Beyond Blogging
Saya kurang terlalu peduli dengan status blogger yang biasa disematkan pada orang yang rajin menulis di blog. Bisa jadi itu saya. Namun hingga kini, gelar itu masih terasa berat untuk disandang. Sebabnya adalah setiap kali saya menulis di blog pribadi saya ini, saya nyaris tidak pernah untuk meniatkannya untuk memberi pencerahan, menawarkan sudut pandang apalagi menghujat atau menghakimi, ini karena saya sadar kapasitas saya masih banyak perlu ditambah. Sebutan sebagai blogger itu lebih cocok ditujukan kepada tokoh kenamaan dengan jam terbang tinggi dibidang masing- masing sehingga tiap artikel yang mereka buat selalu bernas dan mencerahkan.
Saya sendiri menganggap blogging sebagai terapi, saya merasa seperti tengah berdialog, berdebat dengan diri saya sendiri ketika menuliskan kalimat demi kalimat didalam blog saya. Dunia yang saya gilai sejak saya sadar bahwa dalam hidup saya tidak selalu mampu bertemu dengan kawan yang bisa selalu diajak dialog. Kalaupun bisa, tidak bisa untuk setiap saat dan tidak juga untuk semua hal. Ada batas, ada kemakluman ruang pribadi yang harus dijaga. Hingga detik ini saya hanya bisa berbagi soal naik turun hidup selain dengan pacar saya ya dengan blog, tapi tidak semua hal pribadi bisa saya tulis di blog. Because once it's published, it will be public thing!
Blogging memungkinkan saya merangkum pengalaman hidup sebagai pengingat atau sekadar tempat menumpahkan pemikiran soal apapun yang menarik minat saya yang kebetulan sangat beragam, itu soalnya blog saya bertema campuran; Pengalaman hidup dan pelajaran, ekonomi, sejarah, politik, pendakian gunung, kuliah, kantor, keluarga atau tentang seorang tokoh top. Mungkin sekarang masih sangat divergen begini, tapi saya kira nati akan mengerucut juga. Walau tidak bisa terlalu ekstrim tentunya. Tapi yang jelas saya akui kebiasaan blogging ini turut serta membantu proses pendewasaan saya, seperti catatan hidup yang merekam banyak kejadian.
People change so does blog. Manusia itu berubah, tercermin dari tutur dan sikap nya. Di dunia blogging, ini dilihat dari caranya berbahasa dan menyampaikan pesan atau berkomentar. Change!! Pelajaran hidup yang saya simpan di blog sedikit banyak mereduksi pandangan hidup yang kalut menjadi tenang. Kusut menjadi rapi dan pesimis menjadi optimis. Tapi itu bukan karena saya sendiri, banyak manusia- manusia yang memberi contoh keberanian hidup, syukur, yakin dan tulus. Seperti banyak juga yang memaparkan sikap main aman, iresponsible dan berakal bulus. Semuanya memberi saya dorongan untuk mencatat dan menyarikannya sebagai terapi melalui blogging.
Saya sendiri menganggap blogging sebagai terapi, saya merasa seperti tengah berdialog, berdebat dengan diri saya sendiri ketika menuliskan kalimat demi kalimat didalam blog saya. Dunia yang saya gilai sejak saya sadar bahwa dalam hidup saya tidak selalu mampu bertemu dengan kawan yang bisa selalu diajak dialog. Kalaupun bisa, tidak bisa untuk setiap saat dan tidak juga untuk semua hal. Ada batas, ada kemakluman ruang pribadi yang harus dijaga. Hingga detik ini saya hanya bisa berbagi soal naik turun hidup selain dengan pacar saya ya dengan blog, tapi tidak semua hal pribadi bisa saya tulis di blog. Because once it's published, it will be public thing!
Blogging memungkinkan saya merangkum pengalaman hidup sebagai pengingat atau sekadar tempat menumpahkan pemikiran soal apapun yang menarik minat saya yang kebetulan sangat beragam, itu soalnya blog saya bertema campuran; Pengalaman hidup dan pelajaran, ekonomi, sejarah, politik, pendakian gunung, kuliah, kantor, keluarga atau tentang seorang tokoh top. Mungkin sekarang masih sangat divergen begini, tapi saya kira nati akan mengerucut juga. Walau tidak bisa terlalu ekstrim tentunya. Tapi yang jelas saya akui kebiasaan blogging ini turut serta membantu proses pendewasaan saya, seperti catatan hidup yang merekam banyak kejadian.
People change so does blog. Manusia itu berubah, tercermin dari tutur dan sikap nya. Di dunia blogging, ini dilihat dari caranya berbahasa dan menyampaikan pesan atau berkomentar. Change!! Pelajaran hidup yang saya simpan di blog sedikit banyak mereduksi pandangan hidup yang kalut menjadi tenang. Kusut menjadi rapi dan pesimis menjadi optimis. Tapi itu bukan karena saya sendiri, banyak manusia- manusia yang memberi contoh keberanian hidup, syukur, yakin dan tulus. Seperti banyak juga yang memaparkan sikap main aman, iresponsible dan berakal bulus. Semuanya memberi saya dorongan untuk mencatat dan menyarikannya sebagai terapi melalui blogging.
kunjungan nih,
ReplyDeletesalam kenal, semoga sukses selalu :)
yup gw setuju boi, blogging sebagai terapi
ReplyDelete@Jizu: asik ya terapi. :-) krna ada tipe yg lncar bercerita person to blog. Plg enggak ya sebagai pelepas pikiran..
ReplyDelete