Koperasi dan Tameng Globalisasi

Sederet data makro yang di paparkan badan internasional untuk negara kita patut membuat kita berbangga. Rate & Investment sebuah badan yang memeringkatkan tingkat kesehatan investasi sebuah negara, berkedudukan di Jepang, memberi peringkat BBB- yang artinya cukup bagus dan menjanjikan buat para calon investor, peringkat ini menjadi rujukan dari kacamata domestik maupun luar negeri. Standard Chartered Bank juga ikut memaparkan optimisme perusahaan yang berkedudukan di Indonesia lewat survey tentang kestabilan order produksi dan ekspektasi laba terakumulasi. Dan kini, Indonesia digolongkan sebagai 16 negara ekonomi besar oleh World Bank.


Kepada apa lalu kita patut menisbatkan semua keberhasilan itu? Pada sistem Ekonomi Pancasila yang sudah lama menjadi bagian dari diri kita? Atau pada infiltrasi agenda globalisasi dunia yang sudah merasuk pelan ke dalam perekonomian kita? Atau bahkan memang inilah konsekuensi yang dibawa arus perubahan zaman? Sejarah mencatat perjalanan sistem ekonomi suatu bangsa tidak pernah benar- benar selamanya keras dan ideal, ada deviasi inkonsistensi yang harus diakui, tidak ada yang salah disini, cuma soal seberapa ekstrim demi menjaga identitas muasal kebangsaan. Korea Utara tidak benar- benar sosialis ekslusif yang menutup diri, ada hubungan kerja sama dengan Rusia. Amerika Serikat tidak benar- benar liberalis kapitalis, ada pengaruh etatisme dan regulasi otoritas.

Bertahan dalam sebuah sistem adalah baik hanya dalam konteks menjaga identitas kita sebagai bangsa, namun dalam konteks ekonomi bukan tidak mungkin justru menjadi bumerang yang membuat kita tertinggal, sebab aktifitas ekonomi dunia itu dinamis tanpa menjamin kelanggengan suatu nilai.

Terkait identitas, Ekonomi Pancasila adalah identitas perekonomian kita yang diwujudkan lewat sistem koperasi yang mengusung kebersamaan, transparansi dan kerja sama anggota. Tapi dari sudut pandang pergaulan ekonomi dunia, ada tuntutan untuk menjadi fleksibel dalam bersikap agar dapat bertahan dalam turbulensi krisis yang bisa saja berdampak hingga ke dalam negeri. Ekonomi Pancasila merupakan identitas khas Indonesia yang langsung bermanfaat untuk rakyat, sedangkan sederet data indikator diatas yang dibuat oleh badan luar negeri adalah apresiasi internasional atas status Indonesia yang besar dan makin diperhitungkan di mata dunia. Keduanya harus berjalan seiring dan harmonis demi menjaga kestabilan makro dan mikro.

Tidak ada yang pasti dalam sebuah sistem, agenda globalisasi yang menelusup lewat kebijakan pemerintah bukanlah sebuah arah perubahan tanpa cela. Globalisasi rentan akan segregasi kaya dan miskin yang makin tampak. Jika kita tidak piawai dalam pergaulan ekonomi dunia maka bukan tidak mungkin kita turut terseret dalam kesenjangan itu. Disinilah penguatan identitas muasal sangat berguna karena menjagakan kita dari pengaruh buruk luar. Ekonomi Pancasila bukan sistem lama yang termarginalkan, melainkan menjadi tameng pencegah dari krisis identitas yang rentan melanda bila kita lupa bagaimana dan darimana kuta bermula.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King