Bukan Sekedar Mendengar


Aku cukup sering melihat atau terlibat dalam suatu pembicaraan yang kedua pihak sama- sama ingin terus bicara, tak ada jeda untuk mendengar, apalagi memahami. Yang susah adalah kalau bertemu lawan bicara yang bersikeras walau sudah diberitahukan seperti apa seharusnya. Ujung- ujungnya, dengan terpaksa mengalah, capek kalau diteruskan. Lebih gawat lagi kalau sampai emosi alias marah. Bisa jadi lebih tidak berguna lagi.

Aku kira mungkin di titik ini adalah tanda bahwa aku sebaiknya belajar lebih banyak untuk mendengar, bukan sekedar mendengar, tp mendengar untuk memahami agar bisa melihat suatu hal dari sisi lain, lalu memutuskannya dengan benar. Bukan baik, karena kebenaran insyaALLAH baik, tapi kebaikan tidak selalu benar.

Banyak mendengar memang seperti terlihat tidak menguasai pembicaraan, namun jika sekiranya lebih banyak bicara akan menunjukkan ke-tidak-mengerti-an tentang topik bahasan, maka lebih arif untuk mendengar saja, supaya informasi yang kita terima lebih banyak dan menuntun pada kesadaran bahwa ada hal yang mungkin terlewat atau belum dipahami. Bahaya kalau terus-terusan bicara tanpa tahu inti atau tema utama yang dibicarakan. Diam untuk saat saat seperti ini memang akan lebih menjadi emas.

Introspeksi diri sepertinya bisa jadi jawaban, mengetahui dan mencoba memahami poin yang belum dipahami agar pembicaraan menjadi lebih terarah dengan realistis dan objektif, singkatnya seperti menjauhkan diri dari debat kusir yang tak kunjung usai. Keahlian mendengar sepertinya menjadi suatu keahlian yang tidak dianggap penting padahal begitu besar menfaatnya dalam pergaulan atau hubungan sosial. Mungkin memang kita lebih baik banyak mendengar daripada bicara karena bisa jadi itulah maksud Tuhan menciptakan dua telinga dan hanya 1 mulut. Dan disaat sudah mengetahui kebenaran suatu hal maka sikap diam saja saat perdebatan sengit atas hal itu, tentu tidak akan menjadi emas.

Ebas
Diantara
Deru Kipas Angin
Detak Jam Dinding

Comments

  1. @Elsa: heheh itu poto halaman kelas ku di buku tahunan waktu kuliah 6 tahun lalu Mbak, terima kasih sudah mampir kesini..

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja