Amazing Sumbing (II)




Sabtu 03 November 2012...

Tak banyak yang bisa kuingat lantaran tidur sejak dari Bandung, kecuali terbangun saat Bus istirahat makan di Ciamis. Lanjut tidur lagi dan terbangun oleh teguran kondektur yang mengingatkan bahwa bus sudah masuk Terminal Wonosobo pukul 04.30 WIB. Aku dan Gustin bergegas turun dan menuju musholla untuk sholat dan istirahat. Posky sudah menunggu sedari tadi malam. Usai sholat subuh kami merapat di warung pojok didalam terminal untuk sekedar santai menunggu pagi dengan sarapan nasi bungkus lauk ikan tongkol sembari menunggu Joneh dan Bange yang sebentar lagi tiba.

Tidak lama Bange tiba, selanjutnya kami recheck peralatan dan masih kurang logistik dan gas. Aku lalu belanja sayuran, snack dan mencari gas yang ternyata sulit didapat kecuali di pusat kota. Tak ada pilihan lain, dengan menyewa jasa ojek aku ke pusat kota Wonosobo untuk membeli gss hi-cook. Lumayan, sekalian jadi sempat keliling. Wonosobo merupakan kota kecil yang rapi dan terbilang asri. Ruas jalan yang sempit dan medannya yang berliku membuat kota ini terlihat unik. Usai mendapatkan gas di toko dekat alun-alun, aku segera kembali. Joneh sudah tiba, tim lengkap.

Tak lama kami berangkat menuju Desa Garung dengan angkot Bus ELF yang mangkal di terminal. Saat itu pukul 08.30 WIB. Perjalanan menuju Desa tempat Basecamp pendakian Sumbing itu berada memakan waktu sekitar 30 menit dengan ongkos Rp. 5.000,-. Angkot yang kami tumpangi menuju wilayah yang menjauh dari kota, desa tujuan kami memang berada di kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Temanggung. Tak lama kami tiba dan berjalan kaki sekitar 500 meter lalu tiba di Basecamp Sumbing. Disana sudah ada pos dadakan yang sengaja disiapkan untuk para pendaki untuk bersiap atau beristirahat. Kami pun langsung mengurus perijinan dan berbagi beban barang bawaan sebelum memulai pendakian.

Sekitar pukul 10.00 WIB kami berlima sudah siap, dimulai dengan berdoa bersama lalu mulai melangkah menuju Gunung Sumbing. Sekitar 800 meter pertama kami masih melewati jalanan aspal daerah pedesaan dengan medan menanjak. Di penghujung jalan kami memasuki area lahan pertanian penduduk yang masih begitu panjang hingga kira- kira 2 jam pertama pendakian. Pemandangan lahan pertanian membentang diantara jalur setapak karang. Dari sini, tepat diseberang terlihat jelas Gunung Sindoro. Angin bertiup lembut, sangat nikmat dibawa tidur! Tapi perjalanan harus dilanjutkan, tepat didepan batas memasuki area hutan sudah terlihat!

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King