Amazing Sumbing (III)

Sabtu 03 November 2012

Area hutan Sumbing terbilang cukup terang, alasnya jelas dan berjejak pertanda sering disambangi, mungkin oleh penduduk setempat untuk sekadar mencari kayu bakar atau para pendaki yang datang sepanjang tahun. Sumbing memang terbilang cukup ramai didaki, bahkan di musim hujan seperti sekarang ini. Kami berlima sempat istirahat sholat di jalur sebelum pos I lalu lanjut kembali mendaki menelusuri medan menanjak yang didominasi Pinus dan semak perdu.

Gn. Sumbing yang merupakan gunung tertinggi ketiga di Jawa, memiliki medan yang bersahabat setidaknya sampai di pos terakhir di Watu Kotak, jalur ke puncak itu sudah lain cerita. Puncaknya sendiri ada tiga. Buntu, kawah dan Sejati yang tertinggi sekaligus yang tersulit didaki.

Sekitar 1,5 jam mendaki dari titik area hutan, kami tiba di Pos I, istirahat sebentar lalu lanjut menuju pos II, medan yang kami lewati makin menanjak dan rerumputan perdu makin mendominasi, serta pohon menahun di jalur semakin sedikit. Hampir sekitar 1jam lebih kemudian kami tiba di Pos II ini berupa area cukup luas untuk mendirikan tenda, dari sini pemandangan kota Wonosobo jelas terlihat. Sayangnya, kabut mulai turun menghalau penglihatan, dan kami terus mendaki menuju titik selanjutnya. Pos Pestan.

Medan yang kami lewati makin menanjak tapi tidak membahayakan karena berupa lahan lapang yang ditumbuhi ilalang. Namun, di beberapa titik, area ini tandus dan kering sisa kebakaran yang disebabkan musim kemarau berbulan- bulan lamanya beberapa waktu lalu. Saat itu sekitar pukul 14.00 WIB, angin berhembus kencang diiring gemuruh petir, dan benar saja bahwa tidak lama kemudian turun hujan. Poncon/jas hujan kami kenakan, ssekali aku bahkan berjalan miring untuk menghindari tiupan angin kencang dari sisi kanan kiri. Hampir setengah jam kemudian kami tiba di Pestan. Lahan luas yang terbuka lapang. Kami beristirahat dengan meringkuk dan memasang jas hujan sebagai atap seadanya.

Hujan makin kencang, angin dingin masih berhemus dan tiba- tiba seperti ada sesuatu yang berjatuhan dan bunyinya bukan bunyi rintikan air hujan terdengar di atap dadakan kami, ternyata butiran es jatuh dari langit, hujan es tengah berlangsung didepan mata kami hingga beberapa menit lamanya. Aku nyaris tidak percaya tapi itu yang terjadi. Hujan butiran es. Setelah agak mereda kami meneruskan perjalanan. Target paling lambat kami harus sudah tiba di Watu Kotak untuk mendirikan tenda agar bisa istirahat memulihkan energi untuk besok pagi.

Sekitar satu jam kemudian, kami tiba di Pasar Watu, area lapang dengan paparan view yang indah, tapi itu tak berlangsung lama, hari kian petang dan kami hanya menghabiskan kurang dari 15 menit lalu terus lanjut, dan sekitar 1 jam kemudian, kami sudah tiba di Watu Kotak. Aku, Posky dan Joneh langsung mendirikan tenda, kemudian tidak lama disusul Bange dan Gustin yang menyiapkan makan malam. Disaat yang sama ternyata hujan deras turun cukup lama, kami berkumpul di tenda sambil bersiap makan bersama dan minum untuk menghangatkan tubuh.

Lalu, kamipun tertidur dan sepakat bangun pukul 04.30 WIB untuk persiapan menuju puncak. Kami tidur sambil meringkuk berbagi ruang supaya cukup. Sepi, cuma kami, angin, dingin dan hujan di malam hari...

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King