Buang Jauh Ekslusifisme


Eksklusif, kurang tahu juga artinya menurut KBBI, mungkin -terpisah atau memisahkan-, namun aku sering mendengar kata ini tertuju pada sekelompok teman satu angkatan waktu SMA dulu, mungkin cerita ini basi? tidak perlu dibahas, namun buat ku kejadian hari ini membuat aku ingat bahwa kita tidak bisa menjadi se-eksklusif yang kita inginkan.

Pagi tadi di Stasiun Kereta Api Tanjung Karang, Bandar Lampung. Aku dalam perjalanan mudik ke Baturaja, tiba-tiba saat hendak masuk ke gerbong kereta, pundakku ditepuk seorang kawan yang tidak pernah aku sangka akan dilakukannya, jika aku ingat bagaimana ia dan kelompoknya dianggap demikian 'beda' masa itu.

Tidak perlu aku sebutkan nama aslinya, namun secara reflek aku merespon ramah namun jg ragu apakah aku bisa dengan cepat mengakrabkan diri dengannya dalam obrolan santai setelah hampir 6 tahun berkomunikasi sekedarnya saja. Setelah kuletakkan barang bawaanku ke dalam kabin kereta (emang kalo dikereta namanya kabin juga bukan ya? hehehehe..). Aku turun menjumpainya diluar, dan setelah berjabat tangan, berbagi sedikit cerita dan sapaan alakadarnya, aku mulai berpikir ulang dengan membanding-bandingkan, kenapa dulu mereka demikian terkesan beda dan eksklusif dikalangan pertemanan SMA kami ya? padahal jika kini kulihat dengan dekat dan berpikir lebih tenang, maaf mereka tak lebih baik atau lebih berhasil dari kami yang biasa-biasa saja,
dan bukan berarti kami sekarang sudah yang paling baik dan berhasil.
.

Walaupun begitu, aku sangat menghargai sikap baik kawan itu tadi yang setelah melewati masa sekian tahun dengan minim komunikasi, dia masih mau menyapa dan bersikap ramah, seolah dulu pas jaman SMA, kami cukup berteman baik. Aku juga tidak sebegitu teganya untuk membalas sikap ramahnya dengan cara yang menunjukkan kesan balas dendam atau luapan emosi kebanggaan yang tidak pada tempatnya. Semua berjalan biasa, obrolan santai tentang perjalanan kuliah, pengalaman di tanah rantau dan pencarian kerja membuat aku cepat menanggapai dan menyesuaikan diri. Melihatku bersikap dengan baik pun, mungkin dia menjadi semakin ramah.

Sampai akhirnya obrolan kami menyinggung tentang masa-masa pendidikan SMA kami tahun 2002-2004 silam...

Aku coba beranikan diri bertanya:'kenapa kalian dulu terkesan demikian beda, ekslusif sehingga membuat banyak orang enggan mendekat atau berteman dengan kalian?' dan 'memang apa bedanya kami dengan kalian? apa sih yang kalian sombongkan sebetulnya? g ada bedanya kita ini, sama aja.' Kawan itu diam sejenak (mungkin mengiyakan dan merasa dalam hati) lalu balas menimpali dengan mengatakan bahwa secara pribadi masing-masing sebetulnya ia tidak pernah merasa demikian namun karena kelakuan satu atau dua orang didalam lingkaran pertemanan mereka saja lah yang membuat julukan itu melekat kuat ke image setiap mereka. Ada rasa malu dan kesungkanan dalam nada bicaranya, dan ia tetap bersikap ramah. Aku hargai itu.

Lalu saat menuliskan postingan ini saya sambil berpikir. Siapa kita yang merasa diri berbeda, lebih unggul atau lebih hebat dari orang lain??? Siapa kita yang selalu tanpa sadar bersikap seolah berstatus sosial lebih baik??? Kita bahkan bukan siapa-siapa, belum memiliki apa-apa dan memang tidak akan pernah memiliki apa-apa selain hanya amanah dari ALLAH.SWT. Karena saat kelak kita menjumpai ajal, maka hanya amal sajalah yang akan paling setia menemani, sementara harta akan tinggal, pangkat akan dilepas dan kecerdasan akan tiada berfungsi lagi.

Terima Kasih

Comments

  1. Pulang ke baturaja kawan?? Met lbran ya.. :) tp emg bnr..ad emg yg tak merasa menspesialkn dri,tp mrk dianggap eksklusif. Ad yg pernah blg padaku.. "Positif thinking akan membuatmu lbh cantik" hahaha..,soalx aq tak pernah menjd org yg dkenal semasa SMA dulu.. But,mencb mendkt tnyata..sm aj kok. Mrk hny ingin brsnang2. Ah..bekicot SMAKER bntr lg meleburkn perbedaan yg menjdkn mereka dl. Tak sbr menantikn lebaran..

    ReplyDelete
  2. setuju...semuanya gak ada yg abadi di dunia ini

    ReplyDelete
  3. bener Son...
    biasanya mereka yang eksklusif di SMP atau SMA disebut geng populer yaa

    dan bener lagi,
    kebanyakan kemudian hari, mereka yang dulunya eksklusif ternyata juga tidak lebih hebat dibanding yang dulunya tidak eksklusif yaa

    aku pikir, itulah dinamika pergaulan jaman sekolah dulu. ambil aja positifnya, kalo gak ada gitu... mungkin semuanya sama... jadi gak ada ceritanya dong, gak seru kan?
    hehehhee

    ReplyDelete
  4. Om...
    kok bugil fotonya?
    hihihihihi.....

    sama kayak Dija dong
    Dija juga suka foto bugil
    hihihihi

    ReplyDelete
  5. hmmm, mungkin 'kenyamanan' daam kelompok tertentu membuat mereka terlihat seperti kelompok yang eksklusif..

    ReplyDelete
  6. setuju bangetz!

    salam kenal :D

    ReplyDelete
  7. @AD: *bayangin AD jadi ekslusif* hahahaha g pantes banget.. mukanya ramah banget gitu kok :)) :)) g masalah sebenarnya juga mau misahin diri gt asal tetap bikin orang lain nyaman berkawan dengan kita.. kalo gue bilang sihhhh :)) *g pantas pakai gue kayaknya hahahaha...

    ReplyDelete
  8. @AD (lagi): ambil ambilll pertamaxnya gpp kok ;)

    ReplyDelete
  9. @SCB:makasi visit nya Fan.. yg abadi cuma ketidakabadian itu sendiri Fan.. :)

    ReplyDelete
  10. @Elsa: makasih banyak Mbak, hmm sebenarnya dl pas jaman SMA banyak yang minder liat geng2 itu soalnya kayaknya mereka g mau diajak berteman, pun tidak menampakkan sikap ramah, jadilah ya.. disimpulkan mereka cukup itulah saja kawan2nya.. tapi ya betul juga mbak, kl misalkan dl g ada mereka, mungkn postingan ini gak bakalan ada juga,,

    ReplyDelete
  11. @Bocah: welll.. i kept on thinking that way at the beginning, but i found my self wrong, as i inferred that a convenience to be in a certain group shouldn't lead us to be that extrovert to others. since by doing so we will allow others to conclude that we are exclusive, That is all. what do you think about that? But, thanks anyway :)

    ReplyDelete
  12. Betul banget bang erik "Kita bahkan bukan siapa-siapa, belum memiliki apa-apa dan memang tidak akan pernah memiliki apa-apa selain hanya amanah dari ALLAH.SWT. Karena saat kelak kita menjumpai ajal, maka hanya amal sajalah yang akan paling setia menemani, sementara harta akan tinggal, pangkat akan dilepas dan kecerdasan akan tiada berfungsi lagi".
    Makasih banyak mutiara hikmahnya, Met Mudik ya

    ReplyDelete
  13. @hqsmail: ok Mas Ahyar, semoga kita bisa makin baik dari waktu ke waktu.. dan bisa ngambil pelajaran dari yg sudah2..amin.. :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King