga orang- orang yang beriman pasti melihatnya. Walau nyatanya saya cuma 1 di antara 30.000. Saya menunggukan dengan sabar keadilan Tuhan akan datang. Dan kini jalan hidup tetap saja terus saya telusuri, didepan sana saya belum tahu apa tetap di jalan ini atau berbelok ke jalur lain yang membuat saya merasa lebih berarti dan berguna. Itu rahasia Tuhan.

Karena sulit untuk percaya bahwa akan ada satu sistem yang lebih adil untuk saya dan mereka yang nyatanya cuma 1 diantara 30.000.
Karena sulit untuk percaya akan ada sistem yang lebih memihak bila yang membuatnya justru adalah mereka yang terkikis empatinya.
Karena saya memang cuma 1 diantara 30.000.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King