Bulan Madu di Pantai Matras

Momen bahagia memang perlu dibuat, sebab ia akan jadi pengingat romantisme, kehangatan dan cerita manis disaat mungkin nanti konflik pelik atau realita getir dipaparkan dalam alur skenario kehidupan. Saya melihat pengalaman orang- orang terdahulu yang mengajarkan bahwa sehebat-hebatnya tekanan masalah kehidupan berumah tangga, bila sepasang suami istri telah menyatu dalam momen bahagia pengikat emosi dan memori, mereka akan dapat saling menguatkan untuk sabar dan melewatinya.

Seperti saat kemarin, saya dan istri berbulan madu ke Pantai Matras, Sungai Liat, Pulau Bangka. Meski begitu, ini bukan catatan untuk unjuk kebahagiaan, karena saya sadar bahwa semua itu datangnya dari Tuhan, tujuan segala puja dan muara semua puji. Ya itu tadi, murni catatan ini adalah untuk mengikat kenangan atau sekadar menawan manisnya cinta.

Berjalan menyusuri tepi Pantai Matras, kaki kami berdua sesekali disapu riak kecil ombak. Sambil menggandeng tangan istri, rasanya belum pernah saya selapang atau ssutuh itu. Menjadi lelaki beristri benar- benar telah membuat jiwa saya utuh tak lagi separuh. Sesaat saat kami duduk beristirahat dan melempar pandangan ke lautan lepas, miliaran butir pasir pantai ini diam- diam telah mengintip momen bahagia saya dan istri sedari tadi. Begitu bahagia, sampai saya kehabisan kata- kata untuk mengungkapkanya. Buat saya saat itu, kini dan nanti, menikahinya adalah salah satu anugerah terindah dan terhebat yang pernah saya dapat.

Usai itu, ternyata momen bahagia lainnya mewujud lebih banyak berupa hal sederhana dalam keseharian saya dan istri di rumah kontrakan sederhana kami. Bahwa bahagia itu sederhana ternyata memang benar adanya. Tidak terbayang bahwa sekadar makan bersama dengan lauk sederhana atau membersihkan rumah berdua saja sudah mampu mengundang sensasi bahagia yang saya dan istri rasakan. Apalagi bila saat- saat bed talk tiba. Oleh karena itu, sekali lagi, ini benar- benar salah satu anugerah terindah dan terhebat.

Saya dan istri sudah meneguhan komitmen mengarungi kehidupan berumah tangga lewat ijab qabul antara saya dan orang tuanya selaku wali nikah. Kedepan, riak kehidupan tentu saja bisa datang menyentuh kehidupan kami persis seperti halnya riak ombak di bibir Pantai Matras yang membasahi kaki- kami saat kemarin kami berjalan menyusurinya. Dan saat hal itu tiba, semoga momen bahagia yang telah dan sedang kami buat semoga bisa jadi salah satu penguat.

Ebas
Selepas Subuh

Comments

  1. Co cweet..

    Salam tu ayuk yo,kak :*

    Pantai Parai, Tanjung Pesona, Teluk uber, tikus, bukit menumbing, Enjoy Bangka, ksk!

    ReplyDelete
  2. @Gino: Trims Gin :)
    @Devi: Yo Dek beguyur b.. InsyaALLAH la dibaco Ayuk kau komen kau tu. Trims.

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja