Bukan Hidup Yang Kebetulan (IV)

Baru saja lewat tengah hari saat kemudian istri saya dibawa kembali ke ruangan, sepenuhnya ia belum sadar. Tapi saya tahu lewat igauannya, alam bawah sadarnya terus bekerja sampai akhirnya perlahan demi perlahan ia membuka mata. Di saat itu pula ia meringis pedih untuk tiga luka bekas operasinya dua jam yang lalu. Bagaimanapun beratnya kejadian- kejadian yang baru saja kami lewati, kami bersyukur sekali karena operasi pengangkatan Kista dari dalam tubuh Istri telah berjalan dengan lancar. Sekarang tinggal lagi masa pemulihan, menapakkan kembali langkah yang sempat terpaku erat di satu titik kehidupan bernama ujian.

Beberapa jam kemudian...

Istri saya mulai penuh kesadarannya, perawat berpesan untuk tidak terlalu banyak bergerak terlebih dahulu dan sementara cukup berikan saja air putih, baru 12 jam kemudian boleh diberi makanan. Tidak banyak detil cerita yang Istri sampaikan sesaat begitu ia tiba dimeja operasi, yang ia ingat cuma bahwa beberapa saat kemudian, ia merasa tubuhnya panas, matanya berat dan kemudian mengantuk lalu tertidur. Mungkin pengaruh obat bius, ia memang di berikan Anestesi Umum yang sudah saya tandatangani persetujuannya. Ia memang takut sebelumnya, namun saya lihat ia kuat dan berani menghadapi operasi itu.

Saya: "Bagaimana sekarang rasanya? sudah lebih baik atau masih tidak enak?"
Istri: "Sudah mendingan, cuma di perut masih terasa pedih dan perut terasa kembung seperti penuh oleh gas"
Saya: "Mungkin pengaruh operasi tadi, obat biusnya atau gas yang dialirkan ke rongga perut untuk mempermudah operasinya! InsyaALLAH tidak apa- apa, nanti juga hilang sendiri ya sayang!"


Kemudian kami pun berbicara tentang banyak hal, termasuk rencana pemulihan pasca opname, saya serahkan kepada Istri untuk memilih sementara waktu apakah langsung ikut kembali ke Pangkal Pinang, tinggal di rumah Saudara di Palembang atau kembali ke Baturaja. Namun pembahasan kami buntu, karena belum terlalu yakin nanti dengan pilihan yang akan diambil. Kami sepakat nanti saja begitu sudah keluar dari Rumah Sakit baru kami lihat lagi, karena memang dari pihak Rumah Sakit baru membolehkan pulang dua hari lagi.

Malam pun tiba, bersama keluarga kami sempat diskusikan perihal yang sama, dan saya sudahi dengan mengatakan bahwa nanti kami kabari apa yang menjadi pilihan kami. Buat saya, bagaimanapun tetaplah perlu untuk meminta pertimbangan keluarga dalam mengambil keputusan, dan akhirnya hanya kami berdua pula lah yang mengambil sikap. Setelah keluarga pulang, kembali hanya kami berdua saja di Rumah Sakit. Seperti biasa di malam- malam sebelumnya.

Rabu. 27 November 2013

Sudah berganti hari, keadaan Istri sudah semakin membaik, ia pun sudah boleh makan makanan berat, perutnya masih terasa kembung dan kini batuk yang disebabkan rasa gatal di tenggorokan. Dokter Yusuf, SpOG(K) visite kepada Istri dan melihat langsung kondisinya dan menyampaikan beberapa hal yang perlu saya ingat baik- baik.

Dokter: "Ini besok sudah boleh balik, insyaALLAH tidak apa-apa, keadaanya baik. Hanya saja, perlu diperhatikan kontrol rutin tetap dijaga"
Saya:"Kemudian, posisi kami jauh dari Palembang Dok, apa boleh kami kontrol rutin di Pangkal Pinang saja? Kebetulan beberapa Dokter disana kami sudah kenal (sambil saya menyebutkan nama beberapa Dokter Kandungan)"
Dokter:"Oh boleh, nanti saya buatkan rujukan untuk pengantar ke Dokter disana, kebetulan mereka adalah murid- murid saya juga! Terus perhatikan untuk segera programkan kembali kehamilan untuk menekan pertumbuhan Kista nya karena jenis Kista nya mudah kambuh!"
Saya:"Kira- kira kapan kami bisa mulai program lagi Dok?"
Dokter:"Secepatnya begitu kondisi sudah membaik seutuhnya sudah bisa dimulai!"


Kemudian dokter berlalu, saya menunggui Istri bersama beberapa keluarga yang tidak lama kemudian juga pamit pulang ke Baturaja. Disaat- saat seperti ini, seberapa pun kita merasa kuat, tetap saja kehadiran keluarga dan teman- teman berarti memberi semangat atau dukungan moriil yang tidak bisa dibeli dengan Rupiah. Bentuknya bermacam- macam, bisa lewat sms, telepon atau membesuk langsung. Dari kemarin dan sepanjang hari ini cukup banyak rekan- rekan saya dan Istri yang menyempatkan datang. Terima kasih dengan tulus saya dan Istri ucapkan. Semoga kebaikan dan berkah ALLAH.SWT selalu menyertai kalian, aamiin.

Kamis. 28 November 2013

Pagi tiba, gelap mulai beranjak berganti cerah. Saya mulai sibuk sedikit demi sedikit mengemas perlengkapan karena rencananya hari ini kami akan pulang. Rutinitas pagi di Rumah Sakit ini saya sudah mulai paham, bila pagi, petugas kebersihan datang membangunkan keluarga pasien untuk segera mengemas alas tidur karena lantai Rumah Sakit mau disapu dan dipel. Menjelang pukul 08.00 sarapan tiba disusul kontrol rutin oleh perawat yang berganti shift. Namanya ragam petugas, ada yang ramah ada juga yang irit senyum, tapi ya itu sama sekali tidak merugikan saya, bila kurang berkenan, biasanya langsung saya tinggalkan pergi.

Ketika usai menyuapi Istri sarapan pagi, saya sempatkan untuk mengajak Istri bangun dari tempat tidurnya untuk duduk dan mencoba beranjak berjalan setapak demi setapak. Saya tahu itu berat, nyeri dan rasa tidak nyaman lainnya. Tapi saya kelabui semua rasa empati itu agar Istri tidak terjebak dalam pikirannya sendiri yang terus- menerus mengasihani dirinya. Semua seperti memulai lagi dari awal, meski tentu tidak sedramatis yang mungkin dapat saya bayangkan. Ini semua hanya soal menjadi kuat dan yakin bahwa operasi dua hari yang lalu hanya sedikit tahap yang sebentar saja berlalu sebagai pelajaran dan hikmah. Jalan masih panjang.

Menjelang pukul 10.00 WIB, saya mulai mengurusi administrasi agar Istri bisa keluar dari Rumah Sakit. Mulai dari urusan ASKES sampai klaim AXA Mandiri Asuransi a.n. Istri. Saya menemui petugas ASKES dan ia merinci biaya perawatan Istri mulai dari Rawat Inap, Operasi, Jasa Dokter- Perawat, Obat- obatan sampai akhirnya bila diperkirakan mencapai jumlah sekitar Rp 12Jt. Atas semua nilai itu 100% ditanggung ASKES dan saya hanya membayar sebesar Rp 723.000,- untuk menebus obat yang tidak ditanggung. Urusan klaim Asuransi pun tidak terlalu rumit, begitu Surat Keterangan Dokter dan Keterangan Rawat Inap saya lengkapi dengan rincian biaya dan dokumen rekam medis, kami tinggal lagi menunggu hasil verifikasinya dalam kurun waktu 14- 60 hari kedepan.

Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Siang itu, kami pun pulang meninggalkan Rumah Sakit Muhammad Husein Palembang menuju rumah saudara untuk beristirahat pasca opname. Kami pun sudah memutuskan bahwa sekitar tiga hari pemulihan disini, untuk kembali lagi ke Pangkal Pinang menggunakan Pesawat Terbang Sriwijaya Air. Pihak keluarga semuanya sudah kami beritahu, semuanya mengamini sambil mengingatkan untuk lebih berhati- hati. Saya senang mereka mengingatkan.

Sabtu. 30 November 2013

Saat tulisan ini diketik, 1 jam kurang Desember akan menjelang. Saya merenungi bagaimana masa dua minggu ini menjadi masa yang tentu tidak akan saya dan Istri lupakan. Tidak pernah kami sangka bahwa dalam kurun waktu 6 bulan pernikahan kami akan mengalami ujian ini, ujian yang datang dari pemilik kehidupan yang kepadaNYA kami memanjatkan doa dan pinta untuk selalu sabar dan tawakkal. Mungkin ujian ini adalah jawabanNYA. Saya tidak tahu persis, tapi saya hanya ingin dengan ujian ini saya dan Istri makin banyak mengingatnya. Bersyukur dan bersabar karenaNYA.

Istri sedari tadi sudah pulas tertidur. Wajah cantiknya sama sekali tidak hilang bahkan saat ia memejamkan mata. Bagaimanapun, kami akui kami telah belajar banyak untuk tidak menyoal suatu kejadian dengan kata 'mengapa' tapi menghadapinya berdua bersama dan menjadi lebih kuat, menuju kehidupan yang lebih dalam dan merajut rasa saling terikat yang lebih erat. Ikatan yang tidak bisa dilihat tapi terasa dan terus terbawa sepanjang jalan cerita kehidupan kami dimasa mendatang.

Besok, ceritanya akan kembali lain, saya dan istri kembali hidup berdua jauh dari keluarga, tetapi semua ragam kehadiran dan dukungan yang pernah kami terima akan menjadi pengingat bahwa tidak ada hal yang kebetulan. Hidup telah diatur oleh ALLAH.SWT yang maha kuasa. Rangkaian cerita yang terajut bagai saling lepas, nyatanya tidak lebih dari sekadar jaring- jaring hubungan sebab akibat yang tidak terikat jarak.

Salam

Ebas.
Palembang. 30 November 2013. 23:23 WIB.

Comments

  1. Smoga senantiasa diridhoi Allah Arrahman y Deng, yakinlah setiap rasa sakit akan memenggugurkan dosa-dosa kita Dan sungguh hanya Allah saja yg paling tau APA yg terbaik bagi hambaNya ^^

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah...Syukurlah...Semoga diberi kesehatan penuh dariNYA..Kalo di pangkal pinang, coba ke klinik dr.Ridhlo, kak...bliau dr.spog yang bagus, ada klinik juga.

    ReplyDelete
  3. Allah tidak akan menguji hamba-Nya diluar kemampuannya.
    Yakinlah, Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya. :)

    Titip salam untuk istri tercinta ya, Erik. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King